Menag RI Lukman Hakim saat menyampaikan testimoni tujuh hari Nyai Hj. Aisyah Hamid Baidlowi di rumah duka di Jakarta pada Rabu (14/03/2018). (Foto: kemenag.or.id)

Tebuireng.online— Sepekan sudah, Nyai Hj. Aisyah Hamid Baidlowi binti KH. A. Wahid Hasyim ke haribaan Ilahi. Pada momen tujuh hari istri KH. Ahmad Hamid Baidlowi pada Rabu (14/03/2018), Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan kesaksiannya mengenai Ketua Umum Muslimat NU periode 1995-2000 itu sebagai sosok pembelajar yang baik.

“Banyak hal yang bisa dicontoh dari kisah Nyai Aisyah semasa hidupnya. Selain prestasinya, Nyai Aisyah juga sosok yang menghargai orang lain, mau belajar di mana saja, kepada siapa saja, dan sosok pembelajar yang baik,” pungkas adik Nyai Hj. Farida Salahuddin itu, seperti yang dilansir oleh kemenag.go.id

Menag juga mengaku kenal Nyai Aisyah sejak kecil. “Saya kenal Mbak Is sejak saya masih kecil. Beliau sering mendampingi Ibu Wahid Hasyim silaturahim ke Darmawangsa (Rumah KH Saifuddin Zuhri: Ayah Menag Lukman) untuk diskusi dengan ibu saya membahas urusan Muslimat,” terang adik ipar KH. Salahuddin Wahid atau Gus Sholah.

Kesaksian tersebut diungkapan langsung saat Menag menghadiri tahlilan tujuh hari, sepeninggal Nyai Aisyah Hamid Baidlowi. Acara tahlilan tersebut digeler di kediaman Nyai Aisyah yang terletak di Jalan Bukit Pratama Raya A.9 Pasar Jumat, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Selain dihadiri langsung oleh kementrian agama, acara tahlilan tersebut turut dihadiri oleh KH Salahuddin Wahid, Nyai Faridah Salahuddin, beserta putra putri dan keluarga besar Wahid Hasyim dan Pesantren Tebuireng lainnya.

Menag juga menyebut, selama 3 periode, mulai dari tahun 1997-2009 almarhumah sudah di DPR-RI, dan sering berada dalam satu forum yang sama sebagai anggota DPR RI. “Banyak kisah dan hal yang mengesankan dari almarhumah. Salah satunya, ialah sosok perempuan yang memiliki banyak pengalaman, namun beliau selalu mau belajar di mana pun dan dari siapa pun,” ungkap Lukman Hakim yang juga masih memiliki hubungan darah dengan suami Nya Aisyah, KH. Hamid Baidlowi dari jalur Kiai Asro .

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selain itu, Lukman Hakim juga bercerita mengenai dirinya saat masih aktif di LKKNU (Lembaga Kemaslahatan Keluarga NU) sekitar tahun 1986. Di beberapa kesmpatan, LKKNU sering menjalin berkerjasama sengan Muslimat NU. Dalam sebuah momen yang tak terduga, Lukman Hakim menjadi salah satu fasilitator, sedangkan Almarhumah menjadi peserta. Meski usia Menag dengan almarhumah selisih 22 tahun, Nyai Aisyah masih mau dan sangat serius belajar dari siapapun yang menyampaikan.

Selain menceritakan kegagumannya tersebut, Menag juga menceritakan peristiwa tragis yang dialami Ibu Aisyah 25 tahun lalu, tepatnya 14 Maret 1993. Saat dalam perjalanan pulang dari takziyah Almarhum KH Imron Rosyadi di Bandung, mobil yang ditumpangi Almarhumah bersama (Almh) Ibunda Sholihah Wahid Hasyim dan Ibu Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid mengalami kecelakaan di jalan tol Bandung-Jakarta.

Saat itu, lanjutnya, Ibu Aisyah mengalami luka yang cukup serius. Sekitar 4,5 bulan Nyai Aisyah dirawat di rumah sakit. Butuh semangat hidup yang luar biasa untuk menghadapi masa-masa sulit itu. Dengan rasa syukur, berkat perhatian dan dorongan semangat dari suami, putra-putri, dan keluarga besar Wahid Hasyim, Nyai Aisyah mampu bangkit dan pulih seperti sedia kala.

Menag melanjutkan, meski telah mengalami kecelakaan, berselang dua tahun kemudian Nyai Aisyah Hamid Biadlowi menjadi ketua umum PP Muslimat NU, dan karirnya pun terus berkembang.


Pewarta:            Ana Saktiani Mutia

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin

Sumber:             kemenag.go.id