Perempuan dan perjuangannya. (sumber: kumparan/ist)

Hari ini penerimaan santri baru di Pondok Pesantren Putri Ahsanur Riayah berjalan lancar.  Beberapa panitia terlihat sibuk membantu para walisantri untuk mengantarkan ke kamar anak-anaknya. Di bagian selatan terlihat sosok Najiha sebagai ketua PSB tahun ini juga tidak kalah sibuk membantu dan mengarahkan panitia sekaligus para walisantri.

Adzan dzuhur pun berkumandang, sebagian panitia ada yang melaksanakan sholat dan sebagian panitia yang lain masih tetap stay menunggu stand PSB hari ini. Setelah sholat dzuhur Najiha kini bertugas menjaga stand utama paling depan bagian asrama hufadz. Karena pendaftar hufadz yang sangat membeludak, Najiha dan teman yang lain sedikit mengalami keriwehan.

Untuk meminimalisir terjadinya kesalahan data, Najiha selalu memantau data santri pada rekapan yang ada. Sembari sesekali memandangi suasana asrama huffadz melalui cctv. Ketika sibuk mengecek data-data, Najiha melihat ada santri dan orang tuanya berjalan mengarah ke stand asrama huffadz dengan barang bawaan yang banyak, Najihah bergegas membantu bersama teman yang lain untuk membawakan barang santri tersebut.

Sesampainya di stand Najiha memepersilakan walisantri tersebut untuk duduk bersama sang anak untuk diarahkan tentang daftar ulang dan sebagainya. Proses daftar ulang pun selesai dan najihah mempersilahkan santri etrsebut untuk langsung ke kamar yang akan diantarkan oleh panitia yang menjaga di area asrama huffadz tersebut.

“Mbak sudah lama mondoknya?” tanya walisantri ke Najiha.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

 “Alhamdulillah sudah bu, sudah 7 tahun,” ucap Najihah lembut dengan senyum manisnya. Mendengar ucapan itu sang walisantri tersenyum sembali mengangguk dan memegang bahu Najiha.

“Mbak, selesai atau belum semoga semua dilancarkan ya mbak, jangan patah semangat setiap orang punya jalan kesuksesan masing-masing meski jalan itu jauh lebih lambat dari orang lain,” ucapan itu begitu menyentuh di hati Najiha. Ia tersenyum menyambut pesan walisantri itu.

Najiha terdiam dan menatap mata walisantri tersebut dengan berkaca-kaca, terlihat senyum tulus sang ibu semakin membuat Najiha terenyuh. Dalam benaknya mengapa ibu ini bisa tau kegundahan yang sedang ia rasakan saat ini.

Kemudia Najiha pun langsung menyalami dan berpelukan dan mengucapkan terimakasih dengan walisantri etrsebut, entah mengapa dipeluk oleh beliau benar benar menjadikan energy tambahan untuk Najiha yang sedang rapuh. Najiha pun tetap dengan posisi berdiri menatap keluarga itu melangkah mengantarkan anak perempuanya mondok.

*******

Seminggu setelah pertemuan najiha dengan walisantri itu Najiha sama sekali tak pernah melihat anak dari sang ibu. Tapi Najiha masih penasaran mengapa beliau bisa mengerti apa yang sedang Najiha pikirkan. Seperti biasa cuaca di pondok sangat panas, dan tidak dapat dirasakan hembusan angina sedikit pun yang bisa mendinginkan tubuh. Dari ujung ke ujung pandangan yang bisa dilahat adalah santri santri yang selalu berkipas menggunakan buku dan sebagainya.

Sudah tiga hari ini Najiha setoran hafalan tapi selalu dibentak oleh ustadz karena memang kesalahan najiha sangat banyak. Tapi seorang Najiha tetap mencoba untuk setoran dan menambah hafalan meski mental di bantai habis habisan.

Ketika sedang mengaji di tangga, Najiha di kejutkan dengan tangan yang memegang bahunya, ternyata itu adalah Nafisa. Melihat wajah Najiha yang tegang tersebut membuat nafisa tertawa sangat keras. Nafisa adalah teman dekat Najiha sejak awal mondok tapi nasib Najiha dan Nafisa berbeda.

Nafisa sudah khatam sejak kelas 2 aliyah sedangkan Najiha belum. Sebagai teman seperjuangan Nafisa sangat tau latar belakang Najiha dan permasalahan Najiha. Ternyata nafisa ingin memberi tahu bahwa nanti malam tidak setoran tapi evaluasi. Mendengar ucapan itu najiha sangat sangat girang dan bahagia, karena kesumpekannya kini berhenti sejenak karena evaluasi.

Malam pun tiba, bell kegiatan setoran pun telah berbunyi menandakan seluruh santri akan memasuki kelas setoran masing masing. Sesampainya di kelas najiha dan teman teman yang lain tetap memurojaah hafalan masing masing seperti biasa. Selang beberapa menit ustadz pun rawuh. Sebelum memuali ustadz akan mengawali dengan berdoa bersama.

Setelah itu ustadz pun membuka pembicaran dengan bercerita bahwasanya sukses apa enggaknya seorang anak itu bisa dilihat dari orang tuanya. Mendenger ucapan itu najiha hanya terdiam dan menunduk. Jujur najiha paling benci dengan pembahasan ini. sepanjang perbincangan ustadz najiha hanya tertunduk karena najiha benar benar tersinggung, najiha merasa bahwa seakan akan dirinya tidak bisa sukses karena terlahir dari orang tua yang tidak seberapa mengenal agama dengan baik.

Najiha makin tidak enak hati  karena sang ustadz benar benar membedakan dirinya dengan yang lain yang lebih lancer. Perbincangan pun di tutup dan mereka semau pulang. Sesampainya dikamar najiha bergegas bersih bersih dan tidur. Najiha menangis sejadi jadinya sambil terbaring letih, kini dalam benak najiha berkecamuk tekad untuk membuktikan bahwa dirinya juga bisa menyelesaikan hafalan 30 juz meski tidak terlahir dari orang tua yang religious.

Dari malam itu kini entah energy apa yang membuat najiha semakin rajin setoran dan menambah hafalan bahkan bisa sampai 5 pojok perhari dan bahkan lancer. Melihat najiha berubah begitu pesat mmebuat ustadz kebingungan mengapa bisa serajin itu dan sebanyak itu kalau menambah.

Selang beberapa bulan kabar najiha akan doa nanti malam terdengar hampir keseluruh pondok meski ada asaram selain huaffadz. Kini najiha setoran juz 30 mendakan bahwa setoran bil ghoib telah usai. Setelah najiha selesai membaca juz 30 kemudia ustadz pun mendoakan dan di aamiinkan oleh seluruh teman teman sekelas najiha. Seluruh teman najiha nangis tersedu sedu melihat najiha akhirnya menyelesaikan hafalan nya apalagi nafisa.

Setelah berdoa mereka pun berfoto bersama dan najiha memberikan bingkisan kepada ustadz untuk tanda terimakasih. Sebelum pulang ustadz menyampaikan selamat kepada najiha, bahwa meski perjalanan najiha agak lambat tapi akhirnya selesai juga. Siapapun akan selesai jika mau berjuang dan terus berjuang. Ucap beliau kepada najiha dan kepada yang lain.

Kemudia semuanya tetap duduk karena tidak boleh mendahului ustadz ketika keluar kelas. Setelah usatdz keluar mereka pun ikut keluar dan kembali kepondok untuk mayoran bancakan nya najiha. Dalam benaknya Najiha. Semua manusia memang memiliki jalan, tapi tak semua manusia merasakan jalan yang lurus. Meski jalan nya lamban, tapi kalau istiqomah pasti akan sampai pada tujuan, kini najiha benar benar bahagia karena impian nya akhirnya tercapai meski butuh waktu yang tak singkat.



Penulis: Wan Nurlaila Putri