Oleh: Rasyida Rifa’ati Husna
Keberkahan ilmu seperti perumpamaan, jika jasad kita tidak makan dan minum untuk beberapa hari dipastikan jelas kita akan mati, maka begitu pula dengan ruh. Ruh kita memerlukan makanan dan apakah asupan yang dibutuhkan ruh? Ia adalah ilmu. Terang Hubabah Ummu Salim al-Haddar dalam tiap Darsnya kepada jamaah muslimah.
Beliau kemudian mengutip perkataan Habib Abdullah Bin Hussein Bin Tohir, “Ilmu itu makanan untuk hati dan di dalamnya terdapat keridaan Tuhan, didalam majlis ilmu itu terdapat banyak rahsia yang kalian tidak akan dapati didalam ibadah lain.”
Keutamaan Menghadiri Majelis Ilmu
Diriwayatkan dari sahabat nabi Abu Dzar al-Ghifari, sesungguhnya Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم، حضور مجلس عالم أفضل من صلاة الف ركعات وعيادة الف مريض و شهود الف جنازة
“Menghadiri majelis ilmu lebih utama dibandingakn sholat 1000 rakaat, mengunjungi 1000 orang sakit, dan bertakziah ke 1000 jenazah.”
Sungguh kita beruntung menjadi umat Nabi Muhammad SAW, dengan amal sedikit akan tetapi bobot fadhilah dan ganjarannya sangat luar biasa. Dengan melihat keutamaan majlis ilmu yang sebesar itu maka sudah seharusnya sebagai seorang muslim tidak meninggalkanya, khususnya untuk para wanita.
Begitu pula keutamaan dari mengantarkan jenazah ke kubur yang pahalanya sangat banyak yang mana kita kaum wanita tidak bisa mendapatkanya karena tidak dianjurkan bagi seorang wanita ikut mengantarkan jenazah ke kubur demi menjaga kehormatanya. Hubabah mengatakan untuk itu Allah memberi ganti dengan cara hadir di majlis ilmu yang kebaikanya setara dengan mengantar jenazah ke kubur.
Bayangkan hadir untuk menjenguk 1000 orang yang sakit dalam satu hari apakah kiranya seseorang mampu? Dan semua keutamaan tersebut bisa didapatkan bahkan jika seseorang hanya mampu duduk satu jam di dalam jalsah ilmu. Dan tentunya semua fadhilah yang didapat akan menjadi besar jika dilakukan dengan adab dan sesuai sunnah Rasulullah.
Hati yang Bersih, Syarat bagi Penuntut Ilmu
Termasuk adab seorang murid dalam menuntut ilmu adalah menyiapkan tempat yang pantas dalam dirinya untuk ilmu tersebut menetap. Ibarat sebuah ruangan, banyaknya orang yang mau masuk ke dalamnya dan menetap disana tergantung dengan bersihnya ruangan tersebut, begitupun dengan ilmu. Ilmu yang masuk pada diri seseorang pasti membutuhkan wadah yang sesuai, wadah tersebut adalah hati. Ilmu merupakan cahaya mulia. Maka ilmu tidak akan mau menetap atau bahkan masuk pada hati yang kotor.
Maka bersihnya hati adalah perkara penting yang perlu diperhatikan sebelum menuntut keberkahan ilmu. Karena kadar ilmu yang akan masuk sesuai dengan kadar bersihnya hati. Maka tolak ukur ilmu sebenarnya bukan dilihat dari tingginya nilai atau seberapa cepat kemampuan menghafal, melainkan ilmu diukur dari keindahan hati.
Disebutkan dalam Kitab Manhajus Sawi, salah satu cara membersihkan hati adalah menjauhi sesuatu yang dibenci Allah yaitu maksiat. Karena seseorang yang hidupnya diliputi dengan maksiat akan sulit untuk menyerap ilmu. Dosa-dosa akan mempergelap hatinya sehingga menjadi tempat yang kotor dan tidak nyaman untuk ditempati ilmu.
Tidak Hanya Belajar, Namun juga Mengamalkan dan Mengajarkan
Dan mencari ilmu tidak akan bermanfaat, jika seseorang tidak mengamalkan apa yang terbaik dari yang ia pelajari. Oleh karenanya Hubabah berpesan seorang pencari keberkahan ilmu harus mempelajarinya hingga paripurna, kemudian mengamalkannya, dan mengajarkannya. Tiga tahapan ini masing-masing dapat berpotensi membuahkan pahala dan rahmat dari Allah SWT, dan ketiganya harus berurutan, dan dilaksanakan secara keseluruhan.
Beliau kemudian mengabarkan pesan Nabi Isa terhadap para murid:
وقال عيسى عليه وسلم، من علم وعمل وعلم فذلك يدعى عظيماً في ملكوت السموات
Artinya: “Berkata Nabi Isa AS: “Barangsiapa yang mempelajari ilmu, mengamalkannya, dan mengajarkannya, maka ia akan mendapatkan undangan yang agung di kerajaan langit.”
Mengapa yang berkaitan ilmu dan majelisnya itu memiliki ganjaran yang sangat besar? Karena dengan menuntut ilmu, seorang hamba dapat keberkahan ilmu dengan mengenali perkara yang halal dan haram melalui ilmu tersebut. Sebagaimana Sholat memerlukan ilmu, wudhu juga diperlukan ilmu, begitu juga dengan ibadah-ibadah yang lain semuanya memerlukan ilmu. Khususnya juga untuk muslimah sehingga dapat mengenal pasti perkara yang betul & salah, mengetahui posisi dirinya yang istimewa di dalam agama islam.
Seseorang yang mempelajari ilmu, dia akan mendapat kemuliaan yang besar di sisi Allah SWT. Apatah lagi orang yang belajar sesuatu ilmu kemudian dia mengajarkan ilmu tersebut, perkara ini adalah satu kemuliaan dan keberkahan ilmu yang sangat besar. Sedangkan kejahilan itu adalah satu keaiban, dan orang yang jahil (tanpa ilmu) seperti orang yang sudah mati sebelum dia mati.
Karena itu diakhir Hubabah menyampaikan,“Jika kamu tidak bisa menjadi orang alim, maka jadilah kamu orang yang belajar dari orang yang alim. Jika kamu tidak bisa menjadi muta’alim, datanglah ke suatu majelis ilmu. Jika tidak bisa datang, maka jadilah kamu pecinta majelis. Dan janganlah kamu menjadi orang yang ke-empat, yaitu orang yang meninggalkan ilmu”
Baca Juga: 10 Nasihat Mbah Hasyim Untuk Pencari Ilmu – Tebuireng Online