Tebuireng.online— Salah satu usaha meningkatkan kemampuan menulis, Majalah Tebuireng helat Sekolah Menulis yang dilaksanakan selama 12 kali pertemuan dalam satu bulan.
Forum pelatihan menulis ini diisi dengan beberapa jenis seperti menulis opini yang diisi oleh Dr. Abdullah Hamid, pada Ahad (18/8/2024) melalui zoom meeting. Dalam penulisan opini, menurut Dosen UIN Sunan Ampel itu yang harus diperhatikan adalah relevansi.
“Jika opini kita tidak memiliki relevansi, sampai kapan pun tulisan kita tidak akan laku di media massa, jadi perhatikan relevansinya,” ucapnya sambil mencontohkan ucapan Presiden Jokowi terkait pelaksanaan upacara yang seperti mencium bau kolonial jika diadakan di istana istana yang ada sejak zaman Belanda.
Selain relevansi, menulis opini baginya harus fokus, pendapat yang jelas dan berbasis fakta. Walau baginya, menulis opini dan menulis berita adalah hal berbeda.
“Saat anda mau menulis tentang kemiskinan, maka carilah referensi yang berhubungan dengan itu. Data di dalam opini menjadi wajib untuk mendukung opini kita,” imbuh founder dunia santri community itu.
Baca Juga:
Siapkan Kader Literasi Pesantren, Tim Majalah Tebuireng Gelar Sekolah Menulis
Menumbuhkan Minat Literasi Santri Melalui Karya Fiksi
Selanjutnya, menulis opini adalah riset dan mengumpulkan informasi. Seperti akurasi data dan mengenali argumentasi lawan.
“Tempo, Kompas, republika, dan media massa lain itu memiliki kriteria berbeda. Jadi kita perlu memahami karakter-karakter media. Kita harus riset tentang tulisan kita dan tentang media yang akan kita tuju,” pesannya.
Menulis opini, lanjutnya selain karena menuangkan gagasan kita dalam memahami isu atau fakta juga bisa sebagai salah satu cara menanggapi tulisan orang lain.
“Kamu bisa menjawab tulisan orang lain yang ada di media,” tuturnya dengan memberi tips menulis opini tanggapan.
Founder website pesantren.di itu juga berulang mengingatkan peserta bahwa menulis opiini itu harus menggunakan data, teori, dan berilah argumen baik pro atau kontra di tubuh berita didukung bukti-bukti yang ada.
“Tulisan itu harus mudah dipahami, sederhana. Sesuaikan dengan pembacanya. Hindari istilah rumit. Dalam tulisan opini tidak wajib memberi kesimpulan, biarkan pembaca yang menyimpulkan,” katanya melanjutkan tips menulis yang mudah dan sederhana.
Untuk diketahui, pelatihan menulis opini ini berlangsung mulai hari ini, Ahad (18/8) hingga seminggu ke depan dengan 2 kali pertemuan materi dan praktik menulis opini. Adapun peserta yang ikut sekitar 30-40 peserta dari berbagai pesantren dan perguruan tinggi. Adapun pelatihan menulis ini merupakan kerja sama antara dunia santri community, pesantren.id, neswa.id, maslahat, id, dan Tebuireng Media Grup.
Pewarta: Albii