Tebuireng.online- Dalam acara Muktamar Nasional Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) dan Seminar Nasional Pemikiran Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari yang diadakan di UNISMA Malang pada Ahad (22/01/2023) dihadiri salah satu narasumber dari PBNU, Dr. KH. Ahmad Fahrur Rozi. Ia menyampaikan tema “Resolusi Jihad dalam Perspektif Pendidikan”, juga menyinggung perihal resolusi jihad yang difatwakan 70 tahun lalu oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari yang sampai saat ini eksis diperingati sebagai Hari Santri Nasional.
“Kita punya tugas dalam dunia pendidikan apalagi di dunia modern ini, karena banyak hal negatif yang tersebar terlebih di media sosial seperti aplikasi yang disalahgunakan untuk pelacuran, hal ini sangatlah merusak generasi muda Indonesia. Kita sebagai penerus perjuangan Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, punya tantangan karena tekhnologi bisa membuat anak-anak terjerumus dalam pergaulan bebas seperti mabuk game sampai mengakibatkan malas untuk mengaji,” katanya.
Menurutnya, sebagai penerus perjuangan NU kita tidak boleh silau terhadap milik orang lain yang mengakibatkan kita meninggalkan khazanah dan tradisi yang kita miliki. Semakin bertambahnya zaman semakin sedikit orang yang mau belajar ngaji, sampai ada guyonan “banyak anak kiai ingin menjadi dokter tapi anak dokter tidak ada yang ingin jadi kiai”.
“Inilah kewajiban kita jangan sampai kemudian pesantren-pesantren ditinggal anaknya (anak kiainya) sibuk jadi pegawai negeri pergi ke luar negeri pondoknya jadi kosong, ini adalah bagian dari semangat resolusi jihad dalam pendidikan, pesantren harus dipertahankan jangan sampai pesantren berubah jadi kos-kosan,” tuturnya.
Salah satu tantangan hari ini, lanjutnya, adalah banyak pesantren yang biayanya mahal dan bertaraf internasional tapi ruh dari kepesantrenannya hilang, seperti tidak belajar kitab kuning, hilangnya nilai-nilai yang ditanamkan kiai tentang kesederhanaan, banyak yang tidur pakai kasur, AC, kamar mandi di dalam, sudah tidak ada riyadhoh, tahajud, puasa Senin-Kamis, jangan sampai pesantren hanya bagus casing-nya tapi tidak ada nilai jiwa pesantrennya.
“Tugas kita adalah berperan aktif dalam dunia maya agar disisi oleh dakwah-dakwah yang ramah, karena mayoritas penduduk Indonesia menggunakan dunia maya/media sosial lebih 9 jam setiap harinya. Oleh karenanya, hal ini juga termasuk salah satu jihad kita dalam mengisi ruang di dunia dengan konten pendidikan islami, meramaikan dengan konten aqidah ahlusunah, karena betapa dahsyatnya dakwah melalui dunia maya/medsos,” ucap Pengasuh Pondok Pesantren ANNUR 1 Bululawang Malang ini.
Di samping itu, beliau melihat ada lima hal yang harus dilakukan ketika dakwah atau berjihad dalam pendidikan. “Pertama, jihad sebagai orang tua, kita punya kewajiban harus mendidik anak-anak jadi orang yang berpendidikan dan tetap santri. Kedua, jihad sebagai pendidik, di mana hal ini para pengajar punya kewajiban menjadikan/mencetak generasi santri yang lebih baik lagi. Ketiga, jihad sebagai murid, di sini kita punya kewajiban untuk terus belajar. Keempat, jihad orang kaya, kewajiban mendukung pendidikan pesantren atau sekolah-sekolah NU agar menjadi lebih baik. Kelima, jihad kita di medsos, ayo kita ramaikan medsos kita dengan pengajian-pengajian misalnya Gus Baha’, Gus Qoyyum agar medsos kita ramai dengan konten ahlussunah wal jama’ah,” pungkasnya.
Pewarta : Nurdiansyah