Tulisan nama Muhammad

Banyak cara untuk mempelajari Islam, khususnya al-Quran sebagai kitab pedoman bagi umat manusia. Tetapi cara yang paling baik ialah seperti yang dialami dan diteladankan oleh Baginda Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam kepada kita umatnya. Hal ini dikarenakan dalam kisah perjalanan beliau sebagai seorang Rasul itu merupakan proses pembelajaran, yang mana kita dapat mengambilnya sebagai kurikulum belajar islam Rasulullah.

Belajar kepada Baginda Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, bagaimana beliau mendapatkan wahyu dari malaikat Jibril yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan risalah, kemudian risalah ini akan beliau sampaikan kepada umatnya sehingga menjadi teladan sepanjang kehidupannnya.

Namun, kita telah mengetahui bahwa al-Quran itu tidak diturunkan 6.666 ayat sekaligus kepada Rasulullah, melainkan berangsur-angsur dalam kurun waktu 23 tahun. Ternyata dengan cara tersebut, beliau berproses menjadi orang yang semakin berilmu. Di mana sebelumnya digambarkan beliau sebagai Nabi yang ummi dan dengan turunnya wahyu al-Quran berangsur-angsur menjadi hasanah keilmuan yang sangat mendalam pada jiwa Rasulullah.

قُلْ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ جَمِيْعًا ۨالَّذِيْ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۖ فَاٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهِ النَّبِيِّ الْاُمِّيِّ الَّذِيْ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَكَلِمٰتِهٖ وَاتَّبِعُوْهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ ١٥٨

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai manusia, sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak ada tuhan selain Dia, serta Yang menghidupkan dan mematikan. Maka, berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) nabi ummi (tidak pandai baca tulis) yang beriman kepada Allah dan kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia agar kamu mendapat petunjuk.”  (QS. al-A’raf [7]: 158)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ayat ini menjelaskan kepada kita dua hal. Bahwa Nabi Muhammad adalah nabi yang ummi yang menjadi utusan Allah dan kemudian kita diperintahkan untuk mengikutinya, “Ikutilah dia”.

Mengikuti Kurikulum Belajar Rasulullah

Jika kita ingin mendapat petunjuk maka kita harus mengikuti Rasulullah, salah satunya meneladani bagaimana beliau mendapatkan pembelajaran dari dalam al-Quran dengan sifat ummi atau rendah hati juga open-minded (terbuka) tidak merasa sudah memiliki banyak ilmu, tetapi justru kita harus merasa kurang ilmu atau sangat sedikit ilmu, karena dengan itu justru menjadikan kita sangat mudah untuk menerima pelajaran dan hikmah dari sekitar.

Berbeda dengan orang yang tinggi hati, yang sudah merasa dirinya mengetahui segala hal, merasa dirinya pintar biasanya orang yang seperti ini malah susah untuk menerima pembelajaran dari luar. Karena Allah sesungguhnya menghamparkan ilmu hikmah kepada kita di dalam setiap peristiwa yang kita lalui

Kemudian untuk memperoleh pembelajaran khususnya dari al-Quran, kita ini harus memperbaiki akhlak, sebagaimana Nabi Muhammad diutus sebagai rasul, beliau mengatakan “Innama buistu liutammima makarimal akhlaq.” Rasulullah diperintahkan untuk menyempurnakan akhlak. Dengan memperbaiki budi pekerti kita, itu menjadi pintu masuk bagi hikmah yang diajarkan oleh Allah kepada kita.

Akhlaqul karimah itu seperti kejujuran, keikhlasan, ketawakalan, kesabaran dan sebagainya, misalnya orang yang sabar ketika mendapat ujian ia akan mendapat hikmah dan pelajaran dari ujiannya itu tidak emosi dan mendengar suara nafsunya yang menjerumuskan.

Yang ketiga, supaya kita mendapatkan proses pembelajaran yang lancar dan kemudian menghasilkan pengetahuan yang mendalam adalah dengan menyucikan diri. Dengan memperbaiki akhlak seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Juga dibarengi dengan tidak mengotori jiwa kita akan hal-hal yang tidak baik, seperti kebohongan, ghibah dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya, juga sebagaimana misalnya su’udzon atau pikiran yang negatif itu seharusnya kita buang, penglihatan yang suka kepada hal yang buruk harus dihindari, begitu juga pendengaran, ucapan, dan segala perbuatan yang mengotori jiwa harus berusaha kita hindari, kemudian diganti dengan hal-hal yang positif.

Kalau kita sudah berada dalam proses menyucikan jiwa kita, maka hal-hal yang suci tersebut akan berdatangan dengan sendirinya tanpa upaya apapun karena ada mekanisme yang disebut sebagai resonansi. Begitulah cara kerja alam dan pikiran kita yang biasa disebut sunnatullah.

Di mana kesucian dan kebaikan akan meresonansi sesuatu yang suci dan hal-hal yang baik, sedangkan keburukan akan meresonansi segala hal yang buruk atau hal-hal yang mengotori jiwa. Hal ini mengapa seringkali kita bisa tidak memahami ayat-ayat al-Quran, meskipun sudah dibaca berulang-ulang kali, karena hatinya masih terselimuti kotoran hati dan hal itu menjadi hijab atau menjadikan proses  pembelajaran itu menjadi terhalang.

Karena itu Allah berfirman:

لَّا يَمَسُّهٗٓ اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَۗ ٧٩

Tidak ada yang menyentuhnya, kecuali para hamba (Allah) yang disucikan. (Q.S. al-Waqi’ah [56]: 79)

Dalam pandangan ilmu tasawuf, al-Quran itu sesungguhnya berada di Lauh Mahfudz, orang yang tidak suci tidak akan dapat menyentuhnya. Jika dipahami dari segi hakikat yaitu mereka yang memiliki hati yang disucikan dari kotoran-kotoran jiwa yang bisa memetik kandungan makna al-Quran.

Rasulullah dengan kesucian jiwa dan akhaqul karimahnya, hanya menerima pembelajaran-pembelajaran wahyu al-Quran melalui Malaikat Jibril tanpa harus melakukan upaya yang luar biasa, sesuai dengan waktu yang dikehendaki oleh Allah sesuai dengan proses pembelajaran yang memang disengaja dan dikehendaki oleh Allah.

Maka jika kita ingin mendapat petujuk dari al-Quran yang mana adalah kitab suci, hendaklah kita menyucikan diri dan menghias diri dengan berakhlakul karimah, karena itu akan mendatangkan ilmu-ilmu dengan sendirinya kapanpun ketika Allah menghendaki akan mengajarkan kepada kita.

Memang kurikulum belajar Islam ini menarik dan tidak semua orang melakukan seperti ini, tetapi proses pembelajaran ini terjadi pada Rasulullah begitu pula kalangan para sufi yang berusaha menjernihkan dan mensucikan hatinya, tiba-tiba mendapatkan ilmu dari banyak arah, dimana Allah memang menghendaki memberikan ilmu itu kepadanya. Wallahu a’lam.

Baca Juga: Mengenal Kakek Nabi Muhammad dan Keistimewaannya

Ditulis oleh Syauqi Nailul Kamal, Pegiat Kajian Islam dan Kebangsaan.