Sumber gambar: www.google.com

Oleh: Rafiqatul Anisah*

Tentu ada ilmu hebat dibalik peran niat dalam setiap perbuatan, sehingga Allah dan Rasul-Nya sangat menekankan kekuatan niat. Niat juga memengaruhi kerja sistem fisiologis tubuh yang membuatnya lebih efektif atau malah jadi lebih buruk.

Para Ulama berdebat terkait niat, apakah harus dilafalkan atau cukup dalam hati saja. Sementara esensi niat dengan kekuatan yang ada dibaliknya, jarang sekali dibahas dalam buku-buku panduan beribadah. Betapa powerfull-nya sebuah niat untuk melakukan kebaikan. Bahkan ketika hal itu tidak jadi dilaksanakan, maka pahalanya sudah diraih semata-mata karena telah diniatkan.

Sungguh luar biasa sinergi antara niat dan perbuatan, berniat baik saja sudah bernilai pahala, apalagi melakukan kebaikan tersebut, bahkan mampu mempengaruhi orang lain untuk berbuat baik, maka tiada lain pahala dari Allah Swt akan dilipatgandakan.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya perbuatan itu tergantung pada niatnya, seseorang itu akan memperoleh apa yang telah diniatkannya. Siapa yang hijrahnya itu karena Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan memperoleh pahala. Dan barang siapa yang hijrahnya itu karena Harta atau wanita, maka ia akan memperoleh apa yang diniatkannya itu,…. ” (HR Bukhori dan Muslim)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Asal muasal (asbabul wurud) hadits tersebut adalah ketika Rasulullah SAW merasa kesulitan berdakwah di negeri Makkah karena selalu mendapatkan perlawanan hebat dari kaum Quraisy. Beliau akhirnya mendapat perintah untuk hijrah ke Yastrib (Madinah). Beliaupun memerintahkan para sahabat untuk berhijrah.

Namun para sahabat ternyata punya motivasi yang berbeda-beda dalam melakukan hijrah. Mulai dari alasan mencari keridhaan Allah SWT, hingga alasan wanita, harta, dan benda. Oleh karena itu beliau menginstruksikan kepada para sahabat untuk menata niat mereka melalui hadits itu.

Memiliki niat baik itu sebenarya mudah. Yang susah adalah mempertahankan niat baik tersebut supaya tetap baik. Niat yang baik akan menghantarkan kepada energi-energi positif sehingga mampu menciptakan perbuatan atau tindakan positif juga.

Begitu pula sebaliknya, niat yang negatif akan menjerumuskan pada jurang keburukan. Maka dari itu selalu libatkan Allah dalam setiap nilai kebaikan semata-mata karena-Nya, sungguh hal tersebut menghubungkan antara ruh suci dengan dzat Yang Maha Suci.Ingatlah bahwa Allah selalu mengawasi dalam setiap perbuatan.

Disarikan dari buku Ashabul Kahfi Melek 3 Abad (The Power Of Intention: Luruskan Nawaitu) Karya : Dr. H. Nadirsyah Hosen, Ph. D & dr. Nurussyariah Hammado, M. NeuroSci

*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.