Hujan mengguyur daerah Tebuireng mengiring jenazah Nyai Hj. Masykuroh Karim ke peristirahatan terakhir pada Kamis (04/01/2018). (Foto: Raihan Bagas Mahardika)

Tebuireng.online— Pesantren Tebuireng baru saja berduka. Salah satu sesepuhnya, Nyai Hj. Masykuroh Karim istri Pengasuh ke-4 Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Karim bin Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari meninggal dunia. Di Mata keluarga, Nyai Masykuroh adalah pribadi yang baik, tidak pernah suudzan, dan murah hati kepada tetangga.

Kesaksian itu disampaikan oleh salah satu cucu beliau, Gus Syamsun Ni’amil Karim atau yang biasa disapa Gus Bagus. “Beliau ndak pernah punya suudzan itu mas yang berkesan sangat,” ceritanya saat dihubungi Tebuireng Online via jejaring sosial WhatsApp usai pemakaman Almarhumah pada Kamis (04/01/2018) sore.

Ia menambahkan bahwa putri KH Abdurrahman Pojok Kulon Kesamben Jombang itu, selalu menyerahkan hasil akhir kepada keputusan Allah agar tidak timbul rasa suudzan. Namun, ceritaranya lebih lanjut, soal ubudiyah dan syariah kepada keluarga, beliau sangat tegas dan ketat. “Apalagi masalah syariat bab suci, masyaallah,” ungkapnya.

Namun, berkat ketegasan Nyai Masykuroh, Gus Bagus mengaku saat usia 5 tahun sudah lancar membaca Al Quran. “Kalau salah disamblek (dipukul) rotan mas tangan saya,” kenangnya. Ia mengatakan, ketegasan itu berlaku bagi seluruh anak dan cucunya.

“Pernah salah satu cucu, kebetulan adik saya, ndak shalat Subuh terus ndak dikasih sarapan sama Mbah (Nyai Masykuroh). Katanya biar sengsara di dunia, di akhiratnya biar enak,” tambah alumnus Pesantren Tarbiyyatun Nasyiin Pacul Gowang yang sejak kecil kebetulan dididik langsung oleh Nyai Masykuroh itu.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Sejak usia TK B sampai Tsanawiyah (ikut beliau), kemudian saya lanjut mondok ke Tarbiyyatun Nasyiin Pacul Gowang,” katanya.

Namun, tambahnya, sikap tegas itu sedikit melembut ketika dihadapkan kepada masyarakat, termasuk ketika berceramah atau berdakwah. “Berbeda dengan orang luar. Jamiyah Wahidiyyah yang dulu setiap minggu di sini, hari tepatnya saya lupa, beliau sangat lembut, kalau menjelaskan tentang syariat pun dengan tutur bahasa kromo inggil,” terang bapak anak satu ini.

Menurutnya hal tersebut, dimaksudkan agar masyarakat dapat mudah menerima apa yang beliau sampaikan, sedangkan ketegasan kepada keluarga dalam hal ubudiyah dan syariah bertujuan untuk menjaga keluarga agar tetap dalam koridor agama.

Selain itu, bagi Gus Bagus, yang berkesan dari sosok Nyai Masykuroh, yaitu sikap suka membantu sesama. “Sama seperti kebanyakan orang dulu, (Nyai Masykuroh) sayang banget sama fakir miskin. (Beliau) suka bagi-bagi makanan ke tetangga-tetangga,” tambah pria yang bisa dipanggil Gus Bagus itu.

Keterangan yang sama disampaikan oleh H. M. Hasyim Karim atau Gus Aying, buah hati kedua pasangan KH Abdul Karim dan Nyai Masykuroh.  “Beliau selalu membantu tetangga yang kesusahan. Insyaallah beliau sedo (meninggal dunia) dengan husnul khatimah,” ungkap Gus Aying saat menyampaikan sambutan atas nama keluarga saat prosesi pemakaman.


Pewarta:            M. Abror Rosyidin

Editor/Publisher: Aros