Oleh : Ust. Mustaqim Askan

اَلْحَمْدُ لِلهِ . نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ، وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، لَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ لَامَثِيْلَ لَهُ وَلَاضِدَّ وَلَانِدَّ لَهُ، وَ اَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُهُ،  فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْ بِنَفْسِيْ أَوَّلًا ثُمَّ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَي اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،  أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ،  يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَا. وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،   رِضَا اللهِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُ اللهِ فِي سُخْطِ الْوَالِدَيْنِ

 

Ma’siral Muslimin Sidang Jumah yang berbahagia

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ittaqullah, mari kita senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah. Dengan modal takwa ini, semoga kita semua senantiasa mendapatkan ridho Allah.

Maasiral Muslimin Rahimakumullah

Terkait dengan ayat dan hadis diatas, perlu kami tampilkan sebuah kisah. Bagaimana akibat mengabaikan nasihat ibu. Dahulu ada seorang syekh yang sangat terkenal kesalehan dan sifatnya yang mulia. Memang sejak kecil, sang ibu telah mendidik dengan akidah yang sangat kuat.

Sehingga sewaktu dewasa, sang syekh sangat patuh dan taat kepada perintah agama. Termasuk juga patuh kepada kedua orang tuanya. Pada suatu saat, sang syaikh berniat untuk berziarah ke Tanah Suci. Sedangkan sang ibu rupanya tidak merelakan atas kepergian sang syekh. Karena dia adalah anak semata wayang, sedangkan sang ibu sudah tua. Namun, sang syaikh tetap nekat pergi tanpa memperdulikan larangan sang ibu.

Maasiral Muslimin Rahimakumullah

Di saat keberangkatan sang syekh, sang ibu melepaskan kepergiannya dengan kesedihan yang mendalam. Di tengah kesedihan, sang ibu berdoa “ya Allah, anakku telah membakar hatiku dengan api perpisahan, meskipun aku sudah mencegahnya tetapi dia tetap berangkat. Maka ya Allah, tunjukkanlah kepadaku, akan pembalasan.” Itulah doa orang tuanya.

Dalam perjalanan, ketika sang syekh tiba di suatu daerah pada malam hari, beliau langsung masuk ke dalam masjid untuk melaksanakan ibadah. Sementara pada saat bersamaan, di daerah tersebut telah digemparkan dengan adanya pencurian. Dan diketahui bahwa pencuri itu lari menuju arah masjid. Maka penduduk beramai-ramai menuju ke masjid.

Ketika penduduk sudah sampai di depan masjid, sang pencuri mendadak hilang begitu saja. Lalu penduduk pun tetap berteriak bahwa sang pencuri masuk ke dalam masjid. Mereka masuk ke dalam masjid dan menemui tidak ada lain kecuali sang syekh tadi yang sedang beribadah.

Maka dengan membabi buta dan emosi yang tidak terkendali, dia yang sedang beribadah pun menjadi sasaran hingga babak belur. Dan ketika keadaan sedang berdalih, beliau dibawa beramai-ramai dengan penuh ejekan ke penguasa setempat.

Maasiral Muslimin

Karena tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa beliau tidak bersalah, serta tak satu pun ada pihak yang membela. Akhirnya, sang syekh resmi dituduh sebagai pencuri. Dan hukuman yang diberikan sudah jelas, bagi pencuri di daerah tersebut adalah potong kedua tangan dan kedua kaki, serta dicongkel kedua matanya.

Akhirnya, para penduduk melaksanakan hukuman tersebut pada sang syekh. Dalam keadaan tubuh yang penuh luka akibat siksaan dan hukuman, beliau dibawa keliling untuk dipertontonkan kepada penduduk yang lain. Dengan disertai ucapan “beginilah hukuman bagi seorang pencuri”. Bahkan banyak yel-yel yang intinya sangat memojokkan serta menghina kepada sang syekh.

Maasiral Muslimin Rahimakumullah

Setelah sang syekh mendengar ucapan-ucapan mereka itu, hatinya sangat pedih. Lebih-lebih ketika mengingat bahwa semua itu adalah akibat dari kesalahannya sendiri. Tidak patuh kepada nasihat ibu. Dibalik ketidakridaan sang ibu, ada sebuah hikmah sehingga dia bisa menceritakan nanti.

Akhirnya beliau menjelaskan kepada seluruh penduduk yang hadir, “Saudara-saudara janganlah kalian mengatakan seperti itu, jangan mengatakan saya adalah pencuri. Tapi katakanlah, bahwa keadaanku seperti ini karena ketidakpatuhanku kepada orang tuaku”.

Selanjutnya masyarakat meminta penjelasan kepada sang syekh mengenai ucapan tadi. Dalam keadaan yang sangat memprihatinkan akibat siksaan yang ditimpakan pada diri beliau, namun beliau tetap menjelaskan kepada yang hadir.

“Awal niat saya adalah untuk bepergian menuju Tanah Suci, kemudian usaha saya telah gagal untuk mendapatkan rida ibu saya. Dikarenakan juga kekecewaan ibu yang sangat mendalam, saat saya bersikeras untuk pergi. Sehingga mengakibatkan kejadian terjadi.”

Inilah akibat ketidakpatuhan kepada sang ibu, yang mengakibatkan sang ibu murka dan berakhir dengan turunnya siksa dari Allah Swt.

Dari penjelasan itu, akhirnya para penduduk mengetahui bahwa beliau adalah seorang alim. Dan mereka sepakat untuk mengembalikan beliau kepada orang tuanya. Karena hanya itulah cara yang dapat mereka perbuat untuk meminta maaf kepada sang syekh atas kekeliruan mereka Walaupun bentuk tubuhnya sudah tidak layak seperti manusia pada umumnya.

Dengan penuh tangis dan penyesalan, mereka mengantarkan sang syekh kepada ibunya. Setelah sampai dirumah sang syekh, beliau meminta agar diletakkan di depan pintu tempat ibadah. Dan ternyata sang ibu sudah ada di dalam tempat ibadah tersebut sambil berdoa, “ya Allah, sekiranya Engkau memberikan cobaan dan siksaan kepada anakku dengan satu ujian musibah. Maka kembalikanlah dia kepadaku ya Allah, agar aku bisa melihatnya”.

Rupanya doa sang ibu maqbul sekali. Sang syekh pada waktu itu ada di depan pintu, memanggil-manggil sang ibu dan berpura-pura menjadi pengemis. “Wahai hamba Allah, saya adalah seorang musafir, sudah beberapa hari ini saya tidak menemui makanan maka berilah makanan. Semoga keluarga ini mendapat rahmat dari Allah.”

Lalu sang ibu menjawab, “hai pengemis, datanglah engkau ke pintu. Kau akan aku beri makanan”.

“Maaf bu, saya tidak punya kaki untuk sampai ke tempat itu.”

“Kalau begitu, ulurkan tanganmu saja.”

“Maaf juga bu, karena saya sudah tidak mempunyai tangan lagi.”

“Kalau aku mau memberikan makanan kepadamu, maka terjadilah perbuatan yang haram. Karena saya harus melihat engkau dan engkau harus melihat saya.”

“Maaf bu, jangan khawatir. Jangan takut karena saya juga tidak mempunyai mata untuk melihat.”

Maka sang ibu langsung mengambil sepotong roti dan air untuk diberikan kepada sang syekh. Ketika sang syekh menyadari bahwa memang perempuan itu adalah ibunya sendiri. Beliau langsung meletakkan kepala kepada kaki sang ibu sambil menangis dan berkata, “ibu, sesungguhnya aku ini adalah anak ibu yang tidak patuh kepada engkau. Aku ini anak yang durhaka ibu, maka aku sekarang mendapat musibah.”

Mendengar kata-kata yang diucapkan sang syekh tadi, maka sang ibu langsung menyadari bahwa pengemis yang cacat itu adalah anaknya sendiri. Menangislah sang ibu, seraya berdoa “ya Allah, sekiranya keadaan anakku sedemikian rupa. Maka cabutlah nyawa kami berdua, agar orang-orang tidak mengetahui aib yang kami derita ini. Cukuplah bagi kami berdua. Ya Allah, hamba mohon maaf dan ampunan-Mu. Engkaulah Tuhan Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”.

Belum selesai sampai kalimat terakhir sang ibu melafalkan doa tersebut, Allah mengabulkan permohonannya dan mereka berdua wafat setelah menyebut asma Allah.

Maasiral Muslimin Rahimakumullah

Demikian cerita yang menjelaskan betapa penting rida orang tua. Karena ridallah fi ridalwalidain. Maka patulah anda kepada orang tua. Jangan sesekali menyakiti hati orang tua. Demikian pula ketika menjadi orang tua, jangan sesekali mendoakan jelek kepada anaknya. Meskipun ada kejengkelan yang dilakukan oleh puteranya. Tetap doakan dengan doa yang baik. Semoga kita mendapatkan rida Allah dan mendapat keselamatan di dunia dan akhirat.

إِنَّ أَحْسَنَ الْكَلَامِ  كَلَامُ اللهِ الْمَلِكُ العلام وَبِالْقَوْلِ يَهْتَدُ الْمُرْتَضُوْنَ . مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسآءَ فَعَلَيْهَا وَمَارَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيْدِ .أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ