ilustrasi pendakwah. (sumber: saudagar.news)

Segala sesuatu yang sifatnya syiar agama Islam dinamakan dakwah, orang yang melakukan dakwah biasanya disebut pendakwah/da’i. Kegiatan dakwah bisa dilakukan dimanapun kapanpun lewat media apapun itu selama tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Semangat dakwah ini bisa dilihat dalam firman Allah pada surat Ali Imran ayat 104

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Semangat untuk berdakwah juga bisa diteladani dari sikap Rasululloh sallallahu alaihi wasallam ketika berdakwah dengan tabah dan sabar sampai-sampai nyawa beliau sendiri pernah terancam ketika menyebarluaskan agama Islam. Di lain waktu nabi juga pernah mengatakan sebuah kata-kata yang bisa dikatakan menjadi api bara semangat dakwah yaitu perkataan beliau yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yaitu بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً “Sampaikan dariku meski cuma seayat”.

Perintah Berdakwah Dengan Baik

Dakwah tidak boleh dilakukan dengan serampangan harus ada metode yang dianut agar dakwah bisa efektif, salahsatunya adalah berdakwah dengan lembut seperti firman Allah dalam surat  an-Nahl ayat 125

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِه وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Imam al-Qurtubi dalam tafsirnya menyebutkan kalau ayat ini turun di Makkah pada saat situasi perdamaian dengan suku Quraisy, sedangkan Allah memerintahkan nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam untuk berdakwah dengan cara yang halus tanpa kasar dan celaan.[1]

Fenomena Dalam Dakwah

Pendakwah seharusnya menyampaikan pesan agama dengan cara santun agar para pendengar dapat menerimanya dengan lapang dada tanpa adanya paksaan. Faktanya masih banyak pendakwah yang berkata kasar, jorok, mencaci kelompok lain dalam dakwahnya, hal ini bukannya malah mempererat tali persaudaraan sesama muslim melainkan malah menimbulkan perpecahan yang diakibatkan doktrinasi Da’i ketika berorasi.

Fenomena seperti ini banyak terjadi di belahan dunia tidak terkecuali di Indonesia, banyak kasus pendakwah dipaksa untuk tidak memberikan ceramah karena ditolak oleh kelompok tertentu dengan alasan karena dia ketika memberikan ceramah tidak toleransi dan berpotensi menimbulkan perpecahan diantara masyarakat. Hal itu diakibatkan provokasi sebagian pendakwah di majlisnya masing-masing.

Baca Juga: Landasan Dakwah Perspektif Al-Quran dan Hadist

Respon Imam Ghazali Kepada Pendakwah Yang Suka Membuat Gaduh

Dalam dunia Tasawwuf masyhur nama Imam Ghazali, beliau punya banyak sekali karya tulis diantaranya adalah kitab Ayyuhal Walad, dalam kitabnya beliau berkata salah satu tujuan pendakwah ketika memberikan Mauidzoh adalah

فالق في قلوبهم الرعب وروّعهم وحذّرهم عما يستقبلون من المخاوف لعل صفات باطنهم تتغير ومعاملة ظاهرهم تَتَبَدِّلُ، وتظهر الحرص والرغبة في الطاعة والرجوع عن المعصية

Tanamkanlah di hati mereka rasa takut, takutilah dan peringatkan tentang masa depan (seperti adzab kubur dan hari kiamat) agar sifat luar mereka berubah dan perbuatan luar mereka berubah (dari baik ke buruk) dan terlihat dari mereka keinginan dan rasa cinta terhadap ketaatan dan kembali dari kemaksiatan (ke ketaatan).[2]

Imam Ghazali menjelaskan kalau tujuan berdakwah adalah merubah perilaku manusia dari buruk ke baik bukan malah sebaliknya malah merubah perilaku manusia ke hal hal negatif seperti misalnya adu domba, saling caci maki antar ormas, menjelekkan pendakwah yang lain, dll.

Selanjutnya Imam Ghazali juga memberikan solusi ala beliau jika kita menemui oknum pendakwah seperti itu, beliau menambahkan

فيجب عليهم أن يفروا منه لأن ما يفسد هذا القائل من دينهم لا يستطيع مثله الشيطان ومن كان له يد وقدرة يجب عليه أن ينزله من منابر المسلمين ويمنعه عما باشر فإنه من جملة الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر

Mereka (manusia) harus melarikan diri darinya (Da’i) karena apa yang dia ucapkan yang merusak agama mereka, setan pun tidak mampu melakukan hal seperti itu. Dan siapa pun yang memiliki kekuatan dan kemampuan, wajib menurunkannya dari mimbar/podium kaum Muslim dan mencegahnya dari apa yang dia lakukan. Karena hal itu termasuk Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar.

Ulama sekelas Imam Ghazali menyadari betul bahayanya pendakwah yang bukannya membawa pesan damai agama Islam malah menyebarkan kebencian dan kegaduhan diantara masyarakat. Seharusnya memang kita harus mampu memilih dan memilah dengan siapa kita belajar jangan sampai orang yang kita harapkan ilmunya untuk menuntun kita ke jalan yang benar malah menyesatkan ke jalan yang salah dan keluar dari aturan Islam.

Baca Juga: Seni Berdakwah yang Mudah Diterima



Penulis: Nurdiansyah Fikri Alfani

Santri Tebuireng

[1] Syams al-Din al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Quran Tafsir al-Qurthubi, Dar al-Kutub al-Misriyah al-Qahirah, 1384 H – 1964 M, 10/200

[2] Mohammed Hadi al-Samrakhi al-Mardini (tahqiq), Sarh Ayuha al-Walad lil Imam al-Ghazzali, Dar Kutub Ilmiah, Beirut, 2012, 117.