
Al-Quran adalah sebuah mukjizat Nabi Muhammad Saw, yang diturunkan melalui perantara malaikat Jibril, dengan cara berangsur-angsur dalam kurun waktu 22 tahun 2 bulan dan 22 hari dan diawali surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. Al-Quran merupakan penyempurnaan kitab atau wahyu yang dibawa Nabi-nabi sebelumnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Maidah ayat 48:
وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ
Artinya: “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu”
Ayat di atas menjelaskan kepada kita betapa sempurnanya susunan dan tatanan gramatikal di setiap katanya, hingga tak ada satu pun yang bisa membuat tandingan terhadap al-Quran. Penurunan al-Quran, juga diutusnya Nabi Muhammad Saw kepada suku Quraisy bukan tanpa alasan, karena pada masa itu kaum Quraisy benar-benar dalam masa kegelapan.
Masa kegelapan yang dimaksud ialah bukanlah karena suku Quraisy ini orang yang bodoh, karena kalau digali dari sejarah yang sudah lampau, kita akan disajikan betapa luasnya keilmuan mereka terutama pada bidang syair. Ditandai dengan adanya para penyair dengan karya-karyanya yang banyak, maka tak heran al-Quran diciptakan oleh Allah SWT dengan susunan kata-kata yang indah.
Bangsa Arab di Masa Jahiliyah
Perilaku bangsa Quraisy sebelum datangnya Rasulullah Saw, dari cara mereka beribadah, memperlakukan anak kecil, dan berkehidupan sesama bangsanya sungguh di luar batas kewajaran. Ibadah bangsa Quraisy dahulu ialah menyembah berhala, mereka menganggap bahwa berhala yang mereka buat sendiri sebagai dewa yang memberikan mereka rezeki dan kelancaran kehidupan. Umumnya, bangsa Quraisy adalah bangsa yang kuat, maka pada saat Nabi belum diutus, bangsa Quraisy gemar sekali melakukan perkelahian antar sesama mereka, guna merebut wilayah teritorial kekuasaan masing-masing.
Karena ketamakan dan kerasukan yang dimiliki dan dijadikan tabiat oleh mereka. Tak jarang dan tak segan mereka membunuh anak mereka sendri karena takut miskin dan lapar, terutama anak perempuan yang mereka anggap sebagai bencana, bala, serta aib bagi keluarga. Maka hal inilah sebab mereka bangsa Quraisy dinobatkan sebagai bangsa yang jahil.
Diutusnya Nabi Muhammad Saw menjadi tonggak sejarah perkembangan sikap dan penyempurnaan akhlak kaum Quraisy. Kehadiran al-Quran sebagai jalan hidup atau pedoman tak hanya bagi bangsa Quraisy, bahkan semua umat manusia pun merasakan mukjizat Nabi Muhammad yang satu ini, yaitu al-Quran. Al-Quran menjadi pertunjuk untuk kehidupan seluruh umat manusia. Al-Quran juga mempunyai nama lain, salah satunya ialah Al-Huda (pemberi pertunjuk). Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Fuusshilat ayat 41, berbunyi;
وَلَوۡ جَعَلۡنَٰهُ قُرۡءَانًا أَعۡجَمِيّٗا لَّقَالُواْ لَوۡلَا فُصِّلَتۡ ءَايَٰتُهُۥٓۖ ءَا۬عۡجَمِيّٞ وَعَرَبِيّٞۗ قُلۡ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ هُدٗى وَشِفَآءٞۚ وَٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ فِيٓ ءَاذَانِهِمۡ وَقۡرٞ وَهُوَ عَلَيۡهِمۡ عَمًىۚ أُوْلَٰٓئِكَ يُنَادَوۡنَ مِن مَّكَانِۢ بَعِيدٖ
Artinya: “Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: “Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh”.
Al-Huda yang artinya petunjuk ini sesuai dengan fungsi dan peranan al-Quran yakni memberi petunjuk, tuntunan, panduan, pedoman serta arahan bagi seluruh umat muslim. Al-Quran tak hanya berisikan perintah, juga larangan bagi manusia mengenai perintah yang bersifat sebatas ritual saja, namun juga berbagai kisah kaum terdahulu turut tersaji di dalam al-Quran, sebagai pelajaran untuk kita umat manusia. Sebagaimana tertuang di dalam al-Quran surat Yusuf ayat 3, yang berbunyi:
إِلَيۡكَ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ وَإِن كُنتَ مِن قَبۡلِهِۦ لَمِنَ ٱلۡغَٰفِلِينَ
Artinya: “Kami menceritakan kepadamu kisah-kisah yang indah dalam Al-Quran yang Kami wahyukan kepadamu, meskipun sebelum Kami wahyukan ini engkau termasuk orang yang tidak tahu”.
Berbagai kisah kaum terdahulu setidaknya tersaji dengan persentase sebanyak 80%, namun tak hanya itu di dalam al-Quran juga berisikan informasi mengenai sains, dan bahkan banyak dari para saintis atau peneliti yang baru mengetahui tanda-tanda, yang sebenarnya sudah lama dijelaskan di dalam al-Quran. Salah satu contohnya ialah ledakan raksasa (big bang), yang dijelaskan di dalam al-Quran surat Al- Anbiya ayat 30, yang bunyinya:
اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ
Artinya: “Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi, keduanya, dahulu menyatu, kemudian Kami memisahkan keduanya dan Kami menjadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air? Maka, tidakkah mereka beriman?”
Sebagaimana dikutip dari Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah, yang menjelaskan bahwa: Allah menegur orang-orang kafir yang tidak mengambil manfaat dari ayat-ayat kauniyah: “Tidakkah mereka mengetahui langit dan bumi dahulu adalah sesuatu yang menyatu, kemudian Kami memisahkan keduanya. Dan Kami jadikan air sebagai asal seluruh makhluk hidup dan sebab dari kehidupan; apakah mereka tidak beriman kepada ayat-ayat kauniyah ini yang menjadi petunjuk atas keesaan Allah?”
Kesimpulan
Begitu banyak hikmah bisa kita ambil dari sebuah kitab yang berisikan pedoman kehidupan, yakni al-Quran. Maka tugas kita terkhususnya sebagai kaum muslimin untuk senantiasa menjaga dan mentadaburi al-Quran. Ada beberapa tahapan dalam mempelajari al-Quran, di antaranya: belajar bacaan (tilawah), memperbagus bacaan (tahsin), menghafalkan Isi kandungan Al-Qur’an (tahfidz), dan berperilaku sesuai dengan kandungan isi al-Quran (tadabbur dan ‘amalan).
Semoga dengan mempelajari dan selalu mengilhami kandungan yang ada di dalam al-Quran, bisa menyalurkan kebaikan dalam kehidupan, dan senantiasa dapat menjaga kita semua dari amalan yang tidak diperintahkan oleh Allah SWT. Semoga al-Quran menjadi syafaat di akhirat bagi kita semua umat yang taat. Amiin amiin yarabbal alamiin, Wallahu a’lam bisshawab.
Baca Juga: Majaz dalam Al-Quran, Kehalusan Sastra yang Menggetarkan Jiwa
Penulis: Muttaqin Hidayatullah, Siswa Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo