Pengajian Umum yang digelar di Pondok Putra Pesantren Tebuireng, Rabu (20/09/17). (Foto: Kopi Ireng)

Tebuireng.Online- Dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1439 Hijriyah, Pondok Putra Pesantren Tebuireng mengadakan acara pengajian umum di halaman depan Gedung KH. M. Yusuf Hasyim, Kamis (21/09/2017). Acara pengajian dimulai pukul 18.00 WIB selepas jamaah shalat maghrib.

Sebelum acara tersebut dimulai, terlebih dahulu digelar khotmil Quran yang berlangsung setelah jamaah shalat ashar hingga menjelang jamaah shalat maghrib. Kegiatan tersebut akhirnya ditutup dengan  pembacaan doa akhir tahun di penghujung maghrib.

Sebagai pra acara pengajian umum, KH. Agus Maulana memimpin pembacaan istighotsah yang diikuti oleh para santri dan seluruh yang hadir. Proses pembacaan tersebut berlangsung dengan khidmat. Pembacaan istighotsah yang dipimpin oleh Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muhsinin tersebut ditutup dengan pembacaan doa awal tahun.

Turut hadir dalam acara ini, Bapak Kusnadi Sa’id, selaku mudir bidang pendidikan, Bapak H. Lukman Hakim, B.A., selaku mudir bidang pesantren, Bapak M. Sholahuddin, M.Pd., selaku Kepala Madrasah Aliyah Salafitah Syafi’yah, serta Bapak Su’udi, selaku kepala Madrasah Mu’allimin Hasyim Asy’ari Tebuireng.

Dalam sambutanya, Pak Lukman (Panggilan akrab Bapak H. Lukman Hakim, B.A.), menyampaikan tentang pentingnya perayaan tahun baru. “Kalo Tahun Baru Masehi, seakan-akan seluruh dunia memperingati, termasuk kita ikut-ikut. Yang benar, mestinya sekarang ini kita merayakan hari tahun baru Islam ini,” tutur beliau dengan suara menggebu-gebu yang disambut tepuk tangan meriah dari para santri.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Saat mauidhzoh, KH. Falaqul Alam sebagai penceramah dalam acara pengajian ini menyampaikan tentang perbedaan santri dulu dan sekarang. “Kalau dulu, jadi santri tuh enak. Soro-soro kalo dulu. Karena memang situasinya juga berbeda,” tutur beliau.

Beliau juga menyampaikan tentang pentingnya berkhidmah kepada ulama atau kiai. “Bagi kami, hidup itu pilihan. Kalau kita tidak membantu ulama, terus siapa yang akan kita bantu? Kalau kita tidak menjadi khadimul ulama, terus mau jadi khodimu sinten (siapa)?” tanya beliau pada seluruh santri.

Terakhir, Kiai asal Mojokerto tersebut menyampaikan dua hal yang diajarkan kiai-kiai terdahulu. Yaitu temen (sungguh-sungguh) atau jujur, serta yang kedua adalah bisa dipercaya. “Ojo bujukan. Nek bujukan ga payu kue (Jangan suka berbohong. Kalau suka berbohong, kamu tidak laku nanti).” Pungkas beliau.

Acara pengajian umum ini berakhir jam 19.30 WIB. Setelah berakhir, dilanjutkan dengan acara festival musik islami yang merupakan perlombaan bermain musik yang dilaksanakan setelah shalat isya berjamaah.


Pewarta: Ananda Prayogi

Editor/Publisher: Rara Zarary