KH. Salahuddin Wahid atau Gus Sholah (Foto: republika.co.id)

Oleh: Ipang Wahid

Aku iri padamu, Pak Kiai.
Iri pada karunia Allah yang telah memberi 75 tahun umur namun kau habiskan untuk banyak sekali hal yang bermanfaat. Mulai dari sekadar mengunjungi permintaan selamatan di pelosok kampung terpencil, mendirikan organisasi pendaki gunung wanadri, membuat album dan menyanyikan lagu penggugah nasionalisme sendiri, hingga terlibat di banyak kegiatan kebangsaan di lembaga-lembaga tinggi negara.

Aku iri padamu, Pak Kiai.
Iri pada kemampuanmu yang tetap selalu peduli pada begitu banyak masalah kemanusiaan, keagamaan, dan kebangsaan. Tanpa kenal lelah, tanpa pamrih dan tanpa membedakan latar belakang mereka.
Tak peduli apapun status sosialnya, tingkat ekonominya, rasnya, agamanya, semuanya disambangi di tempat mereka dan diterimanya dengan ikhlas.
Ya, ikhlas. Sesuatu yang begitu sulit didapat di zaman sekarang.

Aku iri padamu, Pak Kiai.
Iri pada kebiasaanmu membaca dan menggali ilmu serta mendengarkan begitu banyak keluh kesah banyak orang. Tak heran, ilmu pengetahuanmu begitu banyak dan beragam.

Aku iri padamu, Pak Kiai.
Iri pada perilaku ‘satu kata satu perbuatanmu’ yang selalu jadi panutan kami. Perilaku sederhanamu, kejujuranmu, kepedulianmu, kerja kerasmu, disiplinmu hingga integritasmu yang begitu langka di zaman sekarang ini.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Aku iri padamu, Pak Kiai.
Terima kasih atas semua tauladan yang telah kau contohkan kepada kami, kepada negeri ini.

Selamat ulang tahun, Pak Kiai.
Semoga Allah makin menyayangimu, memuliakanmu, memberimu kesehatan, dan hidup yang penuh barokah dan manfaat.

Dari anakmu yang selalu iri padamu dan selalu berusaha meneladanimu.

Jakarta, 11 September 2017


Penulis adalah Putra KH. Salahuddin Wahid atau Gus Sholah