Imam Syafi’i

Mazhab Syafi’iyah merupakan mazhab terkenal di dunia. Mazhab tersebut dirintis oleh Imam Syafi’i, ulama ternama yang berasal dari Gaza, Palestina. Pengikutnya begitu banyak, lebih banyak daripada pengikut tiga mazhab lainnya, Hanafiyah, Hanabilah dan Malikiyah.

Ajaran-ajaran yang terdapat di dalam mazhab Syafi’iyah bisa diterima oleh banyak kalangan. Selaku perintis utama, dalam membangun mazhab, Imam Syafi’i ditemani beberapa sahabat sekaligus mujtahid ternama di masa itu. Mereka setia bersama, merajut asa untuk membangun konsep mazhab yang hingga kini masih banyak pengikutnya.

Impikasi besar dari peran sahabat yang sekaligus menjadi mujtahid tersebut adalah tersebarnya ajaran-ajaran mazhab Syafi’iyah ke hampir semua penjuru dunia. Keaktifan mereka dalam mendokumentasikan hasil ajar Imam Syafi’i, membuat implikasi besar tersebut sangat bisa direalisasikan. Hal inilah yang membedakan antara mazhab Syafi’iyah, dengan sekian banyak mazhab yang kini lenyap ditelan sejarah.

Di bawah ini akan disebutkan beberapa sahabat sekaligus mujtahid yang pernah belajar bersama Imam Syafi’i. Biografi singkat dari mereka juga akan disinggung secara sederhana.

Imam Humaidi

Beliau memiliki nama lengkap, Abu Bakar Abdullah bin Zubair bin ‘Isa al-Humaidi al-Qurosy al-Asadiy al-Makki. Salah satu sahabat Imam Syafi’i yang istikamah mengikuti halakah-halakah ilmiah yang diadakan oleh Imam Syafi’i. Bahkan, ketika Imam Syafi’i memutuskan untuk pergi ke Mesir, Imam al-Humaidi setia mengikuti.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Lama sekali imam al-Humaidi mengikuti pergerakan Imam Syafi’i. Kondisi ini berjalan hingga Imam Syafi’i meninggal dunia. Setelah itu, imam al-Humaidi kembali ke daerah Mesir, tempat tinggal asal.

Salah satu ulama ahli sejarah, Imam adz-Dzahabi, pengarang kitab Siyarul A’lam Nubala berkata, “Imam al-Humaidi adalah sosok sahabat Imam Syafi’i paling agung”. Ulama lain, dalam hal ini adalah pendiri mazhab Hanabilah, yakni Imam Hanbal, juga pernah memuji Imam al-Humaidi. Beliau berkata, “Imam al-Humaidi di mata kami adalah seorang pemimpin”. Imam al-Humaidi wafat pada bulan Rabiul Awal, tahun 219 H. Untuk beliau, al-Fatihah.

Imam al-Buwaithi    

Bernama lengkap Abu Ya’qub Yusuf bin Yahya al-Buwaithi al-Misri. Salah satu sahabat setia Imam Syafi’i. Menurut sebagain riwayat, beliau bahkan pernah menjadi guru ajar setelah Imam Syafi’i meninggal dunia. Menemani para sahabat Imam Syafi’i yang dahulu pernah bersama-sama belajar bersama Imam Syafi’i.

Saking lama dan setianya beliau belajar bersama Imam Syafi’i, nama besar Imam al-Buwaithi terkenal di daerah Mesir dan sekitarnya. Beliau menjadi sosok yang berjuang keras, dalam menyebarluaskan kajian fikih di daerah Mesir dan sekitarnya.

Sebagian riwayat banyak yang berisi pujian terhadap sosok Imam al-Buwaithi. Misalnya, “Beliau adalah sosok pemimpin dari orang-orang yang setia memperjuangkan ilmu dan agama, tekun dalam beribadah, lihai dalam berdebat ilmiah, semangat dalam membaca al-Qur’an dan beberapa sifat terpuji lainnya”.

Imam abu ‘Asim al-Ubadi pernah berkata, “Dalam konteks berfatwa, Imam Syafi’i sering berpedoman terhadap keputusan Imam al-Buwaithi. Imam juga sering mengalihkan suatu masalah ke Imam al-Buwaithi (dalam arti percaya bahwa beliau adalah sosok yang kompeten dalam hal berfatwa)”.

Di lain waktu, Imam Syafi’i sendiri selaku guru besar juga pernah memuji sosok Imam al-Buwaithi, “Tidak ada satupun orang yang lebih berhak untuk duduk di majlis ilmiahku ini, daripada sosok Yusuf bin Yahya al-Buwaithi. Tidak ada satupun orang yang lebih alim daripada Yusuf bin Yahya al-Buwaithi”.

Beliau wafat di bulan Rajab, sekitar tahun 231 H di daerah Bagdad. Salah satu karya beliau yang sangat terkenal adalah “Muktashar al-Buwaiti.” Nama beliau sering dinukil di beberapa kitab mazhab Fikih, dengan ragam pendapat yang beliau miliki.

Imam Muzani

Imam selanjutnya yang senantiasa menemani Imam Syafi’i dalam belajar adalah Imam Muzani. Memiliki nama lengkap Abu Ibrahim Ismail bin Yahya bin Amr bin Ishaq al-Muzani. Salah satu imam yang aktif meriwayatkan informasi-informasi yang diperoleh dari imam Syafi’i tatkala berada di Mesir.

Beliau adalah sosok penolong mazhab Syafi’iyah. Tak ayal ketika Imam Syafi’i sendiri pernah berkata, “Imam Muzani adalah penolong mazhabku”. Alim, ahli ibadah, zuhud, ahli dalam berdebat, dan sifat terpuji lainnya adalah beberapa sifat yang memang melekat pada Imam Muzani.

Salah satu bentuk ketekunan beliau dalam beribadah adalah ketika beliau pernah meninggalkan satu salat secara berjamaah. Maka, untuk mengganti satu salat berjamaah tersebut, beliau salat sebanyak dua puluh lima kali. Begitu juga dalam konteks belajar. selesai dari belajar satu masalah yang ada di dalam kitab Mukhtashar Muzani, maka beliau melaksanakan salat sunah sebanyak dua rakaat.

Imam Amr bin Utsman al-Makki pernah berkata, “Tidak pernah aku melihat sosok yang paling bersunguh-sungguh dalam hal ibadah, paling hormat kepada ahli ilmu, paling zuhud terhadap urusan dunia kecuali Imam Muzani”.

Dari tangan emas Imam Muzani, muncul sekian murid yang sangat alim da menyebar ke seluruh penjuru dunia. Misalnya, Abu Bakar al-Khalali, Abu Sa’id al-Furyabi, Abu Ya’qub al-Isfarayini, Abu al-Qasim al-Anmathi, Abu Muhammad al-Andalusi dan beberapa ulama ternama lainnya.

Karya beliau tersebar hampir ke seluruh penjuru dunia. Hampir seluruh pemeluk mazhab Syafi’iyah mengetahui kitab-kitab yang beliau karang. Kiranya kita bisa menyebutkan beberapa karya beliau sebagaimana di bawah ini,

  1. al-Jami’ al-Kabir.
  2. al-Jami’ al-Shaghir.
  3. al-Targhib fi ‘Ilmi.
  4. al-Wasaqah.
  5. Nihayah al-Ikhtishar.
  6. Mukhtashar al-Muzani. Dari kitab inilah kemudian muncul jalur sanad literatur Fikih yang hingga kini bisa kita nikmati.

Imam Muzani wafat di bulan Ramadan, pada tahun 264 H.

Rabi’ Muradi

Sosok mujtahid yang akan kita bicarakan biografinya terakhir ini memiliki nama lengkap Abu Muhammad al-Rabi’ bin Sulaiman bin Abdil al-Jabar bin Kamil al-Muradi al-Misri al-Muazin. Salah satu sahabat sejati Imam Syafi’i, dan sering meriwayatkan kitab-kitab dari Imam Syafi’i.

Menurut Imam al-Baehaqi, imam Muhammad al-Rabi’ adalah periwayat dari ajaran-ajaran mazhab Imam Syafi’i yang baru (ketika beliau berada di Mesir). Imam Muzani juga pernah berkata kepada imam Muhammad al-Rabi’ bahwa dirinya lebih mantap dari segi keilmuwan daripada Imam Muzani.

Imam Ibnu as-Subki juga pernah berkata, “Ketika ada pertentangan antara pendapat yang diutarakan oleh imam Muzani dan imam Muhammad al-Rabi’, maka para ulama lebih memilih pendapat yang diutarakan oleh imam Muhammad al-Rabi’”.

Beliau wafat pada bulan Syawal, pada hari Senin di tahun 270 H. Hari Rabu selanjutnya, barulah beliau dimakamkan. Pada momen tersebut, pemimpin daerah setempat, Imam Khamaruwaihi bin Ahmad bin Thalun juga ikut menyalati jenazah beliau.

 Kesimpulan

Sekaliber Imam Syafi’i sendiri dalam merintis mazhab besar, masih membutuhkan kerjasama dengan beberapa ulama ternama di zamannya. Mereka saling melengkapi untuk merumuskan ragam ajaran yang ada di dalam mazhab Syafi’iyah. Hal inilah yang kiranya patut kita contoh dalam kehidupan sehari-hari.


Ditulis oleh Moch Vicky Shahrul Hermawan, Mahasantri Mahad Aly An-Nur II Al-Murtadlo Malang