Pendiri NH Perkasya, H. Lamro Azhari memakaikan sabuk biru sebagai simbol pengesahan pendekar muda bersabuk biru pada Rabu (20/09/2017). (Foto: Raihan Bagas M.)

Tebuireng.online— Malam 1 Muharram atau awal tahun baru Hijriyah diperingati dengan berbagai kegiatan oleh muslim di seluruh dunia, sesuai dengan tradisi masing-masing. Di Indonesia, ada banyak cara untuk merayakan malam 1 Muharram atau dalam masyarakat Jawa dikenal dengan malam 1 Suro. Setiap daerah memiliki tradisinya yang berbeda beda. Ada yang merayakannya dengan cara bertapa di suatu tempat, bertapa bisu, berendam dalam air seraya merenungkan perbuatannya, dan juga ada yang mencuci pusaka.

Para pendekar Tebuireng juga memiliki tradisi untuk merayakan malam satu suro yang bertepatan pada Rabu (20/09/2017) malam. Seluruh warga baru atau pendekar muda Perguruan Pencak Silat NH Perkasya (Nurul Huda Pertahanan Dua Kalimat Syahadat) Tebuireng melakukan serangkaian acara pengesahan. Mereka disahkan sebagai warga, karena telah melewati tes mendapatkan sabuk biru.

Bertempat di kediaman Pendiri NH Perkasya, H. Lamro Azhari. Seluruh warga baru maupun warga lama berkumpul disana. Dalam sambutannya, H. Lamro berpesan kepada seluruh warga NH, bahwa sabuk bukan penanda berhenti belajar, melainkan sebagai penyemangat dalam belajar.

“Kalian telah melewati tingkatan-tingkatan sebelumnya, mulai dari sabuk putih, kemudian oranye, lalu hijau dan sekarang kalian telah mencapai sabuk biru. Kalian sudah pantas untuk disebut sebagai warga NH Perkasya. Tapi jangan anggap jika sudah mendapat sabuk biru maka kalian merasa ilmu kalian sudah cukup, kalian semua harus terus belajar. Jadikan sabuk biru ini sebagai penyemangat belajar kalian!,” tutur pendekar asal Ponorogo tersebut.

Setelah selesai melakasanakan pengesahan, semua warga baru diarahkan untuk menuju ke Maqbarah Masyayikh Pesantren Tebuireng Jombang, untuk membacakan doa dan istighasah bersama-sama. Total kurang lebih ada 200 pendekar muda yang disahkan pada malam satu suro tahun 2017 ini.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selain itu, malam satu Suro ini juga bertujuan untuk menyucikan pusaka, berupa udeng (semacam kain diikatkan di kepala) dengan berendam di sungai 77 di Desa Kayangan, Diwek Jombang. Mereka membacakan doa tertentu dan ikrar ketika berendam. Ritual itu merupakan tradisi khas NH Perkasya setiap malam 1 Muharram atau 1 Suro dalam penanggalan Jawa.

Selain untuk mengesahkan warga baru dan menyucikan pusaka, tradisi Perguruan NH Perkasya setiap malam 1 suro ini, juga untuk mempererat tali silaturahmi antar pendekar, karena biasanya seluruh pendekar, baik junior maupun senior, ikut berkumpul.


Pewarta:            Rihlana Ardhian Ghuvara

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin