Rois Syuriah Kediri, KH. Abdul Nasir memberi nasihat untuk santri yang diwisuda dari Madrasah Mu’allimin Tebuireng.

Tebuireng.online— KH. Abdul Nasir yang akrab dipanggil Gus Nasir, menegaskan kepada seluruh santri dan wali santri yang turut hadir, dalam acara lailatul Muwada’ah Madrasah Mu’allimin Hasyim Asy’ari untuk tidak segera boyong dari Pesantren Tebuireng.

“Apakah beliau (Hadratussyaikh M Hasyim Asy’ari) menancap di hatimu? Jenengan ini simbol daripada Tebuireng. Lek jare kulo, yo ojok boyong.” Tanya Gus Nasir yang hanya direspon senyum malu dari santri santri yang diwisuda (28/5/2023) di lantai 3 gedung Yusuf Hasyim.

Kiai yang saat ini juga menjabat sebagai Rois Syuriah kabupaten Kediri ini, menganalogikan sebagaimana menetapnya Imam Syafi’I dan Imam Malik yang menetap di Pesantren Imam Hanafi sampai akhirnya Imam Hanafi meninggal baru beliau berdua boyong (keluar/pindah).

“Wes siap ta sampean boyong kuwi? Apa yang panjenengan bawa?” Tanya Gus Nasir kepada seluruh santri yang hanya dijawab dengan diam dan merunduk.

Gus Nasir juga melanjutkan bahwa, Kiai Ma’sum, menantu dari KH. M Hasyim Asy’ari yang mengarang kitab Amsilah Tasrifiyah itu memiliki maksud yang bisa dibawa sebagai pelajaran hidup nantinya di masyarakat. Diantara lain,

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pertama, adalah Fa’ala (فَعَلَ)

Gus Nasir menjelaskan bahwa, fa’ala, tujuannya adalah untuk pengamalan ilmu. Namun fa’ala itu timbul setelah ada ilmu. Lalu kenapa tidak ditulis oleh Kiai Maksum? Karena itu adalah fil qolbi (di dalam hati)

Kedua, adalah Nashoro (نَصَرَ)

“fa’ala fa’ala terus kapan nashoro?” Tegas Gus Nasir.

Beliau juga turut menjelaskan, bahwa barangsiapa yang menolong ilmu Allah, maka ia juga akan ditolong. Sehingga nantinya jika sudah pulang, jangan di rumah saja, harus berpisah dan menyebar dimana mana.

“Di sana jadi syuriah, di sana jadi syuriah, ditanya alumni mana? Tebuireng, Tebuireng mana? Mu’allimin, Angkatan berapa? Angkatan 10,” lanjut Gus Nasir yang langsung mendapatkan banjir tepuk tangan dari seluruh hadirin.

Ketiga adalah madda (مَدَّ)

Gus Nasir mengatakan, setelah kamu memiliki ilmu disini, harus dijaga. Jangan sampai setelah keluar dari Mu’allimin, tidak menjaga dan melestarikan ilmunya dengan cara mengajar. Dan di dalam madda yang memiliki arti memperluas ini Gus Nasir Kembali menegaskan, bahwa ilmu bukan hanya di Mu’alimin saja, melainkan lebih luas lagi. Sehingga harus dikembangkan.

“Kalian semua itu harus jadi generasi kedua yang baik, jangan malah menjadi generasi kedua yang buruk,” harap beliau kepada seluruh santri santri yang besok akan mengikuti acara wisuda akbar, unit pendidikan pesantren tebuireng.

Pewarta: Soni Fadjar  A