Syeikh Belal Mahmoud Afifi Ghouneim berbagi cerita dan wejangan kepada santri putra Pondok Tebuireng, Ahad (11/09/2017).

Tebuireng.online—Ahad (10/9/2017), Pondok Pesantren Tebuireng menerima kunjungan dari salah satu mab’uts Universitas Al Azhar, Kairo. Syeikh Belal Mahmoud Afifi Ghouneim yang sedang bertugas mengajar di Pondok Pesantren Tebuireng.

Mudir Ma’had Aly Hasyim Asy’ari KH. Nur Hannan, L.ci., M.Hi memperkenalkan Syeikh Belal Mahmoud kepada seluruh santri Pondok Putra Tebuireng usai shalat Maghrib di Masjid Tebuireng. Diterjemahkan oleh mudir yang akrab disapa Ustad Hannan, Syeikh Belal Mahmoud mengungkapkan rasa senangnya dengan adanya pondok pesantren di Indonesia yang tidak pernah ditemuinya di Mesir.

“Pendidikan Pondok Pesantren ini baru saya temui di sini, Indonesia. Di sana saya belum pernah melihat pendidikan seperti ini,” ungkap beliau kepada santri.

Beliau memberikan petuah kepada seluruh santri, mereka dalam mencari ilmu harus siap. Siap meninggalkan rumah demi mencari ilmu di pesantren. “Tujuan utama kalian adalah belajar dan memahami ilmu,” jelasnya.

Beliau juga berpesan agar tidak melupakan niat atau tujuan utama seorang santri mondok di pesantren. Beliau mengingatkan bahwa mencari ilmu akan sia-sia apabila tidak dibarengi dengan niat.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Santri berkesempatan mendapatkan penjelasan mengenai Universitas Al Azhar, Kairo langsung dari mab’uts-nya. Universitas Al-Azhar Kairo memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam ke berbagai dunia. Ini merupakan visi dari universitas tersebut. Untuk menyukseskan visi tersebut, pihak universitas mengadakan tes yang begitu ketat untuk mengirimkan beberapa tenaga kerja yang dianggap terbaik ke berbagai negeri termasuk Indonesia.

“Kalian yang sudah ditakdirkan oleh Allah untuk meneruskan mencari ilmu di pondok pesantren adalah sebuah keberuntungan. Oleh karena itu, manfaatkan waktumu untuk menuntut ilmu di pesantren dengan baik. Jika kalian gagal maka itu adalah kesalahan besar bagi kalian,” tutur syekh yang sudah mulai mengabdi mengajar di Tebuireng pada tahun ini.

“Dengan begitu, diharapkan kepada seluruh santri untuk bisa memahami ilmu serta belajar dengan baik agar tidak terjadi kesalahan yang bisa menjurus dunia masyarakat nanti,” lanjutnya.

Menurutya, santri diibaratkan seperti sebuah pondasi bangunan. Apabila bangunan itu kokoh berarti pondasi itu kuat. Sebaliknya, jika bangunan itu roboh itu karena pondasinya lemah. “Kalian ini diibaratkan sebagai pondasi pondok pesantren. Apabila kalian belajar dengan sungguh-sungguh, maka diumpamakan seperti pondasi bangunan pondok pesantren yang sangat kuat. Tetapi, bangunan pondok pesantren roboh jika pondasinya lemah,” ujar beliau.

Syeikh yang akan mengajar di Tebuireng hingga 2020 mengatakan, setiap manusia yang diciptakan oleh Allah memiliki potensi. Mahasantri harus bisa mencari, menemukan, dan mengembangkan potensinya. Sehingga tidak perlu meniru potensi orang lain yang belum tentu tepat dengan diri kita. Karena Allah telah menciptakan manusia dengan berbagai potensi yang berbeda-beda guna untuk saling melengkapi kekurangan.

“Ibarat santri adalah seorang anak, dan guru-guru adalah orang tua. Maka jika ingin berhasil, maka berkomitmenlah untuk berakhlak baik kepada guru kalian,” tukas beliau.

Beliau mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengurus Pondok Pesantren Tebuireng yang telah menyambut beliau dengan baik dan kepada santri yang telah bersedia untuk menjadi partner bertugas nanti.


Pewarta:          Mochammad Tajuddin

Editor:             Farha Kamalia

Publisher:        Fara