Saat merayakan Maulid Nabi Muhammad, MA SS Tebuireng membedah buku Hadratussyaikh Pemersatu Umat Islam Indonesia, yang diikuti seluruh siswa dan guru, Rabu (18/9/2024).

Tebuireng.online— Ratusan siswa-siswi MA Salafiyah Syafi’iyah diajak oleh empat penulis buku “Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari: Pemersatu Umat Islam Indonesia” yaitu: KH. Abdul Hakim Mahfudz, Anang Firdaus, M. Riski Syahrul Ramadhan, dan M. Zidal Haq, untuk mempelajari dengan baik dan lengkap proses perjuangan Hadratussyaikh.

Dalam acara bedah buku yang dikemas dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad ini, pihak sekolah berharap seluruh siswa-siswi bisa merefleksikan keteladanan sikap sifat Nabi Muhammad dan juga Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, salah satunya dengan membaca buku sejarah perjuangan Hadratussyaikh.

Pada kesempatan itu, salah satu penulis buku itu,  M. Riski Syahrul Ramadhan, mengajak seluruh santri merefleksikan pentingnya memahami sejarah panjang perjuangan Hadratusyaikh. Ia meminta hadirin membuka 6 halaman mulai dari halaman 21-27 memuat tentang 21 kitab karya Hadratusyaikh Hasyim Asy’ari dan juga 2 judul kitab yang belum ditemukan.

Beliau juga menanyakan apa yang harus dilakukan jika terdapat kontradiksi atau perbedaan hukum dari kitab yang ditulis Hadratusyaikh, antara kitab satu dengan yang lain.

“Apa yang akan kita lakukan jika di satu kitab Hadratusyaikh menyatakan hukum A dan di satu kitab menyatakan hukum B?” tanyanya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Beliau mengajak santri membuka halaman 139 yang berisi pidato Kiai Hasyim di Magelang. Tulisan tersebut sendiri bukan karya yang ditulis sendiri oleh Kiai Hasyim, tetapi merupakan transkrip atau catatan beliau dalam sambutan di acara Muktamar Nahdlatul Ulama.  Satu hal yang menarik dibahas dalam kitab Hadratusyaikh yakni terdapat kasus penistaan terhadap sosok Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga:

Siswa MA SS Tebuireng Rayakan Maulid Nabi dengan Semangat Literasi

Refleksi Maulid Nabi di MA Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng

Beliau menerangkan, alasan perbedaan Hadratusyaikh dalam menyikapi masalah tersebut seperti penyikapan yang terdapat dalam 3 karyanya, hal ini disebabkan karena perbedaan latar belakang permasalahan yang ada saat itu.

Adapun menurutnya, yang bisa dilakukan dalam menyikapi perbedaan informasi yang didapat dari karya Hadratusyaikh adalah dengan memahami sejarah.

“Kita membaca kitab At-Tanbihat Al Wajibat kita harus tahu konteksnya apa, ada masalah apa sehingga kitab itu di tulis,” ucapnya.

Lebih lanjut, M. Ilham Zidal Haq, penulis buku ini membahas tentang keberhasilan Hadratusyaikh dalam menyatukan seluruh komponen masyarakat dari berbagai golongan, yakni karena keilmuannya. Ia juga mengibaratkan Hadratusyaikh seperti lautan tidak bertepi. Sebab sosok Hadratusyaikh dapat dikaji dari berbagai prespektif, seperti pendidikan, politik, hukum fiqih, dan juga sosial.

“Beliau itu adalah kiai aktivis, kiai organisatoris, kiai sosial, itulah sosok kiai Hasyim Asy’ari,” ungkapnya.

Tidak hanya  itu, beliau menerangkan bahwa Hadratusyaikh tidak hanya menulis berbagai kitab, tetapi juga mencetak pemimpin.



Pewarta: Ilvi Mariana