Sumber gambar: https://www.nu.or.id

Oleh: Nurma Alfinda Walidah*

Manusia terkadang mengalami pasang surut dalam hal beribadah. Itu semua bisa terjadi karena berbagai sebab yang dapat menghalagi seseorang tetap melakukan suatu  ibadah  yang sering dilakukan. Berbagai sebab yang dapat meruntuhkan istikamah seseorang dalam berbagai cabang aktivitas, salah satunya adalah penggoda manusia yang telah tertulis dalam kitab suci Al Quran yakni setan. Dia tentunya tidak akan membiarkan seseorang tetap melangkah dalam melakukan kebaikan secara istikamah.

Adapun sebab lainnya yang dapat meruntuhkan istikamah adalah:

  1. Beratnya ujian yang dihadapi
  2. Lalai dalam memperbaharui iman
  3. Terpesona dengan megahnya kehidupan dunia
  4. Salah pergaulan yang menyebabkan malas

Sikap istikamah tidak saja diperlukan dalam beribadah berupa shalat dan zikir, melainkan juga pada perbuatan baik lainnya, sikap tersebut sangat dibutuhkan sebagai dasar membentuk karakter diri yang baik. Seperti yang sering kita lihat dan tanpa sadar kita lakukan setiap hari yakni: berangkat pagi ke sekolah (tidak terlambat), gosok gigi pagi dan malam (dalam menjaga kesehatan jasmani), membuang sampah pada tempatnya (menjaga kebersihan yang merupakan sebagai dari iman), dll.

Menurut Gus Fahmi Amrulloh, arti istikamah adalah melakukan secara terus menerus atau menegakkan suatu perbuatan yang dianggap baik. Sedangkan menurut M. Sholahuddin, istikamah melakukan sesuatu secara terus menurus, konsisten dan kontinu. Selain itu ada juga pendapat dari beberapa guru, bahwa istikamah adalah melakukan sesuatu yang terus menerus atau tetap tidak menoleh ke kanan atau ke kiri dan selalau ke depan diiringi rasa sabar.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selain mendapatkan jawaban dari para tokoh dan kiai, beberapa santri juga ikut berkomentar tentang istikamah. Menurut kebanyakan santri, istikamah adalah menjalankan atau melaksanakan suatu pekara dengan terus menerus, diulang, dijadikan kebiasaan atau hobi, dan percaya bahwa yang dilakukan itu baik dan lebih baik diteruskan dari pada berhenti.

Istikamah memang mudah diucapkan dan dilakukan diawal-awal melakukan suatu perbuatan atau pekerjaan, tetapi pada akhirnya kebanyakan kita mulai lalai dalam melakukannya. Apabila sikap istikamah begitu berat, layak bila Allah  ta’ala menjanjikan kabar gembira bagi mereka yang mampu menjalankannya:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka istikamah, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih dan gembirakan lah mereka dengan surga yang dijanjikan Allah kepadamu.” Kami lah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh pula didalamnya apa yang kamu minta. (Q.S Fusilat: 30-31)

Oleh karena itu janganlah kita lelah ataupun termakan oleh beberapa godaan dalam melakukan sesuatu yang baik secara istikamah. Padahal kita mengerti bahwa orang yang melakukan kebaikan secara istikamah, ikhlas, dan tulus karena Allah akan mendapatkan tempat baik di sisi Allah.


*Penulis adalah mahasiswa PBSI Unhasy Tebuireng Jombang.


Sumber: internet dan wawancara tokoh.