tebuireng.online-Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) menyatakan, jika hidup di Amerika Serikat (AS), Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mungkin bisa mengalahkan Donald Trump dalam pemilihan presiden. Pernyataan itu disampaikan adik kandung Gus Dur tersebut saat memberikan sambutan dalam aksi pemecahan rekor MURI dan penyerahan bantuan ikan segar beku di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jumat (18/11) pagi.
Gus Sholah merujuk anekdot di media sosial tentang latar belakang pendidikan presiden Indonesia dan AS. “Orang bilang, Amien Rais yang kuliah sampai S3 di Amerika tidak bisa menjadi Presiden RI, tapi Barack Obama yang cuma lulus SD di Jakarta, bisa menjadi Presiden AS. Kalau tinggal di AS, Bu Susi mestinya bisa mengalahkan Donald Trump. Sebab, Bu Susi sekolahnya sampai SMA,” kelakar Gus Sholah yang disambut tawa hadirin.
Menteri Susi yang duduk di kursi undangan juga tampak tertawa terpingkal-pingkal mendengar kelakar Gus Sholah.
Gus Sholah bercerita, telah mengikuti sepak terjang perempuan kelahiran Pangandaran ini sejak 20 tahun lalu. “Saya membaca tentang beliau sekitar 20 tahun lalu di berbagai majalah. Dan sekarang, dari berbagai survei (kinerja), selalu menempati urutan teratas,” tutur Gus Sholah.
Saat mendapatkan giliran menyampaikan sambutan, Menteri Susi pun menceritakan alasannya berhenti sekolah saat kelas 2 SMA. “Saya memutuskan untuk berhenti sekolah kala itu, karena merasa tidak suitable (tidak cocok) dengan sistem yang ada. Saya ingin sesuatu yang berbeda, belajar dengan cara saya sendiri. Itu adalah kekerasan kepala saya. Saya ikuti kata hati, tapi bukan berarti saya berhenti belajar,” ungkap perempuan kelahiran Pangandaran, Jawa Barat, 51 tahun lalu.
Susi kemudian menceritakan latar belakang kedua orang tuanya. “Bapak saya jalur Muhammadiyah, sedangkan Ibu jalur NU. Jadi, kadang saya harus mencoba berdiri di dua kaki dengan seimbang,” tuturnya.
Susi lalu bertutur tentang sosok bapaknya yang sangat demokratis. “Beliau izinkan saya untuk tahu segala hal. Selain mengaji dan ikut pesantren Ramadhan di Cijantung dan Ciamis, saya juga tidak dilarang membaca buku apa saja. Karena itu, saya membaca filsafat Cina, Taoisme, juga Budhisme dan lainnya,” ungkap Susi.
Dari kebebasan yang diberikan bapaknya itu, kata Susi, dia kemudian menjadi tahu banyak hal. Juga, membuatnya tidak terbiasa melihat sesuatu hanya dari satu sisi. “Tapi, pendidikan keagamaan pada masa kecil akan tetap mengingatkan saya untuk kembali dan selalu berdiri pada apa yang benar secara hakiki,” ujarnya.
Pewarta: Anita Laili Mahbubah
Editor: Nur Hidayat
Publisher: M. Ali Ridho