sumber ilustrasi: www.google.com

Oleh: Nur Indah*

Pada tahun 1145 H atau 1732 Masehi lahirlah seorang bayi yang merupakan salah satu keturunan dari Rasulullah yang bernama Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq Al-Wasith Az-Zabidi Al-Husaini, yang dikenal dengan sebutan Al-Murtadha dan lebih akrab dengan sebutan Az-Zabidi (Al-Hafidz Al-Mujaddid, Sayyid Muhammad Murtadha Az-Zabidi). Sejak kecil Az-Zabidi terdidik dengan ilmu agama yang kuat, berangkat dari keluarga penghafal Al-Quran dan pakar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Al-Quran dan ilmu tajwid.

Az-Zabidi menimba ilmu di kota Khairabad kemudian melanjutkan pendidikanya di Akbarabad dan dilanjutkan di Delhi. Tidak merasa cukup dan haus akan ilmu pengetahuan di anak benua India, Az-Zabidi menimba ilmu lebih luas lagi pada ulama-ulama yang berada di Semenanjung Arab. Di samping itu juga untuk melaksanakan ibadah haji, dan pada usia 15 tahun Az-Zabidi menyiapkan diri untuk menuju Jazirah Arab. Ia berangkat melalui pelabuhan Gujarat India menuju pelabuhan Muhkam, Yaman.

Saat pertama kali singgah di kota Mizjajah, kemudian melanjutkan perjanannya menuju Zabid daerah Hudaidah, dan di daerah ini Az-Zabidi mendapat julukan yang cukup familiar dikarenakan di tempat ini ia menempuh dan mendalami pendidikan kepada syekh besar hingga mendapatkan ijazah sanad kitab Qomus al-Muhith karya monumental Al-Firuzabadi yang menjadi inspirasinya dalam mengarang kitab kamus Tajul Arus Minjawahiril Qamus mahakarya Az-Zabidi.Tak cukup disitu. Kemudian Az-Zabidi melanjutkan pendidikanya menuju Tanah Harom disana Az-Zabidi bertemu dengan Sayyid Umar bin Ahmad Al-Husaini dan meriwayatkan banyak hadist darinya. Utamanya adalah hadist musalsal tepat disisi Babur Rahmah di masjid nabawi.

Az-Zabidi merupakan tipikal ulama yang produktif, bila dihitung jumlah kitabnya baik yang berupa kitab ataupun risalah mencapai seratus tujuh karya yang sebagian besar membahas tentang hadist atau ilmu yang berkaitan. Di dalam menulis beliau termasuk orang yang tekun, sebagai buktinya karya terbesarnya adalah Tajul Arusymin jawahirul Qamus, butuh 14 tahun 2 bulan untuk menyelesaikanya, tak heran juga kitab tersebut menjadi kamus Arab-Arab terbesar menurut pakar kebahasaan setelah kamus lisan Al-Arab karya Ibnu Madzur. Dan adapun proses penulisan kitab Ithafus Sadah Al-Muttaqin Syarah Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali dibutuhkan waktu sebelas tahun untuk merampungkanya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Di samping itu Az-Zabidi sangat gemar membaca serta senang mengoleksi karangan-karangan langka ulama terdahulu. Bahkan beliau mempunyai perpustakaan pribadi yang di dalamnya terdapat karya-karya langka para ulama yang jarang ditemukan ditempat-tempat yang lainnya. Adapun koleksi-koleksi bukunya ia dapatkan mulai dari timur Negara India dan sekitarnya sampai ke wilayah Maghrib.

Tak hanya gemar membaca dan mengoleksi kitap ulama terdahulu yang langka, tak jarang Az-Zabidi menuliskan surat kepada para ulama untuk mengunjungi perpustakaanya dengan tujuan Az-Zabidi dapat saling berbagi ilmu dengan para ulama yang diundangnya dan agar Az-Zabidi tahu koleksi yang tidak ada di perpustakaanya.

Az-Zabidi wafat pada  tanggal 4 Sya’ban 1205 atau 13 September 1790 selepas menunaikan shalat Jumat, tiba-tiba beliau tidak bisa menggerakkan lidahnya dan ternyata itu merupakan efek penyakit tha’un yang melanda Mesir saat itu. Penyakit tha’un merupakan penyakit kulit yang mematikan sejenis dengan penyakit kusta dan lepra. Penyakit itu berasal dari virus yang awalnya menyerang hewan ternak. Setelah Az-Zabidi wafat perpustakaannya dibeli oleh Sultan Abdul Hamid I dan kemudian diwakafkan untuk pelajar yang berada di sana.

Dari segenap kisah Az-Zabidi di atas dapat disimpulkan bahwasanya Az-Zabidi merupakan seorang yang tekun dalam mencari ilmu dan selalu haus akan ilmu. Perjalanannya dalam menempuh pendidikan menjadi bukti akan kesuksesan Az-Zabidi di dalam mengarang karya terbesarnya dan diakui oleh para pakar mengenai keabsahannya. Tak hanya itu Az-Zabidi merupakan sosok yang memiliki potensi literasi yang sangat tinggi, mulai dari kegemarannya membaca dan menulis karya-karyanya menjadi salah satu faktor Az-Zabidi menjadi pakar hadist dari Asia selatan.

*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.