Ilustrasi buku: BigGo.com

“Dan di antara miliaran cara menikmati hidup, kita malah memilih untuk menyiksa diri.”

Quote dari buku ini sedikit mewakilkan isi yang ditulis oleh penulisnya. Buku yang terdiri atas empat puluh dua bab ini secara keseluruhan membalas tentang rendah diri manusia atau yang sering kali disebut dengan insecure yang kerap dialami hampir setiap individu di Dunia ini. Mengapa demikian? Karena seseorang bisa minder hanya dengan melihat pencapaian orang lain, tanpa tahu proses menggapainya.

Buku ini mengatakan bahwa hidup yang kita jalani adalah hidup kita sendiri, jadi berfokus pada diri sendiri adalah kuncinya. Kita mungkin pernah hancur karena perkataan buruk yang dilontarkan orang lain pada kita, tetapi tidak boleh menghancurkan kepercayaan diri kita sendiri.

Di film saja kita menyaksikan banyak konflik, apalagi di kehidupan nyata kita. Semakin tinggi level ujian dalam hidup, kalau berhasil melewatinya, maka kita akan memboyong tiga hadiah besar, yaitu ampunan, rahmat, dan petunjuk dari Allah SWT. Allah tidak akan menguji kita dengan sesuatu yang tidak kita sanggupi, jika kita berhasil melalui ujian, Allah telah menyiapkan hadiah spesial bagi siapapun yang mampu menghadapi ujian dari-Nya.

Dalam buku ini dijelaskan seseorang yang potensi dirinya tidak bisa berkembang ibarat ikan air tawar yang diceburkan ke dalam air laut. Bagaimana dengan ikannya? Alih-alih bisa berenang lebih jauh, ikan tersebut perlahan-lahan akan mati karena berenang bukan pada air yang seharusnya. Begitu juga dengan kita, kemungkinan kita berada di lingkungan yang sakit, bahkan orang-orang di sekitar kita malah toxic untuk perkembangan diri kita. Jangankan mendukung impian kita, mereka malah menertawakannya dan membuat kita rendah diri.

Dalam buku ini disebutkan sebuah hadis yang berhubungan dengan hal itu. “Seseorang akan mencococki kebiasaan teman karilnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.” (HR. Abu Dawud)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Bisa jadi potensi diri juga tidak berkembang karena lingkungan kita yang tidak cocok dengan potensi yang kita punya. Sebab, sangat sulit menjadi pribadi yang sehat di antara orang-orang yang sakit. Buku ini mengajarkan bahwa tugas kita mencari lingkungan yang bisa menghargai potensi diri kita, membuat potensi kita berkembang dan dapat memberikan kualitas hidup yang baik untuk hidup. Sebagus apapun potensi yang kita miliki, kita cuma orang yang biasa-biasa saja di mata orang yang tidak bisa menghargai dan melihat potensi diri kita.

Penulis juga mengajak para pembaca bukunya agar tidak melihat kegagalan bukan sebagai kejatuhan, melainkan pembelajaran untuk ke depannya. Karena masa lalu bukan untuk diratapi, namun untuk diperbaiki. Selain itu, masa lalu juga bukan penentu diri kita di masa depan. Allah ingin supaya kita fokus pada perbaikan bukan pada kegagalan. Allah ingin melihat hambanya berusaha bangkit dari keputusasaan. Penulis juga berusaha meyakinkan pembaca bahwa akan selalu ada masa depan bagi siapa pun yang sungguh-sungguh memperbaiki diri.

Orang-orang hobi sekali merencanakan sesuatu sesuai keinginannya, bukan sesuai kesanggupannya. Terkadang, antusiasme kita terhadap sesuatu menelan akal sehat kita. Bukan hanya itu bentuk kedzaliman pada diri kita, juga hobi merendahkan diri sendiri pun adalah bentuk kekejaman yang acap Kali kita lakukan. Allah mendatangkan berbagai kesempatan baik ke dalam hidup kita agar kita bersungguh-sungguh berjuang untuk menggapainya. Seringnya kita tidak menyadari kalau satu-satunya yang membatasi diri kita adalah diri kita sendiri.

Di dalam buku ini juga disebutkan bahwa berkorban demi orang lain memang membuat menderita, tapi kita bisa mendapatkan ridho Allah dan surga jika ikhlas melakukannya. Oleh sebab itu, kita harus melakukan apapun dengan niat yang Tulus karena Allah, termasuk menolong orang lain.

Penulis buku ini menyampaikan kalau kita iri terhadap pencapaian orang lain, maka itu hanyalah  bentuk kemarahan kita pada diri sendiri. Ada sebuah hadis yang disebutkan, “Hati-hatilah kalian dari hasad (dengki), Karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar atau semak belukar (rumput kering)”. (HR. Bukhari-Muslim)

Di Dunia ini mengerjakan sesuatu yang mulia bukan melulu harus hal-hal yang besar, tetapi mengerjakan hal-hal kecil asalkan baik, juga merupakan sebuah kemuliaan. Dunia ini bulat, tidak ada ujungnya. Begitu juga dengan keinginan manusia, tidak pernah ada ujungnya. Pun, kepuasan itu ibarat samudera yang begitu luas, tidak akan pernah tertutupi dengan tahta dan harta yang mellimpah. Pada akhirnya, keinginan-keinginan duniawi manusia hanya aan mati bersamaan dengan mati jasadnya.

Selaras dengan judul buku ini, Salah satu bentuk buruk sangka kepada Allah adalah kamu merasa bahwa kamu diciptakan untuk menjadi pribadi yang rendah, sering meragukan diri sendiri, pesimis, dan sifat-sifat lemah lainnya. Inti Dari buku ini adalah agar pembacanya tidak lagi memandang rendah diri sendiri. Bahkan sebusuk-busuknya kotoran sapi masih bisa dijadikan pupuk untuk menyuburkan tanaman. Apalagi kita yang menyimpan potensi terbaik anugerah dari Allah yang jauh lebih hebat dari yang kita sangka.

“Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmati Allah).” (Q.S. Ibrahim: 34)




Judul Buku      : Salah Satu Hal Terjahat yang Dilakukan
                        Manusia Adalah Meragukan Dirinya Sendiri
Penulis            : Febriawan Jauhari
Tahun              : 2024
Tebal               :192 hlm
Peresensi         : Putri Wulan Anjeli