Sumber gambar: www.google.com

Oleh: Ustadz Yuniar Indra*

Assalamualaikum, ustadz kemarin saya salat Dzuhur di masjid tiba-tiba datang seekor anjing dan menjilat kaki saya. Apakah saya langsung membatalkan salat atau menyelesaikan salat terlebih dahulu?

Anonim, Jawa Barat

Waalaikumussalam, Wr. Wb

Terima kasih atas pertanyaannya, perihal datangnya seekor anjing adalah termasuk perkara yang membatalkan salat, yakni najis yang baru ada ketika salat.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Jadi peristiwa yang Anda alami membatalkan salat Anda. Maka sebaiknya Anda membatalkan salat Anda, kemudian membasuh kaki Anda. Seperti, dalam kitab berikut:

(وَ) الرَّابِعُ (حُدُوثُ النَّجَاسَةِ) الَّتِي لَا يُعْفَى عَنْهَا فِي ثَوْبِهِ أَوْ بَدَنِهِ حَتَّى دَاخِلِ أَنْفِهِ أَوْ فَمِهِ أَوْ عَيْنِهِ أَوْ أُذُنِهِ [البجيرمي، حاشية البجيرمي على الخطيب = تحفة الحبيب على شرح الخطيب، ٨٧/٢]

Perkara ke empat yang membatalkan salat, yakni datangnya najis yang tidak ditoleransi kepada baju, badan, bahkan yang memasuki hidung, mulut, mata dan telinganya.

Lalu apa saja najis yang tidak ditoleransi? Syekh Abi Syuja’ menjawab dalam Fathul al-Qaribnya:

ولا يعفى عن شيء من النجاسات إلا اليسير من الدم والقيح)؛ فيعفى عنهما في ثوب أو بدن، وتصح الصلاة معهما، (و) إلاَّ (ما) شيء (لا نفس له سائلة) كذُباب ونمل (إذا وقع في الإناء ومات فيه، فإنه لا ينجسه). [محمد بن قاسم الغزي، فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب = القول المختار في شرح غاية الاختصار، صفحة ٥٧] 

Tidak ada najis yang bisa ditoleransi, kecuali darah dan muntah. Keduanya ditoleransi jika terkena baju atau badan, dan tidak membatalkan salat. Dikecualikan juga hewan yang tidak punya darah mengalir, seperti lalat dan semut. 

Jika hewan itu masuk ke dalam sebuah wadah lalu mati, maka tidak menajiskannya. Mengikat anjing dan talinya tersambung dengan baju atau badan kita juga membatalkan salat. Seperti yang diungkapkan Syekh Zakaria al-Anshori:

[فرع تبطل صلاة من لاقى ثوبه أو بدنه نجسا] (فَرْعٌ تَبْطُلُ صَلَاةُ مَنْ لَاقَى ثَوْبَهُ، أَوْ بَدَنَهُ نَجَسًا مُطْلَقًا) أَيْ سَوَاءٌ أَتَحَرَّكَ ثَوْبُهُ بِحَرَكَتِهِ أَمْ لَا (وَكَذَا) تَبْطُلُ صَلَاةُ مَنْ لَاقَى (مَحْمُولُهُ) نَجَاسَةً (وَلَمْ يَتَحَرَّكْ بِحَرَكَتِهِ كَمَنْ قَبَضَ عَلَى حَبْلٍ مُتَّصِلٍ بِمَيْتَةٍ، أَوْ مَشْدُودٍ بِكَلْبٍ وَلَوْ بِسَاجُورِهِ) [الأنصاري، زكريا، أسنى المطالب في شرح روض الطالب، ١٧٢/١]

Batalnya salat seseorang yang baju atau badannya tersentuh najis. Baik seseorang itu menggerakkan badannya sendiri atau tidak. Begitu pun juga, batalnya salat seseorang yang membawa barang najis, meskipun ia tidak menyenggol najis itu. Misal, orang yang mengikat bangkai dengan tali atau mengikat anjing dengan al-Sājūr (tali anjing di leher).

*Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.