Tebuireng.online– Melalui berbagai macam kegiatan selama KKNT Unhasy di desa Tapen Jombang, tentu menjadi bagaian hal penting bagi mahasiswa dalam membagi waktu untuk masyarakat sekitar. Salah satu kegiatan KKNT di desa Tapen yang dilaksanakan pada minggu pertama dimulai dengan silaturahmi ke tokoh-tokoh masyarakat, seperti kepala desa, ta’mir masjid, perangkat desa yang meliputi kepala dusun dari berbagai dusun di Tapen. Di desa Tapen terdapat 4 dusun, diantaranya ialah dusun Tapen, dusun Bebekan, dusun Pagendingan, dan dusun Tapen Lor.
Selain agenda silaturahmi, mahasiswa KKNT juga mengunjungi ketua majelis ta’lim Yasin dan Tahlil serta Diba’ pada setiap dusunnya untuk meminta izin mengikuti kegiatan yasin, tahlil, serta diba’ di dusun tersebut. Selanjutnya silaturahmi langsung ke rumah pemegang Yayasan Taman Pendidikan Al-Qur’an di setiap dusun di desa Tapen untuk meminta izin membantu mendidik santri-santri mengaji. Dari berbagai perjalanan itu, hal yang paling mengesankan bagi mahasiswa yaitu saat mengunjungi rumah Suryanto, selaku kepala dusun yang multitalenta.
Suryanto, selain menjadi kepala dusun, ia juga mempunyai usaha kerajinan berbahan dasar pelepah pisang atau dalam bahasa jawa “debog”. Kerajinan debog tersebut menjadi ikon yang paling menarik di desa Tapen. Ikon ini berhasil mengharumkan nama desa Tapen, karena kerajinan tersebut sudah laku di berbagai kota besar seperti Surabaya dan Jakarta. Usaha kerajinan pelepah pisang tersebut dinamai “Omah Debog Surya”.
Usaha Omah Debog Surya tersebut sangat banyak peminatnya, dikarenakan Suryanto mampu mengubah pelepah pisang menjadi kerajinan yang tidak hanya mempunyai nilai estetika (keindahan) belaka, namun juga mempunyai nilai daya guna. Kerajinan tersebut mempunyai nilai daya guna bagi kegiatan sehari-hari peminatnya. Kerajinan-kerajinan tersebut diantaranya berupa peci, kotak tisu, toples, case handphone, asbak, undangan, dan lain-lain.
Harga dari kerajinan-kerajinan tersebut juga cukup terjangkau, mulai dari 20.000 hingga 75.000 tergantung rumitnya pengerjaan kerajinannya. Suryanto memasarkan kerajinan-kerajinan pelepah pisang tersebut melalui online (facebook, instagram, whatsApp, dan shopee) dan offline. Cara memasarkan melalui offline, Suryanto menawarkan dagangannya kepada warga setempat, saudara, dan kerabat. Selain itu, Suryanto juga mengkontribusikan beberapa kerajinannya di balai desa Tapen, sehingga secara tidak langsung orang-orang yang berdatangan di balai desa tertarik dan berminat untuk membeli kerajinan pelepah pisang yang menjadi ikon di desa Tapen tersebut. Bapak Suryanto mengaku bahwa untuk menyelesaikan kerajinan-kerajinan tersebut hanya membutuhkan waktu sekitar 5 jam.
Kesulitan yang dialami Suryanto dalam menekuni usaha kerajinan pelepah pisang tersebut ialah terbatasnya pelepah pisang yang sesuai untuk kerajinan tersebut, karena tidak sembarang pelepah pisang yang digunakan untuk membuat kerajinan pelepah pisang tersebut.
“Yang dibutuhkan dalam menekuni usaha kerajinan debog itu kesabaran dan keuletan,” ungkap Suryanto.
Saat itu, Suryanto menghendaki kelompok KKNT 9 desa Tapen untuk membantunya membuat kerajinan pelepah pisang. Ia bersedia untuk melatih dan mengajari mahasiswa untuk berkreasi menggunakan bahan dasar pelepah pisang.
Dengan diadakannya kegiatan silaturahmi tersebut, mahasiswa berharap mampu menjadi pelajaran dan bimbingan agar mampu melaksanakan dan mengembangkan potensi desa Tapen.
Ikatan silaturahmi yang dilaksanakan juga diharap menjadi motivasi bagi mahasiswa untuk menyukseskan kegiatan KKNT di Desa Tapen serta melaksanakan semua program-program kerja yang telah dirancang sebagaimana mestinya. Tentu program yang dirancang adalah sesuatu yang memberikan manfaat kepada masyarakat desa Tapen dan sekitarnya.
Pewarta: Tim KKNT9
Publisher: RZ