Tebuireng.online— Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah (MASS) Tebuireng berupaya memperbanyak literasi untuk membentuk karakter islami di era digitalisasi serta meneladani ulama sebagai pewaris para nabi, melalui bedah buku “Hadratussyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari Pemersatu Umat Islam Indonesia”, pada Rabu (18/9/2024) di halaman sekolah.
Bedah buku yang juga sebagai salah satu cara memperingati maulid Nabi Muhammad SAW., ini dihadiri ratusan santri, guru, dan empat penulis buku “Hadratussyaikh Pemersatu Umat Islam Indonesia” yaitu KH. Abdul Hakim Mahfudz, Dr. M. Anang Firdaus, M. Rizki Syahru Ramadan, M. Ag, dan M. Ilham Zidal Haq, M.Pdi.
Pada kesempatan itu, Gus Kikin yang juga Cicit Hadratusyyaikh membicarakan sejarah dibentuknya Nahdatul Ulama oleh pejuang Indonesia, KH. Hasyim Asy’ari sebagai salah satu penyelamat umat Islam di Indonesia.
Selain Gus Kikin, Anang Firdaus di hadapan ratusan santri menceritakan perjalanan kisahnya mempelajari sejarah perjuangan Kiai Hasyim dan perjalannya menulis buku, di mana pengakuannya adalah sangat bahagia bisa menulis bersama Cicit Hadratussyaikh yaitu KH. Abdul Hakim Mahfudz.
“Kami menulis dengan pemilik informasi lengkap tentang Kiai Hasyim, yaitu Yai Kikin,” ungkapnya di hadapan ratusan santri. Ia mengaku perjalanan menulis itu sering mengadakan pertemuan langsung berdiskusi yang sebelumnya juga dilakukan di Pusat Kajian Hadratussyaikh saat ke pengasuhan Gus Sholah dulu.
“Berdiskusi dengan Yai Kikin membuat saya mengetahui apa yang belum saya tahu tentang Kiai Hasyim,” tuturnya.
Wakil Mudir Mahad Aly Hasyim Asy’ari itu juga membahas sejarah MIAI. Di mana ia menyebut pendiri MIAI sebenarnya itu adalah Kiai Hasyim Asy’ari, hal itu ia dapatkan informasi dari Kiai Kikin di mana merujuk pada data-data yang tidak diungkap oleh penulis Sejarah.
“Akhirnya saya menelusuri sejarah itu, salah satunya ketemu yang namanya Ahmad Mansyur Surya Negara ahli sejarah dan banyak temuan lainnya. Dalam buku-buku sejarah itu saya mendapat banyak bukti bahwa MIAI itu berdiri dengan arahan dan inisiatif KH. Hasyim Asy’ari,” ungkapnya.
Di podium Anang menyebut itulah yang menjadi landasan Yai Kikin yakin MIAI itu didirikan oleh Yai Hasyim walau dipersempit datanya oleh orang-orang yang menulis sejarah. “Tak ditemukan selain Kiai Hasyim yang bisa merekatkan semua golongan. Itulah begitu hebat Yai Hasyim untuk Indonesia.”
Menurutnya Yai Kikin mempunyai data yang siapapun tidak punya data-data itu atau memang sengaja di tutup oleh beberapa orang soal sejarah Islam Indonesia. “Keresahan Yai Kikin yang membuat buku itu adalah timbunan sejarah sejarah yang ga jelas sehingga menutup sejarah kiprah Yai Hasyim untuk Indonesia.”
Ia juga meminta para siswa MA SS untuk aktif menuliskan sejarah termasuk mengulik sejarah agar ke depannya masyarakat membaca Sejarah yang benar.
“Bahasa cinta Yai Kikin kepada Kiai Hasyim ditulis melalui buku. Bahwa Kiai Hasyim sangat cinta pada Indonesia. Bagaimana Kiai Hasyim memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.” Tegasnya.
Untuk diketahui bedah buku Hadratussyaikh Pemersatu Umat Islam Indonesia itu dilaksanakan di halaman sekolah MA SS yang dimulai dengan pembacaan shalawat maulid Nabi Muhammad dan sambutan-sambutan dari pihak sekolah dan Pesantren Tebuireng, mulai pukul 08.00 Wib hingga 12.30 Wib.
Pewarta: Albii