Oleh: Rara Zarary*
Jangan pernah bilang, aku benar-benar bagian jika dalam dirimu kau tak tahu cara menempatkan.
Tak aku dengar lagi suara bulan membaca sajak-sajakmu yang dipatah lupakan. Jangan pernah bilang, aku adalah orang yang punya posisi paling aman, bila dirimu saja tak tahu cara memberi perhatian.
Matahari dan Rembulan selalu bergantian, memang. Dan rindu tenggelam diantara keduanya tanpa suatu hal sebagai jawaban. Jangan pernah bilang, kau menjagaku dg baik dalam doa pada Tuhan. Itu abstrak dan tak ada apapun sebagai persaksian.
Air mata sudah retak. Rindu mengeram, mengecam berontak. Jangan pernah bilang kau juga punya perasaan yang sama, bila kau tak pernah berusaha mencari kabar atau sekadar pura-pura berkabar.
Jangan bilang, kau begitu menjaga. Tidak usah membela diri seperti kamu paling setia. Tidak ada lagi pagi dan senja yang bisa kau jadikan alasan janji janji masa silam terjaga setiap degub dada.
Aku sudah mengubur dalam, dalam masa yang aku sendiri tidak akan pernah bisa lagi membacanya. Anggap saja tidak pernah ada. Jangan pernah bilang, aku yang lupa dan kamu orang paling setia.
Sudah lama aku diam, membiarkan kamu sendirian, atau asyik bersama lain kenyataan. Aku dikubur oleh anggapan anggapan yang menyayat habis segala kekuatan. Mati, mati diantara kekecewaan.
Jangan pernah bilang, aku menyerah dan kau tak pernah kalah. Mari saksikan bersama, pemakaman janji yang dilupakan oleh dirimu sendiri. Tidak akan pernah ada tagih, atau dendam untuk sekadar menyedarkan dirimu yang tak pernah benar-benar menaruhku dalam hati.
*Alumni Pondok Pesantren Annuqayah Madura.