Tebuireng.online— Sekolah Menulis yang diinisiasi oleh Majalah Tebuireng mengundang Maria Ulfa Fauzi, founder Neswa.id dan Maslahat.id mengisi ruang pelatihan menulis isu-isu keperempuanan bersama santri, mahasiswa dan pegiat literasi melalui zoom meeting, Sabtu hingga Ahad (24-25/8/2024).
Maria Ulfa Fauzi merupakan seorang intelektual muslim, tulisannya telah tersebar di berbagai media massa yang juga direktur dari neswa.id, aktif menulis isu-isu perempuan, yang belakangan ia angkat adalah kebudayaan perempuan dan perempuan di dunia digital.
“Kita butuh kesadaran atau awernes di medsos bagaimana perempuan di situ diperlakukan. Selain itu, melatih kepekaan menulis kita bagaimana dalam pesantren perempuan ikut andil menjaga lingkungan,” ungkapnya Maria Ulfa kepada peserta.
Selain itu, menurutnya menulis tentang isu perempuan adalah agar penulis mampu memahami dan memberi pemahaman bagaimana peran perempuan, baik itu di bidang perkembangan ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, bahkan di pesantren.
“Ada banyak topik dalam kepenulisan perempuan. Bisa ambil topik perempuan dan ekonomi, dan bisa diselaraskan dengan kehidupan di pesantren,” jelas perempuan lulusan Al-Azhar Mesir itu.
Menurutnya, dalam menulis hal apapun yang perlu diperhatikan penulis adalah tidak jugdment. Ia mengatakan biarlah nanti pembaca yang akan menilai sendiri bagaimana arah tulisan penulis. Ia memberi contoh misalnya dalam bahasan Feminisme Islam; berbicara tentang konsep terhadap gerakan perempuan dalam Islam. Misal isu perempuan saat zaman nabi. Bisa periwayat hadist, wirausaha, berpendidikan dan lainnya.
Baca Juga: Majalah Tebuireng Menulis Opini Bersama Dr. Abdulloh Hamid
“Perjuangan perempuan seperti itu yang harus kita angkat kepermukaan melalui tulisan kita, itu yang jarang orang-orang ketuhui. Dan itulah yang perlu kita bahas termasuk menggali teks-teks keagamaan seperti menafsiri hadist soal perempuan yang sering disalahpahami,” terangnya.
Dalam menulis, aktivis perempuan itu mengajak peserta untuk menyajikan tulisan yang asik dan musah diterima pembaca, salah satunya adalah menggunakan konsep story telling. Menurutnya story telling bisa membuat pembaca merasa diajak berkomunikasi oleh penulis hingga hal itu mudah diterima.
“Selain konsep story telling, kita bisa menulis isu keperempuanan melalui jenis tulisan opini atau esai. Ingat tulisan kita tidak perlu menjudge, biarlah pembaca yang menilai kemana arah tulisan kita, terpenting kita perlu memberi kejelasan dalam tulisan kita,” tegasnya.
Adapun pelatihan menulis isu keperempuanan ini memiliki tujuan agar peserta juga mampu menulis dan peka terkait isu perempuan, termasuk di ranah pesantren, pendidikan, dan bidang lainnya. Hal itu diungkapkan oleh Koordinator Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Majalah Tebuireng, Wahyu.
“Kami berharap peserta dapat menulis isu-isu perempuan dengan komferhensif dan memunculkan solusi-solusi kongkrit, karena kami lihat banyak sekali penulis yang belum menggunakan kontruksi pemikiran perempuan. pada akhirnya tentu semoga makin banyak penulis isu-isu Perempuan,” terang Wahyu, saat diwawancarai.
Mahasiswa Magister di UIN Malang itu menilai bahwa pihaknya melihat masih kurangnya pelatihan menulis isu-isu perempuan di kalangan pesantren, “padahal hemat kami isu perempuan bukan hanya sekadar tentang pengalaman perempuan saja, lebih luas lagi isu perempuan bisa kita bawa ke ranah pendidikan, ekonami, lingkungan, politik dan isu lain” imbuh lulusan Unhasy itu.
Pada kesempatan pelatihan via zoom yang sudah di hari kedua ini, puluhan peserta masih antusias menyimak materi menulis isu-isu perempuan, yang lebih menarik peserta juga tidak hanya perempuan tapi lebih banyak laki-laki.
“Hal ini berarti isu-isu perempuan tidak mesti ditulis oleh perempuan. Laki-laki pun sudah seharusnya memiliki pemikiran yang ramah Perempuan,” ungkapnya.
Baca Juga: Menumbuhkan Minat Literasi Santri Melalui Karya Fiksi
Untuk diketahui, Sekolah Menulis ini diselenggarakan oleh Tebuireng Media Grup bersama dunia santri community, pesantren.id, neswa.id dan maslahat.id yang dilaksanakan sejak awal Agustus hingga akhir Agustus dengan pertemuan sebanyak 12x. Sebelumnya telah terlaksana pelatihan menulis opini, menulis esai, dan menulis cerpen yang diisi oleh Dr. Abdulloh Hamid, Septian Pribadi, dan Munawara.
Adapun output dari pelatihan ini, seluruh peserta menulis empat jenis tulisan yaitu esai, cerpen, opini, dan isu keperempuanan yang akan ditindaklanjuti panitia untuk dipublish di beberapa media, termasuk media parter dan website tebuireng.online.
Pewarta: Albii