Mutaakhir ini, umat Islam mudah sekali terprovokasi dengan banyak isu yang tak penting. Karuan saja menjadi santapan ‘lezat’ bagi mereka yang senang melihat umat Islam tercerai berai. Sebagaimana kita saksikan bersama di jagat maya. Menunjukan betapa keroposnya rasa persatuan dan kesatuan sesama umat Islam. Begitupun dengan para elite pejabat negara dan ulama yang makin hari berjalan sendiri-sendiri. Umat Islam dikalangan bawah pun makin kehilangan rasa kedaiman dan kesejukan. Lantas, bagaiamana membangun masa depan Islam yang berkemajuan dan berperdaban di masa depan?
Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, Bapak Umat Islam Indonesia, jauh-jauh hari sudah memberikan nasehat yang baik dan masih relevan untuk di jalankan, yakni; Jagalah persatuan dan kesatuan kita, karena orang lain juga memperkokoh persatuan mereka. Kadang-kadang suatu kebathilan mencapai kemenangan disebabkan mereka bersatu dan terorganisasi. Sebaliknya kadang-kadang yang benar menjadi lemah dan terkalahkan lantaran bercerai-berai dan saling bersengketa.
Pesan Pendiri NU itu lantas di sebarkan ke sejumlah pemimpin pesantren. Tak butuh lama, pesan tersebut pun tersebar luas. Sebagai tokoh yang memiliki kharisma dan menjadi panutan umat pesan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari pun mampu menghimpun kekuatan di kalangan masyarakat.
Demi kemajuan bangsa dan umat Islam Indonesia khususnya di masa depan terus berkarya penting di wujudkan. Kesemua itu tidak akan terwujud jika perselisihan dan perbedaan pendapat yang tak bermutu terus digaungkan. Maka hanya akan menimbulkan kegaduhan semata. Perpecahan secara perlahan-lahan pun terjadi. Padahal menjaga rasa persatuan dan kesatuan amatlah penting. Segala keegoisan, ketamakan, kerakusan, dan lainnya akan terus merongrongnya. Sebagai orang yang mengagungkan beliau sudah selayaknya, nasehat para tokoh kita seperti Kiai Hasyim Asy’ari ini, diikuti dan dijalankan. (Ahmad Faozan, disarikan dari: Buku “Kiyai Haji Hasyim Asy’ari”, karya Heru Soekardi, cet. Department pendidikan Dan kebudayaan pusat penelitian sejarah Dan budaya proyek inventaris Dan dokumentasi 1977/1920; Hal 92-93)