Oleh: Nur Dian Syah Fikri Alfani*

Tafsir secara global dibagi menjadi dua. Pertama, yaitu tafsir bi ar-Ra’yi dan kedua yaitu tafsir bil ar-Ma’tsur/bi ar-Riwayah. Tafsir bi ar-Ra’yi bisa diartikan sebagai tafsir ayat-ayat al-Quran yang mana produk hasil penafsirannya dihasilkan dari proses ijtihad mufassir itu sendiri. Sebagai contoh tafsir bi ar-Ra’yi ialah al-Tafsir al-Kabir atau Mafatihul Ghaib karya Fakhruddin al-Razi (w. 606 H),

Sedangkan tafsir bi al-Ma’tsur/bi ar-Riwayah adalah sebuah penafsiran ayat al-Quran yang dihasilkan dari keterangan di ayat lain hal ini sesuai dengan kaidah القُرْانُ يُفَسِّرُ بَعْضَهُ بَعْضًا (satu bagian al-Qur’an menafsirkan sebagian yang lainnya), atau juga penafsiran yang berasal dari perkataan Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wasallam atau yang biasa kita sebut sebagai hadis, atau juga penafsiran yang berasal dari perkataan/ijtihad seorang sahabat nabi dan tabi’in, contoh dari kitab tafsir bil al-Ma’tsur adalah Tafsir al-Qur’an al-Adhim karya Ibnu Katsir (w. 744 H).

Jika dilihat dari sumber penafsiran al-Quran bi al-Ma’tsur, maka ada salah satu sumber datanya dilegitimasi oleh para ulama tafsir, yaitu pendapat atau qoul tabi’in, di antara para tabi’in yang terkenal sebagai ahli tafsir adalah Muhammad bin Ka’ab al-qurdi, menurut sebuah riwayat beliau lahir pada masa Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wasallam, tapi hal ini tidaklah benar.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kemudian ada juga yang berpendapat kalau Muhammad bin Ka’ab al-Qurdi dilahirkan pada masa-masa terakhir kekhalifahan Ali bin Abi Thalib r.a., beliau dikenal sebagai salah satu tabi’in, yang terkenal sebagai ahli tafsir, tercatat beliau pernah berguru kepada beberapa sahabat yang dikenal sebagai orang yang faqih dalam bidang tafsir, di antaranya adalah Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Jabir, Abu Ayyub al-Anshari, Zaid bin Arqam, dan masih banyak para sahabat yang menjadi guru beliau.

Di samping itu, beliau juga memiliki banyak murid yang meriwayatkan penafsiran al-Quran, dan bukan hanya terkenal sebagai ahli tafsir dari kalangan tabi’in, Muhammad bin Ka’ab bin al-Qurdi juga dikenal sebagai ulama ahli hadis yang dinilai Katsir al-Hadis menurut Ibnu Sa’d, di antara murid-murid beliau adalah Shalih bin Hassan, A’shim bin Muhammad al-Umari, Usamah bin Zaid al-Laitsiy, Walid bin Katsir, dan masih banyak lainnya.

Dikisahkan pada suatu hari ketika Muhammad bin Ka’ab bin al-Qurdi sedang mengajarkan ilmu tafsir kepada murid-muridnya di sebuah masjid yang bernama zabdzah, sebuah daerah yang jaraknya tiga hari perjalanan dari kota Madinah, tiba-tiba terjadilah sebuah bencana alam yang tidak terduga, sebuah gempa bumi menguncang dengan dahsyat tanah zabdzah.

Kejadian itu meluluhlantahkan bangunan masjid yang kokoh sehingga puing-puing masjid menimpa Muhammad bin Ka’ab bin al-Qurdi beserta para muridnya yang sedang belajar ilmu tafsir, tercatat bahwa tidak ada yang selamat pada kejadian itu dan menurut Abu Ma’syar. Muhammad bin Ka’ab bin al-Qurdi wafat pada tahun seratus delapan hijriyah (108 H).


Referensi : [Al-Dhahabi, Syams Al-Din, Siyar A’lam an-Nubala, I Al-Risala, 5/65]


*Santri Tebuireng