Tebuireng.online- Sabtu (29/06), bertempatkan di depan gedung KH. M. Yusuf Hasyim, acara inti Halal Bil Halal dan Temu Alumni Nasional XIV dikemas dengan dialog alumni bertemakan “Ekonomi Sebagai Pilar Perekonomian Umat”. Salah satu narasumber yakni Ismail Nachu sebagai alumni pesantren Tebuireng sekaligus seorang pengusaha Real Estate.

Nama belakang Ismail yaitu Nachu merupakan nama tambahan, dikarenakan Ismail seorang nelayan dan anak seorang nelayan di Pasuruan. Ketika ia kecil, Jombang menjadi kota yang didambakan untuk tempat mondok. Namun dengan latar belakang keluarga miskin apa yang ia dambakan tidak bisa terlaksana. Tetapi dengan berbagai cara serta tekad, ia berkuliah di Undar  (Universitas Darul ‘Ulum) dengan kerja sampingan menjadi seorang penjahit di pasar Jombang Barat dengan nama konveksi Anis.

Selain itu, ia juga sambil mengaji di Tebuireng mengikuti teman-temanya. Ismail Nachu tidaklah tercatat sebagai santri Tebuireng tetapi ia banyak mengikuti ngaji di Tebuireng. Pada beberapa kesempatan acara, ia bertemu dengan Gus Solah dan beliau pernah dawuh bahwa yang disebut alumni Tebuireng bukan hanya tercatat sebagai santri tapi orang yang pernah ngaji di Tebuireng, dan ia berfikir bahwa seorang Ismail juga bisa diklaim sebagai alumni.

Ismail Nachu tidak bisa menyelesaikan kuliahnya di Undar dikarenakan faktor biaya. Tidak berhenti disitu, ia pindah kuliah di IAIN dan selama 8 tahun ia aktif di LSM. Ismail bisa dikatakan sebagai seorang aktivis dan akhirnya ia pun bekerja di dunia LSM. Selama 10 tahun di dalam dunia LSM dan selama itu ia memiliki dilema karena terlibat dalam kegiatan yang beraromakan korupsi. Pada saat itulah ia merasakan nurani sebagai santri.

Secara singkat, ia memasuki dunia bisnis pada tahun 2001. Menurut Ismail, problem santri saat ini adalah kurangnya percaya diri, “Sesungguhnya santri yang mendirikan negara ini, tapi saya sering lihat temen-teman santri mentalnya seperti kos-kosan di negeri ini,” tegas pria asal Pasuruan ini.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ia mempunyai proyek di Surabaya, Pasuruan dan berbagi kota. Setelah berbisnis, ia mampu menarik kesimpulan bahwa bisnis itu enak dan gampang. Menurut pandangan Ismail, menjadi pengusaha bagi santri sangatlah tepat. Dikarenakan ilmu yang paling tepat menjadi bekal sebagai pengusaha adalah ilmu agama.

Ismail mempelajari inti kewirausahaan dan mengetahui inti sarinya adalah tentang suatu keberanian mengambil resiko. Berani merupakan ilmu keyakinan, sehingga itu disebut ilmu keagamaan. Oleh karena itu, korelasi ilmu keagamaan sangat tepat. Ilmu-ilmu kewirausahaan sangat lekat dengan dunia santri, karena itu jika santri menjadi pengusaha tidak perlu belajar dengan para ahli tetapi santri malah bisa melihat suri teladan dari  nabi Muhammad Saw. dan  juga para sahabat yang dulunya sebagai seorang saudagar.

Yang hilang dari santri adalah etos kesaudagaran, sehingga Ismail Nachu memohon dengan harapan kepada para santri untuk mengembangkan model pembelajaran entrepreneur dan juga perlu digali serta dikembangkan etos kesaudagarannya.


Pewarta: Yasinta

Publisher: MSA