Oleh: Ustadzah Nailia Maghfirah dan Ustadz Muhammad Idris*

Assalamu’alaikum wr wb.

Pak kiai sekalian mau bertanya, masih tinggal dengan mertua ketika pada hari yang bersamaan tengah panen padi karena latarbelakang sebagai petani, mana yang didahulukan untuk dibantu, apakah ibu kandung atau ibu mertua? Atas jawaban yang diberikan kami ucapkan banyak terimakasih.Wassalamu’alaikum wr wb.

Bapak Adi, Purwokerto

Terima kasih kepada bapak Adi di Purwokerto. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan melapangkan rizki kita dalam kehidupan sehari-hari. Amiin yaa rabbal ‘alamiin. Adapun jawabannya sebagai berikut:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dalam Islam, kedudukan dan penghormatan terhadap kedua orangtua diberikan perhatian yang sangat khusus sekaligus istimewa. Secara tegas Allah selaku syari’ atau pemberi ketetapan hukum syari’at menjelaskannya dalam firmanNya

وَقَضى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوالِدَيْنِ إِحْساناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُما أَوْ كِلاهُما فَلا تَقُلْ لَهُما أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُما وَقُلْ لَهُما قَوْلاً كَرِيماً

Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua orangtua. Jika salah satu di antara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka janganlah sekali-kali kalian mengatakan kepada keduanya “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia.

Dalam ayat tersebut Allah meletakkan perintah untuk berbakti kepada kedua orangtua setelah perintah untuk meng-esakannya (tauhid). Hal ini menunjukkan bahwa, hal kedua yang perlu dijadikan perhatian setelah  menata iman ialah berbakti terhadap kedua orangtua.

Selanjutnya, dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah telah bersabda yang mentaukidi (menguatkan) sekaligus memberikan bayan atau penjelasan atas ayat Al-Qur’an di atas, hadis tersebut berbunyi berikut

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: جاء رجل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: يا رسول الله. من أحق الناس بحسن صحابتي قال: أمك. قال ثم من؟ قال: أمك. قال ثم من؟ قال: أمك. قال ثم من؟ قال أبوك.

 “Dari Abu Hurairah beliau berkata “Datang kepada Rasulullah seorang laki-laki kemudian berkata “wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak atas perawatanku?” Rasulullah bersabda “Ibumu”, lelaki itu berkata “kemudian?”, Rasulullah bersabda  “ibumu”, lelaki itu berkata. “kemudian?” Rasulullah bersabda “Ibumu”, lelaki itu berkata “kemudian?” Rasulullah bersabda “Ayahmu.

Kemudian dalam redaksi hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, beliau berkata

عن المقدام بن معدي كرب عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إن الله يوصيكم بأمهاتكم. ثم يوصيكم بأمهاتكم. ثم يوصيكم بآبائكم، ثم بالأقرب فالأقرب.

“Dari Miqdam bin Ma’di Kariba dari Nabi shallahu alaihi wa sallama, beliau bersabda: “sesungguhnya Allah mewasiatkan ibu kalian kepada kalian semua, kemudian ayah kalian kemudian kerabat terdekat.

Dari beberapa dalil di atas, baik ayat Al-Qur’an maupun hadis, dapat kita fahami bahwa sudah selayaknya kita memberikan perhatian dan sikap khusus kepada kedua orangtua utamanya ibu dan kerabat yang kita miliki, dengan mengutamakan ibu, kemudian ayah dan selanjutnya kerabat dekat. Selain itu, seorang ibu memiliki kedudukan yang mulia hingga seolah-olah surga yang indah dan agung saja tidak lebih tinggi daripada seorang ibu karena diibaratkan surga berada di telapak kaki ibu. Namun maksud ibarat dalam hadis ini adalah bahwa tidak mungkin seorang anak bisa menggapai kesuksesan dan masuk surge tanpa kepatuhan atau ketaatan kepada seorang ibu.

Adapun terkait dengan pertanyaan di atas, maka yang harus didahulukan adalah ibu kandung, sebab ibu kandung merupakan yang diutamakan sebagaimana hadis di atas, sedangkan ibu mertua masuk dalam kerabat yang berada pada urutan setelah saudara yang bukan mahram dari ayah maupun ibu, sebagaimana pendapat Imam Nawawi dalam kitab Birru al Walidain wa Shilah al Arham halaman 37 berikut ini:

قال الإمام النووي رحمه الله: يستحب أن تقدم الأم في البر ثم الأب ثم الأولاد ثم الأجداد والجدات ثم الأخوة والأخوات ثم سائر المحارم من ذوي الأرحام كالأعمام والعمات والأخوال والخالات ويقدم الأقرب فالأقرب ويقدم من أدلى بأبوين على من أدلى بأحدهما ثم بذي بذي الرحم غير المحرم كابن العم وبنته وأولاد الأخوال والخالات وغيرهم ثم بالمصاهرة ثم الجار ويقدم القريب البعيد الدار على الجار غير القريب. اهـ.

Imam Nawawi berkata: “disunnahkan mendahulukan ibu dalam kebaikan, kemudian ayah, kemudian anak-anaknya, kamudian kakek, kemudian nenek, kemudian saudara laki-laki, kemudian saudara perempuan, kemudian mahram, seperti paman, bibi, saudara laki-laki dari ibu dan saudara perempuan dari ibu, dan didahulukan seseorang yang dekat kemudian yang paling dekat. Kemudian mendahulukan seserang yang memiliki hubungan dengan keduanya dari yang memiliki hubungan dengan salah seorang dari keduanya saja, kemudian yang masih saudara namun bukan mahram seperti sepupu laki-laki dan perempuan dan anak laki-laki paman dan bibi dari ibu dan lainnya, kemudian mertua, kemudian tetangga dan mendahulukan tetanggan yang dekat dari yang jauh.”

Dengan demikian, dalam membangun mahligai rumah tangga (suami-istri) meski yang menjadi pelaku utama merupakan dua orang saja, namun kenyataannya ada dua keluarga yang dipersatukan, sehingga merupakan sebuah tantangan bagi kedua mempelai untuk mampu memuwujudkan keharmonisan dan kerukunan antara dua keluarga, salah satunya dengan bersikap seadil mungkin kepada kedua belah pihak terutama kedua orang tua, yakni orang tua kandung dan mertua.

Mungkin dalam kondisi seperti yang dijelaskan di atas, beberapa langkah bijak bisa dilakukan, seperti dengan membagi tugas bersama pasangan agar baik di pihak ibu kandung maupun mertua dapat terbantukan keduanya agar terwujud saling menghargai, atau juga bisa dilakukan dengan mendahulukan ibu kandung, setelah selesai dilanjutkan dengan membantu di rumah mertua, sehingga dapat berbakti kepada keduanya serta meminimalisir tindakan yang bersifat memihak.

Sekian jawaban dari tim redaksi kami. semoga bermanfaat dan kita semua termasuk golongan yang berbakti kepada orangtua dan mendapat ridhanya. Amiin yaa rabbal ‘alamiin. Wallahu a’lam bisshowab.

*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng