Pengasuh Pesantren Tebuireng, Gus Kikin saat memberikan sambutan dalam pembukaan workshop pencegahan paham radikal terorisme, Selasa (14/6/2022) di gedung Yusuf Hasyim, Tebuireng.

Oleh: KH. Abdul Hakim Mahfudz*

Dalam kitab Risalah Ahli Sunnah wal Jama’ah karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari disebutkan, “Ahli jama’ah itu mengikuti faham Ahli sunnah wal jama’ah mazhab Imam Syafi’i.” Jadi, sudah sangat lama Islam ada di Indonesia dan tidak ada permasalahan, perbedaan pemikiran.

Sejak tahun 1330H banyak aliran-aliran baru masuk ke Indonesia yang menjadikan Islam ini terpecah-pecah kemudian beliau (Kiai Hasyim) mencoba untuk menjaga keutuhan Islam ahli sunnah wal jama’ah. Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari menguji pemikiran-pemikiran radikalisme pada saat itu adalah dengan kembali ke Al Qur’an dan Hadis, dengan banyaknya perdebatan-perdebatan faham ahli sunnah wal jamaah yang hadir di Indonesia ini.

Jadi para kiai, ulama, masyayikh pada zaman dulu sudah menghadapi situasi yang seperti ini. Dari kalangan pesantren sudah menghadapi secara langsung usaha kaum radikalisme, terorisme, dalam memecah belah ahli sunnah wal jamaah sejak lebih dari 100 tahun dan sampai sekarang barangkali kita sama-sama untuk mengingat lagi bahwa, sekarang ini semakin pasif gerakan-gerakan kita untuk meredam faham radika-radikal.

Suatu ide yang baik sekali kerja sama BNPT dengan pesantren-pesantren, yang mana di pesantren kita sama-sama memperkuat pemahaman syariat, memperkuat pengamalan- pengamalan kita terhadap kewajiban-kewajiban kita di dalam agama. Bersama-sama dengan BNPT mencari sistem yang canggih, mengikuti perkembangan-perkembangan zaman.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Saat ini saya sependapat dengan Gus Mus, bahwa bukan waktunya lagi kita tinggal diam, sudah waktunya kita tidak hanya berbicara, tetapi juga bertindak.

Mudah-mudahan kita mampu tidak hanya untuk bertahan tatapi juga bangkit dan bangkitnya islam di Indonesia ini sudah ditunggu dimana-mana. Islam yang wasatiyah (moderat), islam yang ramah, sudah ditunggu di dunia.

Dunia juga sedang banyak masalah dan salah satunya ada di Palestina “bagaimana Indonesia” jadi, mereka sangat mengharap bantuan dari kita. Kita hanya bisa mempertimbangkan bagaimana kita mengatasi radikalisme yang ada di Indonesia. Kita sudah waktunya, ditunggu dunia. Saya sedih kepada Indonesia, apa yang dilakukan Indonesia? tetapi, inilah Islam Indonesia, Islam yang wasatiyah, islam yang ramah sudah ditunggu banyak negara-negara apa yang akan dilakukan oleh Indonesia.

Untuk itu saya mengatakan, kita tidak hanya bersuara, marilah kita bertindak. Ukhuwah yang ada di Indonesia itu sudah terjaga oleh para santri bahwa kita selalu bersilaturahim, berkunjung, tahlilan, dan kekuatan ukhuwah itulah yang dulu menguasai membaca di tahun 37 merupakan modal bagi kemerdekaan negara kesatuan republik Indonesia ini.

Banyak harapan diruang ini. Harapan yang dalam tidak hanya dari Indonesia tetapi lebih. Rusia sedang perang dengan Ukraina yang kita khawatirkan akan meluas lagi di tempat lain. Islam yang mampu mengislahkan pertikaian, mendamaikan peperangan, itu yang sedang ditunggu.

Mudah-mudahan apa yang kita lakukan mendapat ridha dari Allah SWT. Menghasilkan pemikiran-pemikiran yang mampu memberikan manfaat dan ridha-NYA, menjadikan hidup kita yang bermanfaat.

*Pengasuh Pesantren Tebuireng.

**Pentranskip: Anisa F.J