Sumber gambar: tokopedia.com

Menggali Inspirasi dari Buku Harian

Judul Buku      : Catatan Juang

Penulis             : Fiersa Besari

Penerbit           : Mediakita

Cetakan I         : 2017

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

ISBN               : 978-979-794-549-7

Tebal               : vi+306 hal

Peresensi         : Fikri Latifatul Isnaini*

Pada zaman dahulu, setiap orang yang berkarya tak selalu mampu melakukan setiap hal yang dia inginkan, terutama mempublikasikan tulisan dengan mudah agar mampu dinikmati oleh banyak orang. Di zaman yang serba modern seperti sekarang, setiap orang mampu mempublikasikan setiap karyanya malalui media sosial kapanpun dia mau. Semakin pesat perkembangan ini menimbulkan semakin ketatnya seleksi alam, di mana semua keputusannya ada ditangan pembaca. Dalam buku catatan juang ini mengisahkan seorang wanita yang tengah termotivasi oleh seorang lelaki yang setia dengan sebuah buku harian penyimpan sejarah perjuangan masalalunya meraih masa depan, yang ia tulis dengan sepenuh hati dan pada akhirnya digemari oleh para pemimpi untuk dijadikan sebuah motivasi.

Kasuarina atau Suar adalah tokoh utama dalam buku ini, seorang wanita yang memiliki impian menjadi sineas namun terjebak dalam rutinitas sebagai marketing asuransi pada sebuah bank. Impiannya terkubur karena ayahnya yang telah jatuh sakit dan sebagai seorang sulung, dengan kepekaan rasanya yang tinggi ia menggantikan posisi sang ayah bekerja untuk meneruskan hidup keluarganya.

Suar menemukan buku catatan bersampul merah yang terjatuh didalam bus saat ia hendak pulang, Suar membuka sampul buku, berharap ada nama pemilik yang tercantum di dalamnya. Karena tak kunjung ia temukan, akhirnya ia putuskan mebaca tiap-tiap halaman dari buku dengan harapan ada petunjuk yang mengantarkannya pada sang pemilik.

Ada beberapa hal menakjubkan yang suar temukan di dalam buku tersebut, di antaranya yang tertulis adalah “Jangan lupa bahwa manusia mempunyai mimpi-mimpi untuk diraih. Dan jangan lupa bahwa Tuhan menciptakanmu berjalan di muka bumi ini untuk sesuatu yang baik, maka berbuat baiklah untuk sesama, melebihi kau berbuat baik untuk dirimu sendiri,” (hal: 173) kemudian suar teringat dengan mimpi-mimpinya yang sempat tertunda, timbullah banyak pertanyaan tentang mungkinkah ia sanggup meraih keinginanya? Sedangkan keluarganya tak perah merestui ia menjadi seorang sineas.

Sebuah tulisan memang memiliki pengaruh yang kuat sehingga mampu mengubah pemikiran dan menginspirasi hidup orang lain. Akhirnya dengan berbagai resiko yang harus ia tanggung Suar memutuskan keluar dari pekerjaannya untuk kembali meraih impiannya menjadi sineas. Bersama kedua sahabatnya Eli dan Fajar, mereka membuat film dokumenter tentang pembangunan pabrik Semen di kampungnya yang mengganggu ekosistem. Kemudian film dokumenter ini diikutsertakan dalam perlombaan film pendek. Namun film yang berjudul Ekonomi Membunuh Ekosistem ini tidak masuk barisan nominasi final, apalagi menjadi pemenang. Hal ini sempat membuat Suar patah semangat, ia merasa tidak berhasil menekuni keahliannya.

Namun setelah  membaca Catatan Juang untuk kesekian kali, Suar kembali menemukan tanda-tanda kebangkitan semangatnya. Buku Catatan Juang seolah menjadi obat kuat bagi Suar yang selalu mampu mnyadarkannya dari keterpurukan.

“Karena penolakan adalah salah satu bagian dari perjuangan, berusahalah lebih gigih, dan berjuanglah lebih kuat. Jangan jadikan sebuah penolakan alasan untukmu menyerah,” (hal: 162)

Setelah gagal dalam perlombaan film pendek, Suar mengunggah filmnya melalui sosial media, dan mendapatkan respon yang sangat baik dari masyarakat. Dalam waktu seminggu film itu telah ditonton ratusan ribu orang. Beragam reaksi bermunculan, banyak yang memuji banyak juga yang membully. Suar kembali terjatuh oleh cibiran banyak orang, dunia maya memang terkadang dapat menjelma menjadi tempat yang sangat kejam. Suar sempat berfikir untuk berhenti menjadi sineas, namun niat tersebut langsung menghilang saat Suar membaca kembali Catatan Juang.

“Pembenci adalah pengagum yang sedang menyamar. Maka dari itu, ingatlah, bagaimanapun perawakanmu, dari suku manapun kau berasal, agama apapun yang kau yakini, apapun hal yang kau sukai, sebeda apapun dirimu, ketahui saja bahwa kau jauh lebih baik dibandingkan spesies pembully,” (hal : 203)

Buku Catatan Juang memiliki kisah yang kaya, bermacam isu diangkat dalam buku ini. Dari mulai tema lingkungan, sosial, politik, impian, cinta, keluarga hingga fenomena anak muda masa kini. Buku ini ibarat buku motivasi, namun tidak perlu menggebu-gebu untuk memberikan nasihat atau tips dalam rangka menggerakan hati manusia untuk berubah lebih baik. Dengan mengangkat kegelisahan yang terjadi dalam segala lapisan masyarakat, dikemas dengan kalimat-kalimat halus dan tidak menggurui, namun dapat terpatri dalam sanubari pembaca

“Kata-kata di buku ini memang indah, seindah tulisan tangannya yang elok, tapi sebatas itu saja. Keberanian dan keteguhan kamu bukan berasal dari buku, tapi dari  sini, kata Bapak sambil menunjuk jantung Suar,” (hal : 270)

Hingga akhirnya Suar telah menemui masa kejayaannya menjadi seorang sutrada dokumenter ternama yang membawa harum nama keluarga. Bapak suar tersadar bahwa tak setiap jalan yang ditentukan orang tua sesuai dengan yang diinginkan anaknya. Karena setiap orang selalu memiliki kesempatan mencoba dan mempunyai jatah gagal. Setelah episode gagal itu habis, maka siapapun akan bertemu dengan sukses.


*Peresensi adalah Mahasiswa Unhasy, santri Walisongo.