Anak-anak usia sekolah dasar diajari memanfaatkan daun pandan menjadi anyaman tikar. (Foto: Umda)

Tebuireng.online– Kepuhrejo- Mahasiswa KKNT Unhasy memantau para siswa yang telah diberi tugas menganyam tikar. Mereka telah menyelesaikannya dengan ciri khas masing-masing. Berbentuk sajadah, keunikan, kerapian. Hal yang terpenting adalah kejujuran menjadi salah satu acuan dari penilain juri.

Sebagai juri, Ibu Parsiati mengamati satu per satu tikar setiap kelompok. Setelah seminggu sebelumnya adakan program kerja guna pengembangan potensi desa yang dikenal dengan anyaman tikar yang terbuat dari pandan. Yang terletak di dusun Kepuhsari, para pengrajin tikar berkarya.

Bersama pelatih, Ibu Parsiati, para siswa kelas 4,5 dan 6 SDN Kepuhrejo 2 belajar menganyam Tikar. Dengan tema “Regenerasi Menganyam Tikar untuk Generasi Milineal”. Mula-mula dibagi perkelompok 5 orang dalam satu kelompok.

Bahan-bahan yang diperlukan meliputi daun pandan, senar dan pisau. Menggunakan senar untuk memudahkan dalam menghilangkan duri yang ada di pandan tersebut.

Cara pembuatan anyaman tikar itu antaranya, pertama daun pandan yang penuh duri dibersihkan terlebih dulu menggunakan senar yang sudah di lilit seperti gelang. Perlahan, duri yang berada di tengah di hilangkan, kemudian disusul dari samping kanan dan kiri. Para siswa antusias membersihkan pandan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Setelah pandan bersih dari duri, dibelah menjadi 2 atau 3 bagian, tergantung lebar kecilnya pandan. Setelah terbelah menjadi beberapa bagian, potongan daun pandan di jemur kurang lebih 30 menit.

“Semoga ilmu yang di dapat dari pelatihan ini menjadi manfaat,” ungkap salah satu guru SDN Kepuhrejo 2 itu, (7/8/19).

Para siswa diberi waktu kurang lebih satu minggu untuk menganyam tikar tersebut. Ditengah-tengah terik panas matahari, berbondong-bondong siswa memakan ice cream yang diberi oleh kakak-kakak KKNT.

Karya terbaik akan diapresiasi melalui hadiah. Pelatihan ini bertujuan untuk mengguggah minat para anak-anak zaman sekarang supaya bisa meneruskan kerajinan tangan daerahnya.

Selama ini hanya para sepuh dan orangtua yang mahir dalam anyam-menganyam. Maka perlu adanya pelatihan semacam ini guna meregenerasi bibit-bibit untuk meneruskan serta mempertahankan tradisi dan budaya daerah tersebut.

Pewarta: Umdatul Fadhilah

Publisher: RZ