Tebuireng.online— Merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Republik Indonesia, Pondok Putra Pesantren Tebuireng mengadakan Refleksi Malam Kemerdekaan RI dengan tema “Menyelami Sejarah, Mewujudkan Asa Bangsa” pada Jumat (16-08-2024) malam.
Acara yang dilaksanakan di Masjid Pesantren Tebuireng tersebut dihadiri oleh KH. Abdul Hakim Mahfudz, Ketua Dewan Masyaikh Pesantren Tebuireng Dr. KH. A. Mustain Syafi’ie, ketua umum Presidium Nasional IKAPETE Prof. Dr. H. Masykuri Bakri, M.Si.
KH. Abdul Hakim Mahfudz menyampaikan beberapa hal kepada para santri Pesantren Tebuireng sebagai bentuk refleksi kemerdekaan Republik Indonesia.
“Pada malam ini tanggal 16 Agustus, dan besok kita memperingati proklamsi kemerdekaan indonesia, 79 tahun yang lalu. Maka pada hari ini kita mengenang, merefleksikan peristiwa kemerdekaan indonesia 17 agustus 1945. Jadi kalau cerita mengenai perjuangan-perjuangan para leluhur para kiai, para ulama zaman dulu, itu bukan hanya cerita, tetapi harus direfleksikan,” ungkap Cicit Hadratussyaikh itu.
Menurut Gus Kikin, itu artinya harus diambil hikmah yang terkandung kemudian diamalkan dan itu akan menjadi teladan kalian semua, banyak yang sudah dilakukan oleh para leluhur kita, khususnya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.
Bagi beliau, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari adalah contoh nyata dalam merefleksikan kemerdekaan Republik Indonesia.
“Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari sendiri memiliki jalan yang sangat panjang dimulai dari beliau mendirikan Pesantren Tebuireng, kemudian mendidik santri-santri nya menjadi ulama-ulama besar, hingga menjadi tokoh-tokoh besar di bangsa ini.”
Di sisi lain kita melihat bagaiamana Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari membangung kekuatan, yang mana beliau banyak menuliskan di dalam kitab dan di dalam naskah-naskahnya. Yakni bagaimana umat islam ini harus menyatu, harus membangun ukhwah.
Selain mendidik para santri-santri guna menjadi ulama dan tokoh besar bangsa ini, atau membangun kekuatan guna mempersatukan umat Islam, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari sendiri adalah sosok yang sangatlah memberikan bantuan-bantuan pada para petani di masa itu.
“Dulu di bawah kekuasan Belanda, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari mendampingi para masyarakat petani. Para petani di zaman itu berada dalam hidup yang kesulitan. Pendapatanya rendah, karena memang ada kerja paksa, tanam paksa, dengan dibayar harga murah, sehingga bangsa Indonesia ini dalam kondisi yang susah,” jelas Ketua terpilih PWNU Jawa Timur ini.
Kemudain, Gus Kikin melanjutkan, bahwa Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari mendampingi para petani untuk mengelola sawahnya, supaya meningkat produktivitasnya, supaya naik pendapatannya, dan alhamdulillah dalam waktu yang begitu panjang dan ketekunan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, akhinya ekonomi para petani itu meningkat, kemudian diajarkan, syariat-syariat ilmu agama, kemudian Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari menjadi tokoh panutan umat islam di Indonesia.
Terkahir KH. Abdul Hakim Mahfudz mengatakan bahwa dari cerita mengenai ketokohan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari tersebut dapat menjadi refleksi di zaman saat ini.
“Saya berharap dengan cerita tentang Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, dari mendirikan Pesantren Tebuireng, mendidik santri-santrinya hingga menjadi para tokoh bangsa, menyatukan umat islam dan mendampingi petani dapat menjadi refleksi kita di zaman sekarang.” Pungkasnya.
Baca Juga: Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari Penentu Tanggal Kemerdekaan
Pewarta: Dimas