Oleh: Falah R Falasif*
Seringkali seseorang menjalani hidupnya bukan atas dasar apa yang ia inginkan, melainkan atas dasar apa yang bisa ia kerjakan. hal itu terjadi karena ia sendiri tidak dapat memutuskan jalan mana yang harus ia lalui, kemana ia akan berhenti. Yang ia tahu hanya ingin hidup bahagia.
Analoginya seperti sekelompok mahasiswa yang akan merencanakan liburan semester bersama teman-temanya. Di saat mereka tengah diskusi, memberikan usulan atau ide, ada satu diantara mereka yang tidak ikut memberikan usulan, ia bingung dan tidak tahu kemana ia akan pergi, yang ia inginkan dapat pergi ke tempat yang menyenangkan bersama teman-temanya nanti.
Meskipun sudah sampai di tempat liburan yang mereka rencanakan, anak ini masih saja bertanya, kita sudah sampai atau belum ya? di sini tempatnya bagaimana ya ? jalan masuk dan jalan keluarnya mana ya? . Dia tidak merasakan kegembiraan saat sampai di tempat tersebut, bahkan tidak tahu apa yang harus ia lakukan, karena itu bukan tempat tujuan yang Ia inginkan sendiri. Ia hanya mengikuti sebagaimana teman-temannya menyarankan. Ia tidak memberikan saran sama sekali.
Tidak cukup sampai di situ, pernahkah kita menemui atau mendengar kejadian seperti ini:
Ketika anak lulus sekolah SLTA dan ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, ia bingung dalam menentukan fakultas dan jurusan apa yang harus ia masuki. Akhirnya karena ide keluarga, justru ia masuk di fakulktas dan jurusan yang mereka sarankan kepadanya, pernahkah kita menemui atau mendengar kejadian seperti ini?
Ketika seorang anak lulus dari perguruan tinggi dan ingin mengambil kerja di suatu tempat, tetapi ia bingung kemana harus bekerja. Akhirnya mengambil pekerjaan atas saran temanya, dan meninggalkann gelar sarjananya, demi sebuah pekerjaan yang ia anggap nyaman bagi dirinya, pernahkah kita menemui atau mendengar kejadian seperti ini?
Ketika seorang ibu rumah tangga pergi berbelanja di suatu supermarket atau pasar tradisional untuk membeli sesuatu, karena banyaknya pilihan yang ada, ia menjadi bingung barang apa yang harus ia beli dan merek apa yang harus ia gunakan untuk kebutuhan keluarganya, dan ketika pulang, ia justru banyak membeli barang yang sebelumnya tidak di rencanakan, pernahkah kita menemui atau mendengar kejadian seperti ini?
Tentunya kita pernah menemui atau mendengar kejadian seperti itu, atau bahkan kita pernah mengalami sendiri.
Dari kejadian seorang mahasiswa yang ingin berlibur, seorang anak lulusan SLTA yang ingin melanjutkan perguruan tinggi, seorang mahasiswa lulus sarjana yang ingin memilih tempat kerja, seorang ibu rumah tangga yang berbelanja di supermarket atau pasar tradisional, semua itu adalah akibat karena mereka tidak menentukan keinginanya sejak awal. Mereka melangkah karena usulan orang lain, seorang mahasiswa yang masuk sebuah fakultas atas saran keluarganya, seorang mahasiswa yang bekerja atas saran temanya, seorang ibu rumah tangga yang berbelanja asal-asalan karena tidak menentukan sejak awal barang apa saja yang harus ia beli.
Agar kejadian-kejadian semacam itu tidak terulang, sebaiknya kita harus menentukan keinginan sebelum melangkah. Begitu juga dengan kehidupan kita sekarang, sebelum melangkah lebih jauh, dan sebelum waktu kita terbuang begitu saja tanpa impian, kita harus cepat bertindak, segera menentukan apa impian kita. Karena menentukan impian adalah awal dari sebuah kesuksesan. Impian adalah hal yang dilakukan bukan hanya angan-angan belaka. Untuk itu, dalam meraihnya, tentunya perlu segala persiapan dan langkah-langkah yang matang, agar tidak seperti contoh-contoh di atas. Bukan tanpa alasan, jika suatu saat menemukan hambatan, tak pelak kita sudah siap menghadapinya.
*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng dan Pegiat usaha santri Clothing dan Kuliner.