
Dilansir dari Alodokter love language atau bahasa cinta adalah cara seseorang mengekspresikan dan mengharapkan rasa cinta serta kasih sayang. Istilah ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1992 oleh seorang penulis asal Amerika, Gary Chapman, dalam bukunya yang berjudul The 5 Love Languages. Secara sederhana, love language adalah cara kita merasa dicintai oleh orang lain dan cara kita mengungkapkan rasa cinta dari diri kita kepada orang lain. Hal ini bukan hanya berlaku dalam hubungan romantis, tetapi juga kepada teman, keluarga, rekan kerja, bahkan diri sendiri.
Setiap orang memiliki love language yang berbeda, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti lingkungan, pengalaman masa lalu, dan pola asuh dalam keluarga. Love language terbagi menjadi lima jenis, yaitu: pujian, sentuhan fisik, pemberian atau penerimaan hadiah, tindakan, dan meluangkan waktu bersama.
Untuk kali ini, mari kita fokus pada love language bagi seorang muslimah. Bahasa cinta ini seharusnya dimiliki oleh setiap muslimah, meskipun cara penyampaiannya bisa berbeda-beda. Hal ini penting karena seorang muslimah akan berperan sebagai anak, istri, dan ibu dalam kehidupannya. Berikut adalah lima jenis love language yang bisa menjadi panduan bagi muslimah.
- Pujian (Words of Affirmation)
Love language pertama adalah pujian atau yang dalam istilah Chapman disebut sebagai words of affirmation. Orang dengan bahasa cinta ini suka memberikan dan menerima pujian, kata-kata lembut, kalimat positif, dan afirmasi yang memotivasi orang yang mereka cintai. Sebagai seorang muslimah, memiliki love language ini sangat penting, karena melalui pujian kita dapat menyemangati orang tua, memotivasi suami, serta memberikan afirmasi positif kepada anak-anak. Pujian yang tulus bisa membangun rasa percaya diri dan menciptakan hubungan yang harmonis antara anggota keluarga.
Sebagai contoh, seorang ibu yang memberikan pujian kepada anaknya yang berhasil melakukan sesuatu dengan baik, atau seorang istri yang memberikan kata-kata penyemangat kepada suami yang sedang berjuang di tempat kerja. Pujian ini dapat memperkuat ikatan emosional dan menciptakan rasa dihargai dalam hubungan.
- Sentuhan Fisik (Physical Touch)
Love language kedua adalah sentuhan fisik atau yang dikenal dengan istilah physical touch. Bagi orang yang memiliki love language ini, kontak fisik yang positif, seperti memeluk, bergandengan tangan, atau sekadar menyentuh bahu, merupakan bentuk ungkapan cinta yang penting. Bagi seorang muslimah, sentuhan fisik yang sopan dan sesuai syariat dapat mempererat hubungan dengan orang terdekat, seperti suami, orang tua, atau teman.
Misalnya, seorang muslimah yang bergandengan tangan dengan suami saat berjalan bersama, atau seorang anak yang memijat punggung ibunya yang lelah setelah seharian bekerja. Sentuhan fisik ini mengandung makna kasih sayang yang mendalam, yang membuat orang merasa dihargai dan dicintai.
- Pemberian atau Penerimaan Hadiah (Receiving Gifts)
Selain pujian dan sentuhan fisik, pemberian hadiah juga merupakan salah satu bentuk love language. Bagi orang yang memiliki love language ini, hadiah menjadi simbol perhatian dan kasih sayang. Tidak perlu hadiah yang mahal atau mewah, yang penting adalah ketulusan dan perhatian yang ada di balik pemberian tersebut. Hadiah bisa berupa benda fisik, tetapi bisa juga berupa sesuatu yang lebih sederhana, seperti surat tulisan tangan, waktu, atau bantuan dalam menyelesaikan tugas.
Sebagai muslimah, penting untuk memahami bahwa hadiah yang diberikan bukanlah tentang harga atau nilai materi, tetapi tentang usaha dan perhatian yang menunjukkan bahwa kita peduli. Sebagai contoh, seorang istri yang memberi hadiah kecil kepada suaminya sebagai tanda terima kasih atas usaha dan kerja kerasnya, atau seorang ibu yang memberikan hadiah berupa doa dan perhatian kepada anak-anaknya.
- Tindakan (Acts of Service)
Tindakan atau acts of service adalah love language yang berfokus pada tindakan nyata. Bagi orang yang memiliki bahasa cinta ini, mereka lebih merasa dicintai ketika ada orang yang melakukan sesuatu untuk mereka, seperti membantu pekerjaan rumah tangga atau memberikan bantuan ketika mereka membutuhkan. Sebagai seorang muslimah, bahasa cinta ini sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai istri, anak, atau ibu.
Misalnya, seorang suami yang membantu istrinya memasak atau merapikan rumah, atau seorang anak yang membantu orang tua dalam pekerjaan rumah. Tindakan-tindakan kecil seperti ini dapat membuat orang merasa diperhatikan dan dihargai. Dalam Islam, melakukan tindakan untuk membantu orang lain juga merupakan bagian dari amal baik yang sangat dihargai.
- Menghabiskan Waktu Bersama (Quality Time)
Love language terakhir adalah menghabiskan waktu bersama atau quality time. Orang dengan bahasa cinta ini merasa dicintai dan dihargai ketika orang terdekat mereka meluangkan waktu bersama tanpa gangguan, memberikan perhatian penuh, dan berfokus pada hubungan tersebut. Bagi seorang muslimah, meluangkan waktu bersama keluarga adalah bentuk kasih sayang yang sangat penting, terutama di tengah kesibukan yang sering kali menguras waktu.
Misalnya, seorang ibu yang meluangkan waktu untuk bermain bersama anak-anaknya di akhir pekan atau seorang istri yang menyisihkan waktu untuk berbincang dengan suami setelah seharian sibuk bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa kita menghargai keberadaan orang tersebut dalam hidup kita, dan hal ini akan mempererat hubungan yang ada.
Pada hakikatnya, dalam setiap interaksi sosial, terutama dalam hubungan percintaan atau keluarga, sebagai muslimah kita tidak boleh egois atau melupakan bahwa setiap orang memiliki love language mereka sendiri. Menghargai dan memahami bahasa cinta orang lain sangat penting agar kita bisa memberikan perhatian sesuai dengan cara mereka merasa dicintai.
Dengan mengenali dan menghormati love language orang-orang di sekitar kita, baik itu pasangan, orang tua, atau anak-anak, kita dapat menciptakan hubungan yang lebih harmonis, penuh kasih sayang, dan saling mendukung. Sebagai seorang muslimah, memahami dan mengamalkan konsep love language ini akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih perhatian dan peka terhadap kebutuhan orang lain, serta semakin dekat dengan nilai-nilai Islam yang mengajarkan kasih sayang, empati, dan saling menghargai.
Penulis: Wan Nurlaila Putri