Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz memberikan sambutan dalam acara lailatul Muwadda’ah santri Mu’allimin Tebuireng. (Foto: Makhis)

Tebuireng.online— Pesantren Tebuireng merupakan salah satu pesantren yang masyhur di Indonesia. Bahkan yang menjadi Pendiri Nahdlatul Ulama, merupakan Pendiri Pesantren Tebuireng. Hadratussyaikh M. Hasyim Asy’ari. Namun siapa sangka, seorang Kiai besar layaknya beliau, memilih untuk meliburkan ngaji di Pesantren Tebuireng setiap hari Selasa.

Hal ini disampaikan oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz, pada Ahad (28/5/2023) dalam acara Lailatul Muwada’ah Madrasah Mu’allimin Hasyim Asy’ari Angkatan ke-10, yang bertempat di gedung Yusuf Hasyim lantai 3.

KH. Abdul Hakim Mahfudz, yang akrab dipanggil Gus Kikin menjelaskan, bahwa dulu saat mendirikan Pesantren Tebuireng, di lingkungan sekitar terlihat begitu makmur. Dengan banyaknya pemilik sawah yang ada di masyarakat. Namun berbalik dengan kenyataannya. Mengapa ekonomi masyarakat terlihat begitu sangat lemah?

“Rupanya sawah masyarakat disewa oleh pabrik gula Cukir dengan harga murah serta pemilik sawah dipekerjakan untuk sawahnya sendiri,” dawuh Gus Kikin.

Melihat hal tersebut, lanjut Gus Kikin, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari akhirnya membeli beberapa bidang tanah. Bukan untuk keuntungan dan kepentingan pribadi. Melainkan untuk memberikan pelajaran tentang bagaimana cara bercocok tanam, bagaimana mengatur perairan, dan lain sebagainya perihal persawahan. Dan hal tersebut dilakukan setiap hari Selasa.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Sehingga Hadratussyaikh M. Hasyim Asy’ari setiap hari Selasa bersama masyarakat, beliau membimbing, membina masyarakat, hingga akhirnya masyarakat paham tentang apa yang terbaik untuk mengelola sawah,” terang Gus Kikin.

Setelah seluruh pengajaran telah selesai di sampaikan kepada masyarakat, Hadratussyaikh memberikan saran kepada masyarakat. Untuk terus menjadi lebih mandiri dalam mengelola sawah ini sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.

“Katanya Mbah Hasyim, kepada masyarakat, “sampean gausah disewakan sawahnya, dikelola sendiri. Nanti hasilnya diserahkan pabrik gula” dan itulah kemudian meningkat ekonomi masyarakat,” cerita Cicit Hadratussyaikh itu.

Setelah itu barulah, KH. M Hasyim Asy’ari mengajak masyarakat untuk belajar, mengaji, dan lain lain. Hingga akhirnya menumpas setiap kemaksiatan yang ada di Pesantren Tebuireng. Meskipun dalam upaya ini, saat itu masih banyak yang berusaha menghalang halangi.

“Inilah yang harus diteladani oleh seluruh santri ketika di masyarakat nanti, yaitu mengamakan keilmuan yang telah diperoleh di Pesantren Tebuireng,” pesan Gus Kikin di hadapan seluruh santri kelas akhir Madrasah Mu’allimin Hasyim Asy’ari.

Pewarta: Soni Fadjar A