Sumber gambar: http://ceritapenyejukhati.blogspot.com/

Oleh: KH. Fawaid Abdullah*

Keberadaan niat sangat penting sebagai sebuah pondasi manusia hidup di dunia, ibarat membangun sebuah rumah, kalau pondasinya tidak kokoh dan kuat, rumah yang akan dibangun maka akan cepat retak dan hancur. Segala sesuatu itu diukur sejauh mana kebersihan niatnya. Entah itu ibadah mahdlah maupun ibadah muamalah. Berdagang, bertani, thalabul ilmi, bahkan dalam konteks meraih kekuasaan sekalipun. Niat yang bersih harus menjadi tolok ukur dan pondasinya.

Suatu ketika, Rasulullah SAW bersabda kepada Abi Dzar Al Ghifari RA: “Jaddid Al Safienata fa Innal Bahra ‘Amiequn”; Wahai Abi Dzar, perbaharuilah perahumu karena sesungguhnya lautan itu begitu dalam.”

Yang dimaksud baginda Nabi itu, bahwa sahabat Abi Dzar itu diperintahkan untuk selalu membaiki (mempercantik, memperindah) niatnya disetiap apa saja yang akan atau sedang dilakukan. Supaya menghasilkan pahala dan keselamatan dari murka Allah SWT. Orang yang salah dalam menata niat, maka Allah tidak suka dan bahkan marah (benci) kepadanya.

Imam Umar Al Faruq bahkan suatu ketika pernah berkirim surat khusus kepada Abu Musa Al Asy’ari, bahwa barangsiapa yang niatnya bersih (dalam melakukan sesuatu hanya bersandar kepada Allah, ikhlas karena Allah), maka Allah akan memberikan kecukupan kepadanya dan kepada sesamanya (diantaranya).

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Suatu ketika Salim bin Abdullah bin Umar Al Khattab juga pernah berkirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang isinya: “Wahai Umar, sesungguhnya pertolongan Allah SWT kepada seorang hambaNya itu diukur sesuai kadar niatnya, barangsiapa yang niatnya bersih maka Allah akan menolongnya. Dan barangsiapa yang niatnya kurang (ikhlas), maka Allah juga mengurangi pertolonganNya, sesuai kadarnya.

Tidak usah kaget atau heran, kalau ada hamba Allah, semisal orang-orang yang shalih, mukhlis, para kekasih Allah, wali-wali Allah, para ulama yang memang hidupnya hanya untuk Allah, tanpa pamrih apa-apa. Lalu ia berlimpah rezeki, bahkan Allah berikan kecukupan yang berlebih kepadanya. Semakin tinggi keikhlasan dan kebersihan niat seseorang, maka akan semakin besar pula Allah berikan kecukupan dan pertolongan apapun kepadanya.

Maka, bersihkan lah semua amal perbuatan dan ibadah kita. Ibarat sebuah lautan yang dalam, maka perjalanannya harus memakai perahu yang kuat pula, semakin kita seberangi luasnya lautan, maka perahu yang kita naiki juga harus semakin kuat pula. Perahu itu ibaratnya niat. Beruntung sekali orang yang setiap langkahnya hanya didasarkan murni dan hanya untuk Allah SWT.

Inilah yang dipertegas oleh Syaikh Ahmad ibn Athoillah As Sakandary dalam kitab Al Hikam, dinamakan Maqam Al Khumul. Ibn Athoillah berkata: “Idfin Wujudaka fiy Ardlil Khumuul, fama Nabata mimma Lam Yudfan La Yatimmu Nitajuhu”, tanamkan wujudmu dibumi yang samar, karena tidak ada sesuatu (bibit) itu bisa tumbuh sempurna tanpa ditanam (terlebih dahulu, proses tanam yang sempurna pula), maka hasilnya (juga) tidak akan sempurna.

Semakin tinggi keikhlasan seseorang, serta bersih niatnya dalam segala amal ibadah dan perbuatannya, maka akan semakin sempurna pula hasil yang akan capai, didapatnya. Kalau hidup kita ini ingin indah, maka bersihkan niatmu, ikhlaskan niat mu, dalam melakukan sesuatu apapun. Wallahu A’lam.

Disarikan dari kandungan isi kitab Nashoihul ‘Ibad.

*Khaadim Pesantren Al-AULA Kombangan Bangkalan Madura.