Santri baru beranikan diri bertanya saat pemateri usai memberikan materi dalam acara Mosba Tebuireng. (foto: soni/to)

Tebuireng.Online—Kepala Pondok Putri Pesantren Tebuireng, KH. Fahmi Amrullah Hadzik (Gus Fahmi) mengisahkan sejarah tentang Dzurriyah Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Dari generasi ke atas maupun generasi tiga ke bawah. Hal tersebut disampaikan saat mengisi materi pertama Masa Orientasi Santri Baru (Mosba) Pondok Pesantren Tebuireng, Selasa (28/6/2022).

Ratusan santri menyimak dengan khidmat kisah dari Gus Fahmi di Masjid Pondok Putra Pesantren Tebuireng dengan raut wajah yang sumringah. Dalam majelis itu, Gus Fahmi memancing pertanyaan untuk para santri.

“Silakan bertanya, kalau tidak ada yang tanya, saya yang tanya,” ungkapnya. Mendengar itu ekspresi tegang tampak di wajah berbagai santri. Sampai akhirnya ada seorang santri yang mengangkat tangan tinggi-tinggi, tanda ingin bertanya.

“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Ahmad Muhammad Rohmatullah, ngapunten kiai. Kenapa Pondok Pesantren Tebuireng tidak memiliki nama seperti pondok-pondok lain?” ungkapnya sembari menaruh raut heran.

Mendengar pertanyaan itu, Gus Fahmi memberikan gambaran tentang pondok Tambakberas. “Pondok yang namanya Darul Ulum itu banyak, jadi kalo orang bilang dari Darul Ulum, jarang yang ngerti, tapi kalau bilang dari Tambakberas, langsung orang itu ngerti,” jelasnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online
suasana santri baru (putra) saat mengikuti rangkaian acara Masa Orientasi Santri Baru (Mosba), di masjid Pondok Putra Pesantren Tebuireng.

Menurutnya, daripada Tebuireng memiliki nama lain tapi jarang dikenal, ya buat apa? Lebih baik tetap dengan nama Tebuireng tetapi dikenal oleh banyak orang. Jawaban tersebut dipaparkan hingga memberika tepuk tangan dari seluruh hadirin yang mengikuti masa orientasi.

Tak lama kemudian, dari arah depan seorang santri turut mengacungkan tangannya dan maju ke depan. “Nama saya M. Harrizun Naf’i, punten, kenapa Gus Dur lengser dari jabatan presiden?” tanyanya dengan wajah sangat lugu.

Pertanyaan dari bocah ini berhasil membuat masjid induk ramai dengan tepuk tangan dan sorakan yang meriah. Seolah-olah mereka semua adalah rakyat yang turut genting bukan main ketika melihat Gus Dur diturunkan dari jabatan presiden.

Mendengar pertanyaan tersebut bisa keluar dari mulut seorang santri tingkat SLTP, Gus Fahmi melebarkan senyumannya dan lantas tertawa bersama dengan santri-santri yang lain.

“Pertanyaannya udah tingkat dewa ini, kelas atas,” tanggap Gus Fahmi dengan humor yang renyah.

Setelah itu, Gus Fahmi membetulkan pertanyaan dari anak ini. Bahwa Gus Dur itu tidak lengser, tapi dilengserkan oleh lawan politiknya.

“Gus Dur ini difitnah dengan fitnahan yang tidak terbukti,” jelas beliau dengan wajah yang tampak serius. “Sehingga gak usah muluk-muluk, Gus Dur menyatakan tidak ada jabatan yang perlu dipertahankan mati-matian.” jawaban ini menjadi sesi akhir acara Mosba ari itu.

Pewarta: Soni Fadjar A.