Dr. Ubaydi Hasbillah dan Dr. Fahruddin Faiz hadiri studium generale Mahad Aly Hasyim Asy’ari Jombang. (foto: ayonk)

Tebuireng.online— Ma’had Aly Hasyim Asy’ari mengadakan kegiatan Studium Generale dengan tema “Membincangkan Konsep Slow Living dalam Kacamata Hadis dan Filsafat” di Aula lt. 3 Gedung Yusuf Hasyim, pada Ahad (28/7/2024).

Berbeda dengan acara-acara sebelumnya, acara yang biasa diselenggarakan oleh Ma’had Aly biasanya membahas mengenai teori-teori hadis pemikiran-pemikiran tokoh Islam dan sejenisnya. Tetapi pada acara kali ini, panitia pelaksana menghadirkan diskusi tentang sebuah fenomena yang akhir-akhir ini sering diperbincangkan oleh banyak kalangan masyarakat, prihal Slow Living, atau hidup yang santai dan sederhana.

Vigar Ramadhan Dano Muhamad Daeng, selaku ketua acara mengatakan bahwa acara kali ini dapat membawa antusias yang sangat tinggi dengan menghadirkan dua tokoh narasumber, Yakni Dr. Fahruddin Faiz, selaku pakar filsafat dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Ustadz. Ahmad Ubaydillah selaku pakar Hadis dari Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.

“Ketika kedua narasumber tokoh tersebut bertemu dengan pakar keilmuan masing-masing, Filsafat dan Hadis- menjadikan pembahasan Slow Living menjadi sangat cantik dan ciamik,” ungkap Vigar Ramdahan.

Dr. Ahmad Ubaydi menjelaskan bahwa konsep Slow Living bukanlah sebuah sikap yang menjerumuskan pada prilaku malas-malasan. Tetapi Slow Living justru harus dipahami sebagai seni bagaimana menikmati saja prosesnya, dan bagaimana cara menikmati hidup dengan sederhana sesuai dengan koridor yang ada.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Hal tersebut juga banyak dijelaskan di dalam hadis-hadis tentang bagaimana cara nabi menikmati hidup. Karena nabi itu tidak pernah menikmati hidup, tapi jangan dikira hidupnya nabi itu selalu enak,” ungkap Dosen Mahad Aly Tebuireng itu.

Adapun Dr. Fahruddin Faiz, menjelaskan bahwasanya konsep Slow Living itu adalah sebuah wacana baru, yang mengundang pro dan kontra di dalamnya, disebut pro dan kontral karena ada juga kritik di dalamnya.

“Bila melihat dari sisi konten dan maknanya memanglah bagus, tapi dalam segi istilah sesungguhnya konsep Slow Living itu berangkat dari antitesis Fast Food yang dikenalkan dari negara italia. Yang mana kita tahu bahwa fast food itu adalah makanan-makanan cepat saji yang sering tidak sehat,” terang Dosen Filsafat UIN Yogyakarta itu.

Baca Juga: 

Agar Tidak Salah Kaprah Memahami Konsep Slow Living

Mahasantri Berbincang Konsep Slow Living dalam Kacamata Hadis dan Filsafat



Pewarta: Dimas Setyawan