Berbincang tentang Rabo Wekasan, kita tidak asing lagi dengan istilah itu. Sebagian orang pun juga mengenalnya dengan nama Rabo Pungkasan. Lalu apakah sebenarnya kamu mengetahui betul apa makna dibalik nama Rabo Wekasan itu? Atau kamu hanya pernah mendengar tentang namanya saja, tanpa tahu apa sebenarnya makna dari Rabo Wekasan itu. Mari simak penjelasan berikut, agar kamu paham betul tanpa menduga-duga yang bisa jadi dugaanmu salah. Simak baik-baik ya.
Mari kita kupas istilah dari Rabu Wekasan terlebih dahulu. Dilansir situs Desa Suci Kabupaten Gresik, Rebo artinya nama hari dalam bahasa Jawa, yaitu Rabu dalam bahasa Indonesia, sedangkan Wekasan adalah bahasa Jawa yang artinya pungkasan atau akhir. Jadi, Rabu Wekasan secara bahasa adalah hari Rabu Terakhir. Namun, sebagai sebuah istilah tradisi, Rabu Wekasan merupakan tradisi budaya yang diadakan di hari Rabu Terakhir dari Bulan Safar, yaitu bulan kedua dari 12 bulan penanggalan Hijriyah.
Rabu Wekasan adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh warga Indonesia terutama masyarakat Jawa, Sunda, dan Madura. Ini juga disebut dengan Rebo Wekasan atau sebagian orang menyebut dengan istilah Rebo Pungkasan.
Masyarakat pada umumnya merayakan tradisi Rebo Wekasan dengan maksud tujuan untuk menolak terjadinya bencana dan sebagai bentuk rasa syukur. Karena pada Rebo Wekasan ini segala penyakit dan musibah diturunkan. Oleh karena itu, masyarakat biasanya akan menolak bala dengan meningkatkan intensitas ibadah dan amalan baik mereka, menciptakan suasana spiritual yang khas, seperti tahlilan atau zikir berjamaah, sholat Sunnah, dan bersedekah.
Dalam catatan sejarah menunjukkan bahwa peringatan Rebo Wekasan oleh komunitas Muslim di Nusantara telah berlangsung sejak abad ke-17 Masehi, dengan fokus utama di wilayah Sumatra dan Jawa. Tradisi ini telah mengakar dalam budaya lokal dan menjadi bagian integral dari praktik keagamaan di berbagai daerah, mencerminkan perpaduan unik antara ajaran Islam dan kearifan lokal.
Beberapa sumber sejarah juga mengaitkan asal-usul Rebo Wekasan dengan era Wali Songo, para penyebar Islam di tanah Jawa. Sementara itu, dalam literatur Islam, merujuk pada kitab berjudul “Al-Jawahir Al-Khams” karya Syeikh Muhammad bin Khathiruddin Al-‘Atthar, serta Hasyiyah As-Sittin dan beberapa ulama lainnya, disebutkan bahwa setiap tahun pada malam Rebo Wekasan, Allah SWT menurunkan 320 ribu jenis bala atau ujian. Pemahaman ini telah membentuk persepsi dan praktik keagamaan yang unik di kalangan masyarakat Muslim Indonesia.
Rebo Wekasan yang juga kita kenal dengan sebutan Rabu Pamungkas di beberapa daerah. Pada masa Wali Songo, para ulama menyampaikan bahwa pada Rebo Wekasan, Allah SWT menurunkan lebih dari 500 jenis penyakit. Selain itu, dipercaya pula bahwa berbagai malapetaka dan cobaan turut hadir pada hari tersebut, menambah dimensi spiritual dan kewaspadaan di kalangan masyarakat.
Pada tahun ini, Mengacu pada kalender Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan hasil hisab yang sudah dilakukan, bahwa melakukan Amaliyah Rabo Wekasan dilaksanakan pada Selasa Pon Malam Rabu Wage tanggal 3 September 2024. Dan Rabu Wekasan Jatuh pada tanggal 4 September 2024. Pada hari Rabu, 4 September 2024 merupakan hari terakhir bulan Safar.
Adapun para ulama menyarankan beberapa doa di hari Rabo wekasan ini. Salah aatunya adalah disunahkan melaksanakan amalan sholat awwabin untuk tolak bala’ (hajat lidaf’il bala’).
Sholat dilaksanakan empat roka’at dua kali salam, dengan niat:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْحَاجَةِ لِدَفْعِ الْبَلَاءِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلهِ تَعَالَى
atau niat:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْحَاجَةِ لِدَفْعِ الْبَلَاءِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
- Al Fatihah, kemudian membaca surat Al-Kautsar 17x
- Al Fatihah surat Al-Ikhlash 5x
- Al Fatihah lalu surat Al-Falaq 1x
- Al Fatihah surat An-Nas 1x
Selesai sholat membaca Do’a ini:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
. اللّٰهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوَى وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيْزُ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ اِكْفِنِيْ مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ يَا مَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ بِرَحْمَتِكَ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللّٰهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ اِكْفِنِيْ شَرَّ هٰذَا الْيَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ يَا كَافِيْ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ تَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Aamiin Aamiin Aamiin Yaa Rabbal’alamiin
Pada dasarnya, selama hidup di dunia manusia pasti akan bertemu dengan musibah. Adapun musibah yang diturunkan oleh Allah baiknya dijadikan pengingat, kesimbangan, dan tamparan agar bisa kembali ke jalan yang benar dan memperbaiki diri.
Penulis: Ara