Review buku, Perempuan yang Mendahului Zaman karya Khairul Jasmi. (sumber gambar: duniasantri)

Buku ini memiliki gaya penulisan sangat menarik karena beberapa chapter menggunakan bahasa daerah Sumatera, Minangkabau. Saya suka dengan diksi yang digunakan penulis dengan bahasa daerah sehingga memperkaya pembaca tentang ciri khas bahasa daerah Sumatera khususnya Minangkabau dan Padang Panjang.

Adapun setting tempat cerita novel ini adalah di daerah Padang Panjang yang kemudian tokoh utama yang bernama Syekhah Rahmah el-Yunusiyyah berkelana dari tanah kelahiran ke negeri Jiran untuk mencari relasi, sponsor, dan dukungan perjuangannya mendirikan sebuah sekolah perempuan di Padang Panjang, yang nantinya sekolah tersebut menjadi sekolah perempuan pertama di Indonesia yang ia beri nama Diniyyah Puteri Padang Panjang pada tahun 1923 hingga pada satu masa keberhasilannya, latar cerita di novel ini membawa tokoh utama ke Mekkah, Madinah, dan Mesir.

Rangkayo Syekhah Rahmah El-Yunusiyyah adalah ayam betina yang berkokok. Ayahnya memiliki kekerabatan dengan Buya Hamka. Sejak belia, di zaman penjajahan, ia mendirikan sekolah muslimah pertama di Indonesia, Diniyyah Puteri. Tak terbeli, ia adalah komandan TKR, pasukan yang menghadang Belanda. Punya pasukan intel. Rahmah selalu berkerudung.

Pada masa perjuangannya di uisa muda, ia seringkali ditangkap, didenda, dan ditahan Belanda. Melawan Jepang agar menutup semua rumah bordir di Minangkabau. Menjemput perempuan-perempuan Minang yang diculik di markas Jepang. Gelar Syekhah diberikan secara hormat oleh Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir. Univeristas ini meniru Diniyyah Puteri. Rahmah mendahului Al-Azhar. Rahmah mendahului zamannya. Ia paling dulu mengibarkan Sang Merah Putih pada 1945 di Ranah Minang bahkan mungkin Sumatera. Kini warisannya makin jaya, modern, dan disukai bnayak perguruan tinggi ternama di dunia.

Penulis hendak mengisahkan perjalanan hidup seorang wanita hebat pada zaman penjajah yang dikemas dengan bumbu sastra sebuah novel. Tentu, ini adalah novel berbasis fakta. Perjuangan perempuan yang luar biasa, karena sejak kecil hidup dalam lingkungan agamis dan dibalut budaya yang kental. Hebatnya, penulis merangkai setiap chapternya dengan penuh sarat akan sastra dan fakta sejarah. Menarik!

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Saya dibuat jatuh cinta berkali-kali pada novel yang sama. Tak pernah bosan saya membacanya berulang. Mengingatkan saya pada perjuangan perempuan yang membela hak-hak kaumnya yang tertindas. Meski pada satu masa, ia dipaksa nikah muda oleh keluarga namun berakhir di persimpangan jalan, karena sang mantan suami memilih pergerakan, sedangkan Rahmah memilih pendidikan.

Luar biasa, berbedea ideologi dan misi membuat keduanya mengakhiri kisah cinta yang berdurasi beberapa bulan saja tanpa perkelahian. Bukan hanya itu, sosok rahmah diceritakan sebagai perempuan yang cerdas, pandai mengaji kitab dan al-Qur’an, hingga ia bisa membuat halaqah tafsir khusus kaum perempuan dan ilmu agama Islam, matematika, ilmu pedagogik, dan lain-lain pada awal perjuangannya hingga sukses mendirikan Diniyyah Puteri dan diadopsi oleh Universitas Al-Azhar yang saat itu belum membuka cabang lil banat (khusus pelajar perempuan).

Terimakasih Syekhah Rahmah, engkau inspirasi kami di era sekarang. Adapun kelebihan novel ini: Latar setting yang urut dan alur mudah difahami, serta klimaksnya ada di setiap chapter. Kekurangan: Tidak diceritakan secara detail tentang riwayat pendidikan tokoh utama.



Penulis: Khairul Jasmi
Penerbit: Republika Penerbit
Tanggal Terbit: 2 Des 2020
ISBN: 9786232790896
Halaman: 232
Peresensi: Alfiya Hanafiyah