sumber ilustrasi: google.com

Oleh: Ustadz Abror Rosyidin*


اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ للهُ أَكْبَرُ، الهُ  أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُاللهُ أَكْبَرُاللهُ أَكْبَرُ الله أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً،  لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

لْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ.أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَأَشْهَدٌ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الشَّافِعُ فِي اْلمَحْشَرْ نَبِيَّ قَدْ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ أَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ ، قالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ الكَرِيْمِ
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ 
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ


Khutbah I

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat  Jamaah shalat Idul Fitri hafidhakumullah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pagi hari ini kita bersama-sama telah diberikan kenikmatan merayakan Idul Fitri oleh Allah Swt. dengan mengumandangkan takbir penuh kebahagiaan, setelah melampaui perjuangan pelatihan fisik dan mental, berpuasa selama 1 bulan penuh di bulan Ramadan. Semoga segala keistimewaan-keistimewaan seperti rahmat dan maghfirah (ampunan) dari Allah, serta itqun minannar (pembebasan dari api neraka), dalam bulan Ramadan, kita dapat meraihnya dengan baik. Sejak hari pertama Ramadhan, kita menahan lapar, haus dan segala hawa nafsu, melatih kesabaran demi meraih insan yang bertakwa, yakni kualitas kemanusiaan yang tertinggi di hadapan Allah Swt.   


يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha-Mengetahui.”

Satu dari indikator (tanda-tanda) orang yang bertakwa adalah bersyukur atau ridha terhadap pemberian Allah. Sebagaimana yang disebutkan oleh Sahabat Ali bin Abi Thalib, bahwa ada 4 ciri orang yang bertakwa. Pertama, Al-Khaufu minal-Jalil, merasa takut kepada Allah Swt yang mempunyai sifat Maha Agung. Kedua, Al-‘Amalu bi At-Tanzil, beramal dengan apa yang diwahyukan oleh Allah Swt. Ciri ketiga, Al-Isti`dadu li Yaumir-Rahil, yaitu sentiasa mempersiapkan bekal untuk menghadapi kematian dan kembali menghadap Allah. Dan Ar-Ridha bil-Qalil, merasa cukup dan ridha dengan pemberian Allah Swt, meskipun hanya sedikit.

Yang keempat ini rawan sekali, jebol pertahannya. Artinya kita sering merasa kurang dengan pemberian Allah. Diberi 10.000 minta 20.000, diberi 20.000 minta 30.000 dan seterusnya. Pokoknya Allah gak ada benarnya memberikan nikmat. Kurang terus. Sering terucap atau hanya menggumam dalam hati, “Ya Allah kok ini kurang”, “Pripun niki Gusti kok Cuma segini”, “Ya Allah seharusnya bisa lebih dari ini”, dan ucapan-ucapan lain yang menunjukkan ketidaksyukuran atas nikmat Allah.

Kita terus menuntut Allah, tanpa kita sadari tuntutan Allah kepada kita selaku hamba belum dikerjakan sepenuhnya, kita lupa mengoreksi diri, terlebih sadar diri, bahwa kit aini hamba yang modelnya seperti apa? Sudahkah betul-betul menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi larangannya, atau hanya sekedar hidup dan mempercayai Allah ada. Kalau betul kok lancang sekali kita ini menuntut Allah ini itu, kalau ada maunya rajin shalat, puasa, kalau sedang senang, lupa. Hamba macam apa kita ini?

Maka kita perlu mengoreksi, sejatinya, kenapa sih kita kok merasa kurang terus, kita merasa Allah seakan-akan memberi kepada kita di bawah apa yang kita butuhkan, atau tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Ada beberapa sebab yang sudah Allah sampaikan di dalam Al-Quran.

Pertama, kita tidak bersyukur, kufur terhadap nikmat Allah. Jelas di dalam Al-Quran Allah sampaikan kepada kita dalam surat Ibrahim ayat 7:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”

Dalam ayat tersebut Allah sengaja memberikan alarm kepada kita, bahwa ada konsekuensi, sebab akibat. Barang siapa yang bersyukur dia akan ditambah nikmatnya. Maka logika kebalikannya, mafhum mukhalafahnya, Jika tidak bersyukur, mengingkari nikmat Allah, kufur terhadap pemberian Allah, akibatnya, kebalikannya, tidak ditambah nikmatnya, justru malah bisa dikurangi nikmatnya. Semakin bersyukur semakin ditambah nikmatnya, semakin tidak bersyukur semakin berkurang nikmatnya. Impas, adil.

Dalam ayat ini, Allah mempertemukan dua hal berlawanan, yaitu basyiran (kabar baik) di mana siapa yang syukur akan ditambah nikmatnya oleh Allah, sementara sebaliknya, Allah juga mencantumkan nadziran (peringatan) bahwa adzabnya juga pedih. Artinya, siapa yang tidak bersyukur alias kufur nikmat, Allah kasih adzab, baik di dunia dengan dikurangi nikmatnya, diberikan banyak ujian cobaan berupa kemiskinan, kefakiran, atau diazab di akhirat.

Kedua, kemungkinan kenapa kita terus merasa kurang, dan susah mendapatkan rejeki, dan lain sebagainya, bisa jadi karena kita lalai dari dzikrullah (mengingat Allah). Sebagaimana dalam ayat al-Quran al-Baqarah 152:

فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ

Artinya: Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.

Ayat ini menggandengkan syukur dengan dzikir. Artinya orang yang syukur sudah pasti ingat kepada Allah. Minimal dalam hidupnya selalu diwarnai kata “Alhamdulillah, masyaaallah, dll”. Apalagi dia melanggengkan dzikir, doa-doa. Dzikir juga bisa diartikan shalat. Karena makna asal shalat adalah adz-Dzikru. Artinya seluruh ibadah ritual, merupakan bentuk dzikir kepada Allah SWT. Maka, beribadah kepada Allah berbanding lurus dengan syukur. Insyaallah diberikan kecukupan, ketenangan hati, dan tidak serakah.

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat  Jamaah shalat Idul Fitri hafidhakumullah,

Allah SWT juga memberikan alrm, sebab apa yang menjadikan kita terus merasa kurang dan tidak bersyukur, sehingga mengakibatkan kita galau. Allah berfirman dalam Surat Al-Qashash ayat 73:

وَمِنْ رَّحْمَتِهٖ جَعَلَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوْا فِيْهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Artinya: Berkat rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang agar kamu beristirahat pada malam hari, agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari), dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.

Allah menciptakan malam untuk istirahat dan menciptakan siang untuk bekerja. Artinya rejeki itu datang bukan secara tiba-tiba. Bekerja dengan giat dan sungguh-sungguh, termasuk bagian dari usaha menjadi manusia yang bersyukur. Kalau kita semangat bekerja maka Allah beri rahmatNya kepada kita, dipermudah mendapatkan rejeki. Sebaliknya jika malas-malasan, makin seret dan susah ngunduh rahmatnya Allah.

Maka para hadirin harus rajin bekerja. Tidak kluntang-kluntung saja, harus produktif. Itu perintah Allah. Ibadah kurang, kerja malas. Tapi awas, bekerjanya harus dengan niat yang baik, pekerjaannya juga baik, rejekinya halal.
Tapi, jangan sampai kita merasa, karena sudah banyak rejeki, menganggap itu semua adalah hasil jerih payahnya. Sombong, congkak. Bukan, itu bukan karena bekerjanya kita, bukan karena kemampuan, skill, dan energi kita.

Harus diingat, laa haula wa la quwwata illa billah. Usaha kita, kerja kita, tenaga kita, kemampuan kita, kecerdasan kita, kepintaran kita, maaf, itu semua dari siapa kalau bukan dari Allah. Maka begini cara bersyukurnya, “Alhamdulillah, matursuwun sedantene rohmate panjenengan gusti”. Semua itu karena rahmat Allah. Makanya ada orang yang bekerja siang malam, tapi merasa kurang saja, ya bisa jadi karena tidak dirahmati Allah. Rumusnya tiga, berusaha, beribadah, bersyukur dan meminta Rahmat Allah.

Sebab keempat yang bisa menjadi pemicu terus merasa kurang dengan rejeki dari Allah, yaitu sifat congkak, pamer, dan sombong. Sudah sempat kami singgung sebelumnya, bahwa rejeki itu Rahmat Allah, bukan semata-mata karena usaha manusia. Maka tidak perlu terlalu disombong-sombongkan. Ibu-ibu, bapak-bapak yang diberikan nikmat kaya raya, hartanya berlebih, kok sombong, tunggu saja, tinggal kapan saja bisa dibalik sama Allah. Kata Allah dalam surat adh-Dhuha ayat terakhir,

وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

Artinya: Terhadap nikmat Tuhanmu, nyatakanlah (dengan bersyukur)

Ayat ini kadang disalahgunakan oleh orang-orang untuk pamer. Dapat rejeki mobil, pamer, dengan dalil wa amma bini’mati rabbika fahaddits, terus diphoto, disebarkan status, kirim grup-grup WA, “Alhamdulillah, mobilku anyar, sepurane iki tahadduts binni’mah”. Salah kaprah, bukan begitu maksudnya. Makna menyatakan di sini, tahadust adalah syukur. Para ulama tafsir menafisrinya dengan kata “Bersyukur”. Artinya dengan nikmat Allah, kalau sudah diberikan kepadamu, nyatakanlah kepada Allah dengan rasa syukur dan terima kasih, bukan dengan pamer-pamer.

Selanjutnya, Allah juga memberikan gambaran, hambannya yang seret rejeki, alias terus merasa kurang dengan surat an-Nahl 18:

وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Kita kadang, suka menghitung-hitung rejeki Allah. Ini juga bisa diartikan ke arah perhitungan, alias pelit. Sementara nikmat allah itu luas, tidak terhingga. Maka ini sama dengan meremehkan Allah. Kalau belum mampu sedekah, ya jangan perhitungan juga, lebih-lebih bisa bersedekah, jauh lebih bagus. Maka kalau kita mau terus dicukupkan oleh Allah, dan hati kita terus bersyukur tidak merasa kurang, ya tidak perlu terlalu perhitungan. Malah sebaiknya sedekah yang banyak, sebagaimana Rasulullah sampaikan:


مَا نَقَصَ مَالُ مِنْ صَدَقَةٍ  
Artinya: “Harta tidak berkurang karena bersedekah.”
Justru bisa sebaliknya, bertambah semakin banhyak dilipatkangandakan sebagaimana kata Allah dalam Al-Baqarah 216:


مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ  
Artinya : “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Saking besarnya Allah meminta kita bersyukur, Allah sampai mengulang 1 ayat tentang perintah syukur di dalam satu surat 31 kali disebut, fabiayyi alaaa’I rabbikuma tukadzdziban, nikmat mana yang kalian dustakan kata Allah agar kita tidak ingkar terhadap nikmat-nikmatnya. Sebelum khutbah ini ditutup, saya mengingatkan kepada diri saya sendiri dan hadirin sekalian, bahwa kiata harus ingat, bahwa nikmat Allah itu bukan hanya uang.

Jika kita mengartikan nikmat dan rejeki itu uang, maka salah besar. Kita lupa dengan telinga kita, hidung kita, badan kita, Kesehatan, keluarga, anak, istri, suami, ayah ibu, matahari, udara yang kita hirup, angin, pohon-pohon, dan lain sebagainya, itu juga nikmat-nikmat yang justru tidak terhitung dan harus kita syukuri. Bahkan yang dimaksud rejeki itu hanya yang kita manfaatkan. Ibarat gaji 3 juta, 2,5 jutanya untuk nafkah keluarga, sementara kita hanya menikmati 500.000 ya itu saja rejekinya, sisanya hanya lewat kita. Dan itu semua berasal dari Rahmat Allah.

اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Semoga kita, apapun dan bagaimanapun tingkah kelakuan kita selama bulan Ramadan, diterima sebagai amal baik oleh Allah SWT, dan dicatat sebagai bekal menuju suci kembali di hari raya idul fitri sebagaimana kita waktu dilahirkan oleh ibu kita ke dunia ini, dan nanti juga wafat dalam keadaan khusnul khatimah.

جعلنا الله وإياكم من العائدين والفائزين والمقبولين كل عام وأنتم بخير. آمين
بسم الله الرحمن الرحيم، وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ.
بارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْأنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الاَيَاتِ وَ ذِكْرِالحَكِيْمِ وَ تَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمِ
 وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وارْحَم وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

Khutbah II
اللهُ اَكْبَرْ ٣× اللهُ اَكْبَرْ ٤ ×. اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
الحمد لله حمدا كثيرا كما امر. واشهدان لااله الاّ الله وحده لاشريك له ارغاما لمن جحد به وكفر. واشهد انّ سيّدنا محمّدا عبده ورسوله سيّد البشر. اللّهمّ صلّ وسلم على سيّدنا محمّد وعلى اله واصحابه المصابيح الغرر. ما اتّصلت عين بنظر واذن بخبر. من يومنا هذا الى يوم المحشر. امّا بعد فياايّها النّاس اتّقوا الله فيما امر. وانتهوا عمّا نهى عنه وحذّر. واعلموا انّ الله تبارك وتعالى امركم بأمر بدأ فيه بنفسه وثنّى بملا ئكته المسبّحة بقدسه. فقال تعالى ولم يزل قائلأ عليما. انّ الله وملائكته يصلّون على النبى. يا ايّها الذين امنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما. اللّهمّ صلّ وسلّم على سيّدنان محمّد جدّ الحسن و الحسين وعلى اله واصحابه خير اهل الدّارين خصوصا على اوّل الرّفيق. سيّدنا ابى بكرن الصّديق. وعلى الصّادق المصدوق. سيّدنا ابى حفص عمر الفاروق. وعلى زوج البنتين سيّدنا عثمان ذى النّورين. وعلى ابن عمّه الغالب سيّدنا علىّ ابن ابى طالب. وعلى الستّة الباقين رضى الله عنهم اجمعين. وعلى الشّريفين سيّدى شباب اهل الدّارين. ابى محمّدن الحسن وابى عبد الله الحسين. وعلى عمّيه الفاضلين على النّاس. سيّدنا حمزة وسيّدنا العبّاس. وعلى بقيّة الصّحابة اجمعين. وعلى التّابعين وتابع التّابعين لهم باحسان الى يوم الدين. وعلينا معهم برحمتك ياارحم الرّحيمن.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ.  اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْن وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ .وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْملِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ . اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنا وَأَصْلِحْ لنا دُنْيَانا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لنا آخِرَتنا الَّتِي فِيهَا مَعَادُنا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لنا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لنا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ. اللّهمَّ حَبِّبْ إلَيْنَا الإيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ اللهمَّ ارْزُقْنَا الصَّبْرَ عَلى الحَقِّ وَالثَّبَاتَ على الأَمْرِ والعَاقِبَةَ الحَسَنَةَ والعَافِيَةَ مِنْ كُلِّ بَلِيَّةٍ والسَّلاَمَةَ مِنْ كلِّ إِثْمٍ والغَنِيْمَةَ مِنْ كل بِرٍّ والفَوْزَ بِالجَنَّةِ والنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ رَبَّنا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ