Ilustrasi ayah dan anak. (sumber: premiumcare)

Kehadiran sosok ayah dalam kehidupan seseorang sangat memiliki peran penting untuk pembentukan karakter dan keperibadian seseorang. Ketika seseorang tumbuh dewasa tanpa keberadaaan sang ayah, maka akan memiliki kecendrungan beberapa sifat tertentu di kemudian hari.

Berdasarkan penjelasan dari ilmu psikologi, menunjukkan bahwa keberadaan figur ayah bisa memengaruhi cara seseorang untuk membentuk hubungan serta menghadapi tantangan hidup. Orang yang tumbuh tanpa sosok ayah dan perannya sering kali menunjuukan sifat yang unik sebagai hasil dari sebuah pengalaman hidup pribadi mereka.

Sifat ini biasanya mencangkup berbagai aspek, mulai dari ketahanan emosional sampai cara berkomunikasi dengan orang lain.  Dapat dilihat berbagai keperibadian ini cendrung berkembang pada orang yang tumbuh tanpa peran ayah menurut psikologi.

Dilansir dari beberapa sumber menyebutkan bahwa terdapat beberapa sifat orang yang tumbuh tanpa sosok ayah menurut psikologi, salah satunya: Ketahanan mental, kemandirian dan ketangguhan diri, empati dan kepedulian yang tinggi, dan pola hidup yang tidak stabil.

Ketahanan mental: ketiadaan sosok ayah bagi seseorang sebagai tempat bersandar mungkin sangat menyakitkan selama masa pertumbuhan dialami oleh orang tersebut. Namun hal ini dapat memberikan manfaat dikemudian hari. Individu yang tumbuh dalam situasi ini seringkali mengembangkan karakter yang kuat dan ketahanan mental yang luas biasa dari anak anak biasanya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Bagi mereka, mereka akan belajar untuk menghadapi kesulitan hidup dengan lebih tangguh lagi, karena meraka tidak memiliki dukungan yang bisa mereka harapkan. Mereka akan memiliki kemampuan untuk bangkit kembali dari kesulitan, dan beradaptasi dengan perubahan yang akan di hadapi, serta memiliki fleksibilitas dari pengalaman masa kecil yang kurang ideal seperti anak lainnya. Ketahanan mental ini sangat menjadi modal penting dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan dimasa yang akan datang ketika mereka menginjak dewasa.

Kemandirian dan ketangguhan diri, kecendrungan memendam kemarahan. Seseorang yang tumbuh tanpa sosok ayah cendrung akan lebih kuat dan sering kali mereka bisa mengembangkan kemandirian dan ketangguhan diri yang luar biasa. Mereka belajar sejak diri bahwa mereka harus mengandalkan diri sendiri untuk mendapatkan apapun yang mereka mau, baik cinta, kasih sayang serta rasa aman yang memang seharusnya diberikan oleh kedua orang tuanya.

          Baca Juga: Pengasuhan Orang Tua dalam Membentuk Karakter Anak

Pemcarian alternatif untuk memenuhi kebutuhan emosional ini secara alami memang membangun kemandirian mereka. meskipun kemandirian memang umumnya di anggap positif, tapi tidak adil bagi anak anak agar mengurusi diri nya sendiri. Bagaimanapun, secara definisi, anak di bawah umur 18 tahun masih tergolong tanggungan dan memang seharusnya bisa berperilaku sesuai dengan usianya.

Empati dan kepedulian yang tinggi: bagi seseorang yang memiliki pengalaman tumbuh tanpa sosok ayah yang kuat memang sering kali dapat membangkitkan rasa empati dan kepedulian yang mendalam terhadap orang lain. Karena banyak individu yang mengalami hal serupa pun termotuvasu untuk membantu mereka yang berada dalam situasi yang sama juga.

Kepekaan terhadap perjuangan orang lain yang memang menghadapai tantangan serupa pun akan menjadi lebih tajam. Hal ini dapat mendorong orang tersebut untuk mengembangkan sikap kepemimpinan dan keinginan untuk membuat perubahan positif dalamnkehidupanya. Karena hakikatnya empati yang tumbuh dari pengalaman pribadi ini menjadi kekuatan yang mendorong tindakan nyata untuk membantu sesame.

Kecendrungan memendam kemarahan: perlu di ketahui tahun tahun formatif adalah priode krusial karena pembentukan keperibadian seseorang. Tumbuh dengan ayah yang lalai dapat membuat rasa marah dan dendam terhadap dunia. Kemarahan ini tidak hanya di tunjukan kepada sosok ayah saja, tetapi juga dapat meluas ke berbagai bentuk otiritas lainnya.

Tanpa kestabilan yang seharusnya diberikan oleh sang ayah, beberapa individu mungkin akan kesulitan mengelola emosi mereka. akibatnya, mereka bisa mengalami ledakan kecemasan atau amrah yang tidak terkendali, tanpa benar benar memahami penyebabnya.

Kebutuhan akan pengakuan dan validasi: individu yang kekurangan validasi dan pengutan positif selama masa pertumbuhan dpat membuat seseorang terus menerus mencari pengakuan di kemudian hari. Hal ini dapat menimbulkan perilaku peoplen pleasing yang berlebihan, di mana seseorang rela mengorbakan hargadirinya untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain.

Perilaku seperti ini sangat memiliki dapat negative bagi kehidupan, baik pada hubungan, kehidupan ekrja, bahkan kesehatan mental dan fisik. Kerentanan terhadap tekanan negative dari teman sebaya dan perilaku beresiko juga dapat meningkat sebagai akibat dari kebutuhan akan pengakuan ini.

Pola hidup yang tidak stabil: pengalaman masa kecil memiliki pengaruh sangat besar terhadap pola hubungan yang akan di hadapi di masa depan saat mereka dewasa.  Beberapa orang mungkin akan mencari pasangan yang dapat mengisi pepran orang tua bagi mereka, bahkan menginginkan figure yang bisa memberikan perhatian dan perawatan yang tidak mereka perolaeh semasa kecil.

Di sisi lain, ada pula yang justru menghindari hubungan dekat sama sekali, karena terlalu takut dan tertutp untuk mempercayai dan menjalin keintiman dengan orang lain. Kestabilan dalam menjalin hubungan ini dapat menjadi tantangan besar dalam kehidupan sosial dan romantic mereka di masa dewasa kelak.



Penulis: Wan Nurlaila Putri