Di Kota Ini
Di kota ini, bukan tanpa alasan tuhan menakdirkan kita bersua
Entah rencana-Nya indah sesuai harapan,
atau menimbulkan luka yang terdalam.
Aku masih ingat, bagaimana suasana pesantren saat pertama kali
menginjakkan kaki disini.
Dan aku masih ingat,
pelajaran pertamaku kala itu.
Masih terekam dengan jelas di memoriku,
kota yang sebentar lagi akan ku tinggalkan ini menyimpan banyak kenangan
Sedih rasanya karena menuju hari kelulusanku,
esok harus ku cari alasan untuk kembali padamu.
Jombang,
Kota santri yang membuat aku jatuh cinta pada setiap sudutnya
Tak ku temui di belahan bumi manapun,
tempat nyaman dan menyejukkan hati seperti ini
Di Mana Lagi, Ya Rabbi?
Di mana lagi, Ya Rabbi?
Akan ku temukan suasana seperti ini
Di mana lagi, Ya Rabbi?
Para santri itu berbaris rapi mengantre
Suara lantunan ayat suci yang selalu terdengar tiada henti
tembang selawat yang selalu dinyanyikan
setiap sudut tempat dijadikan untuk belajar.
Ada yang lalaran, hafalan, atau sekadar bersenda gurau
Di mana lagi, Ya Rabbi?
Ku temukan ketenangan ini?
Kendati ramai tiada henti
namun hati ini tak pernah terusik oleh kebisingan duniawi
Berkelana dalam Dhuha
Tiga puluh menit sebelum sekolah,
tak pernah ku tinggalkan salat dhuha
Tiga puluh menit sebelum kuliah,
tak pernah ku lewatkan salat dhuha
Tiga puluh menit sebelum bekerja,
tak ku lupakan salat dhuha
Dhuha mengajarkanku berkelana,
berkelana mengenal sang pencipta
Dhuha mengajarkanku soal menghamba,
menghamba hanya pada semesta
Dhuha mengajarkanku berserah,
berserah pada sang pencerah
Kendati hanya dua kali sujud, tuhan …
Tapi ku lakukan dengan penuh keikhlasan
penuh ketaatan dan keistiqamahan
Karena berkah dan pertolongan-Mu
senantiasa menyertai hari-hariku
Di Bawah Langit Tebuireng
Dalam diam, ku tatap langit dengan hangat
Indahnya kuasa-Mu memancarkan aura ketenangan
Dalam hening, aku menatap malam
Gemerlap bintang memancarkan kedamaian dan makna kehidupan
Dalam kesunyian ini,
di bawah langit Tebuireng
Tidak mendung atau hujan
Tidak panas atau gerah gemerah
Kuasa semesta masih tetap terpancar indah
Bulan sabit yang dikelilingi bintang bertaburan
menjadi saksi ribuan santri mengaji
Angin malam dan pohon-pohon sekitar
menjadi teman para penuntut ilmu ini belajar
Satu Seperempat Abad
Lilin yang nyala akan binasa, namun nyalamu abadi
Setapak demi setapak, langkah berpijak,
kaki menjejak, waktu tak terelak
Satu seperempat abad mengabdi untuk umat
Angka itu bukanlah suatu batas,
namun satu episode intro lagu yang indah
yang dinanti oleh banyak manusia
dari seluruh penjuru dunia
Bagaimana tidak, sampai hari jadimu saat ini
Kau t’lah mencetak jutaan generasi
Melalui peradaban dan kuasa ilahi
Kau didik anak-anak negeri
menjadi insan berbudi luhur terhadap bumi pertiwi
Penulis: Rokhimatul Inayah