Santri Al Chodidjah dan Al Masruriyah Tebuireng foto bersama usai prosesi wisuda. (foto: kopiireng)

Tebuireng.online– Matahari pagi bersinar cerah, menatap rekah bunga yang sedang bersemi di sudut-sudut pelataran Pesantren Terpadu Al-Chodidjah Tebuireng, seperti wajah-wajah teduh berseri bahagia para santriwati yang sedang berbaris untuk bersiap memasuki tempat wisuda pada Minggu (27/6/2022).

Beriring shalawat yang menggendong segenap hati generasi madani para penimba ilmu yang senantiasa basah oleh asma Allah, yang dipandu oleh Ustaz Cimed. Alunannya perlahan berderap memasuki tempat wisuda dengan kekhusyukan rasa syukur serta ketawadukan yang mengharu. Dalam derap langkah optimisme untuk kebangkitan peradaban Litaskunu Ilaa Indonesia masa depan.

Tari saman yang dibawakan para santri membuka prosesi wisuda dengan begitu kompak, ketangkasan kolektivitas gerak dalam iftirosy yang merupakan ciri khas kearifan para santri. Mencerminkan pribadi mereka selama ini telah terdidik dan terlatih di lingkungan keluarga besar pesantren untuk bekerja sama, dalam kekompakan, kesadaran kolektif untuk tangkas bersama-sama menjawab masalah-masalah tantangan zaman di masa depan. Disertai jati diri akhlak kepribadian santri yang iftirosy untuk sampai dan menjadi pembaharu Republik Indonesia masa depan.

Lantunan qiraah memecah keheningan pagi, mendekap jiwa dan membasahi hati para hamba dalam khidmah kepada ilmu. Disambung dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Syubanul Wathon yang bergema seolah mengingatkan kepada segenap jiwa bahwa ilmu yang telah didapatkan tidak boleh hanya untuk kepentingan pribadi. Melainkan semata untuk berkhidmah kepada tanah air dan bangsa Indonesia yang telah diamanahkan Allah untuk kita rawat dan kita jaga.

Sebelum prosesi wisuda dimulai, Gus Variz Muhammad Mirza berpesan dalam sambutannya selaku Kepala Yayasan Pesantren Terpadu Al-Chodidjah, bahwa tantangan zaman di masa depan sangatlah berat untuk generasi, berangkat dari hal tersebut beliau berpesan kepada para santri agar terus meningkatkan kekhusyukan dalam berproses dan menimba ilmu di pesantren.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Melalui yayasan Pesantren Terpadu Al-Chodidjah dengan berbagai program-programnya sebagaimana yang telah disampaikan kepala unit Tahfidz Hj. Mumun Amiroh dan kepala SMP Terpadu Al-Chodidjah Anas. Mereka bertekad mengupayakan semaksimal mungkin untuk meneruskan cita-cita perjuangan ayahanda Al-Magfiralah KH. Agus Muhammad Zaki yang telah mewakafkan dirinya untuk generasi, untuk meneruskan perjuangan Al-Magfiralah Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dalam panji-panji Ahlusunah wal Jamaah.

Prosesi wisuda dimulai dengan suasana khidmat, satu persatu wisudawan dari Al-Chodidjah dan Al-Masruriyah maju menghadap Bu Nyai Hj. Eka Susanti, Gus Variz Muhammad Mirza, Kepala Lembaga dan Wali Kelas untuk diwisuda, dibaiat dan dilepas dengan perasaan haru untuk bersiap melanjutkan perjuangan jihad fisabilillah melanjutkan berproses menimba ilmu di tengah cuaca zaman yang pelik.

Prosesi dilanjutkan dengan pemberian penghargaan santriwati terbaik yang dianugerahkan kepada Syaqiya Anastasya, Azzahra Putri Evandra dari Al-Chodidjah dan Dzaniar Ifda Farhatus Shurur, Adibah Nuraniyyah dari Al-Masruriyah dan pembacaan ikrar wisuda.

Prosesi wisuda kemudian ditutup dengan persembahan penuh haru, ungkapan bakti rasa syukur, rasa terima kasih mendalam, para santriwati kepada Al-Chodidjah, Al-Masruriyah, keluarga besar Tebuireng karena telah menjadi rahim kedua yang telah melahirkannya menjadi pribadi-pribadi santri cerdas berakhlaqul karimah dalam panji-panji Ahlusunah Wal Jamaah.

Acara ditutup dengan amanat wisuda yang disampaikan oleh Dr. KH. Reza Ahmad Zahid, dari Lirboyo Kediri. Beliau banyak berpesan tentang pentingnya semangat dalam belajar dan mencintai ilmu yang diwariskan oleh para masyayikh, beliau mengutip kalimat Imam Ghazali.

“Gerak-gerik hati seseorang tergantung pada himmah (semangatnya). Sedang hati mengikuti pada himmah tersebut. Hati yang baik akan menghasilkan perbuatan yang baik. Sebaliknya hati yang buruk akan menghasilkan perbuatan yang buruk,” jadi, bagi Kiai Reza Ahmad, hidup seseorangpun tergantung dari himmahnya.

Pewarta: Rangga Pamungkas