(kanan) Dr. Bambang Widjojanto, Mantan Wakil Ketua KPK, dalam seminar nasional yang diadakan oleh Pascasarjana Unhasy, Jumat (23/11/18) di Pesantren Tebuireng. (Foto: Kopi Ireng)

Tebuireng.online “Education is not for sale, Pendidikan bukan untuk diperjualbelikan,” itulah kutipan pertama yang disampaikan oleh Dr. Bambang Widjojanto sebagai mantan wakil ketua KPK pada acara Seminar Nasional tentang “Optimalisasi Pendidikan Keluarga Sebagai Upaya Mempersiapkan Generasi Anti Korupsi” yang digelar oleh pihak Pascasarjana PAI Unhasy di gedung KH. Yusuf Hasyim Tebuireng, Jumat (23/11/18).

Materi tersebut dibuka dengan shocking atau buka wawasan bahwa hari ini pendidikan Indonesia sedang terancam. Menurut Dr. Bambang, ada proses distraktif yang menyerang sendi kehidupan masyarakat termasuk dalam bidang pendidikan sehingga pendidikan kehilangan arah, bukan lagi cahaya yang bisa menyinari cita-cita.

“Pendidikan yang seharusnya memanusiakan manusia kehilangan maknanya. Bahkan karakter integritas terasingkan, teralienasi dalam proses pendidikan termasuk dalam pendidikan keluarga,” ungkapnya.

Selain itu, ia secara lantang menyampaikan bahwa pemuda masa kini sudah kehilangan karakter dan integritasnya dengan mencontohkan bahwa seorang mahasiswa saja sudah belajar korupsi sejak di kampus dengan jargon “Korupsi ala mahasiswa” yang memiliki pola-pola tersendiri sebagai suatu contoh mengutip tanpa menyebutkan pengarangnya.

“Proses pendidikan kita membiasakan hal-hal yang menyebabkan menjadi bagian dan karakter pemuda,” jelas beliau.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selain proses lingkungan, Dr. Bambang juga menyampaikan bahwa saat ini kita dikepung oleh budaya konsumtif, hedonisme, dan materialisme. Selain disebut dengan generasi medial, generasi pemuda sekarang juga disebut dengan  Gen-c. Yang  mana maksud dari C adalah Connected. Anak-anak Gen-C sudah terhubung dengan dunia media sosial yang memudahkan proses multitasking, yaitu belajar, mendengarkan lagu, chatting dan memesan makanan sekaligus. Semua dilakukan dalam satu waktu. Selain itu, fenomena yang terjadi adalah kepungan screen archer.

“Setiap hari kita tidak bisa lepas dari screen, selesai dari screen beralih pada komputer. Selesai komputer ke televisi kemudian ke bioskop. apa yang terjadi? Terjadi penanaman nilai yang didominasi oleh gadget dan semua screen sehingga kemudian guru dan Yai kita adalah Yai Google, Eyang Google. Dan itu lebih banyak daripada proses pendidikan di sekolah maupun pendidikan di rumah” papar Dr. Bambang dengan menggebu.

Menurut beliau hanya terdapat enam media yang memproduksi berita di Indonesia yang dibaca oleh semua orang. Dalam artian bahwa Indonesia dikuasai informasi oleh enam orang pemilik sumber berita. Jadi padasarnya pengetahuan masyarakat disempitkan, dikerdilkan, dan dikendalikan sedangkan masyarakat umumnya hanya menjadi konsumen. Ini yang dimaksud dengan proses hegemoni, Pikiran dikuasai kemudian dijinakkan. Jika sudah selesai ditaklukkan secara otomatis pendidikan Indonesia sudah sakaratul maut.

Pewarta: Luluatul Mabruroh

Editor/Publisher: RZ