Direktur Bank Sampah Tebuireng (BST), Ahmad Faozan ceritakan kisah inspiratif terkait cinta lingkungan di hadapan santri Muallimin. (foto: aulia)

Tebuireng.online— Santri Husada Muallimin Hasyim Asy’ri mengunjungi ruang edukasi Bank Sampah Tebuireng dengan tujuan belajar menjaga lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan dan mengolah sampah. Acara berlangsung dengan lancar di ruang edukasi Bank Sampah Tebuireng pada Jum’at (29/11/2024). Dimulai sejak pukul 08.30 WIB hingga pukul 10.30 WIB, seluruh peserta menyimak dengan seksama dan aktif bertanya.

Direktur Bank Sampah Tebuireng, Ahmad Faozan menyampaikan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Beliau memulai sambutan dengan pendekatan keseharian santri muallimin, bahwa rata-rata kitab fikih dimulai dari bab thoharoh. Tapi bab thoharoh hanya dimaknai kebersihan lahir batin saja, padahal tidak hanya itu, tapi juga kebersihan lingkungan.

“Kalian bangun tidur harusnya ga cuma wudhu, tapi juga membersihkan kamar,” ungkapnya membuka interaksi dengan para santri.

Beliau juga menceritakan pengalamannya selama di TPS, “di TPS ada sampah kalian dari ujung kepala sampai kaki. Mulai peci, baju, bahkan kitab, ada sandal juga. Dikira yang belajar ini cuma Santri Husada? Ndak, kalian ini calon pemimpin, maka kalianlah yang mencontohkan. Kalian melihat sampah harus segera diambil dan dibuang ke tempatnya,” lanjutnya bercerita.

Selain itu Ahmad Faozan juga menceritakan kisah Gus Sholah yang tidak pernah malu untuk memungut sampah di sekelilingnya dan membuangnya ke tong sampah. Kemudian menanam pohon, “ada contoh dari Kiai Idris Kamali yang gemar menanam, selain bernilai hiasan juga sebagai bentuk sedekah oksigen.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Melanjutkan cerita pengalaman di TPS, Dosen Unhasy itu mengaku pernah menemukan uang di TPS karena keselip di buku/kertas dan terbuang ke TPS. Nilainya pun tidak sedikit, mulai dari lima ribu rupiah hingga tiga ratus ribu rupiah.

Tim Edukasi BST sedang memberi penyuluhan di hadapan santri husada Muallimin Tebuireng.

“Kalau kalian tau pandawara yang suka bersih-bersih, di sini kalian tau ro’an dari kata ruku, tabaruk. Ini budaya pesantren yang bagus. Kalau kebersihan hati dengan membaca Al-Quran, kejernihan pikiran dengan ngopi, tapi kalau kebersihan lingkungan kita harus bergerak, bersih-bersih,” imbuhnya.

Baca Juga: Save Earth Go Green MTs SS Bersama Bank Sampah Tebuireng

Dulu katanya, lanjut pria asal Cilacap itu, kalau ga gudikan belum dapat stampel pondok, bilang aja kempro, tidak menjaga kebersihan,”kalian sebagai Santri Husada harus bisa membuktikan bahwa santri bersih dan sehat,” tegasnya.

Ia memberi pesan bahwa setelah dari BST, para santri harus bisa membuat ide dan membuat program. Terkait isu lingkungan menjadi perhatian dunia.

“Ketika kita sadar kita tidak terlalu pintar, gapapa mencari cara lain untuk mendownload ilmu, dengan bersih-bersih pondok misal. Sebenernya juga mengingatkan kepada KH. Hasyim Asy’ari ketika belajar ke KH. Cholil dengan mengambil cincin Bu Nyai ke dalam sapitank,” tambahnya.

Baginya, mendownload ilmu itu dengan berbagai macam. Ada yang tirakat, ada yang senang membersihkan wc dan sebagainya. “Ada juga mbah Sholeh di Ampel yang jadi marbot, karena suka bersih-bersih masjid beliau jadi wali.” Pungkasnya.



Pewarta: Aulia