Fenomena santri online yang kita ketahui saat ini bukanlah hal baru bagi Ienas Tsuraiya -populer dengan sebutan Mbak Admin-. Tiga tahun sebelum maraknya pengajian yang dilakukan secara daring, Ienas Tsuraiya bersama sang suami secara tidak sengaja mendirikan pesantren online.
Dengan berbekal sebuah kitab karya Imam Al-Ghazali, Gus Ulil atau yang sering dipanggil Lurah Pondok Ngaji Ihya’ rutin melakukan pengajian online seminggu sekali di Facebook. Perubahan besar mengenai konsep pengajian bandongan yang dilakukan dua sejoli tersebut ternyata dicatat dengan baik oleh Mbak Admin. Hal ini juga sesuai dengan apa yang disampaikan Gus Mus dalam surat spesialnya dalam buku ini.
Buku Catatan Mbak Admin ini mengisahkan tentang pengalaman penulis selama 4 tahun terakhir menemani sang suami. Bagaimana kepedulian dan kekhawatiran mbak admin mengenai kondisi kesehatan suami di tiap kali Kopdar Ngaji Ihya’. Bahkan dalam catatan Kopdar Ngaji Ihya’ Korea Selatan ada beberapa bagian yang menarik, saat Mbak Admin gelisah ketika ayah beliau (Gus Mus) tidak mau naik kursi roda.
Hingga kecewa saat mendarat di Bandara Incheon, Seoul dan mendapati petugas bandara menghampiri sambil membawa kursi roda yang ternyata bukan untuk ayahnya. Tidak semulus turun dari seluncuran, di tiap catatan perjalanan Mbak Admin, ada saja hal lucu yang beliau alami.
Salah satu kejadian lucu yang Mbak Admin bagi ialah ketika beliau sowan ke Mbah Maimoen. Beliau bersama Gus Ulil berangkat ke Sarang dengan memakai mobil dan sopir Gus Mus. Tak dinyana, esoknya Gus Mus harus menghadiri akad nikah di Masjid Agung Rembang. Mbak Admin dengan lugas bercerita bagaimana beliau panik dan merasa bersalah.
Tidak berhenti di situ, momen menunggu antrian untuk sowan ke Mbah Moen hingga perjumpaan dengan Mbah Moen pun lucu. Saat Mbak Admin bersalaman dan menjelaskan siapa beliau, ternyata tanpa perlu dijelaskan, Mbah Moen sudah tahu.
Dengan membaca buku ini kita akan mengerti bagaimana lihai Mbak Admin meracik terbentuknya pesantren online hingga meramu perjalanan Kopdar Ngaji Ihya (model luring ngaji Ihya online) mengelilingi dunia. Selain itu kita juga diajak berkeliling secara tidak langsung ke berbagai pesantren, sowan ke para sesepuh kyai, serta ziarah ke makan para Wali.
Membaca buku ini semacam membaca secuil kisah perjalanan cinta yang nyata. Rasanya Mbak Admin tidak jaim untuk mengisahkan sisi personal keluarga beliau. Dari situ kita dapat meneladani bagaimana sikap beliau sebagai istri, ibu maupun seorang putri Kiai besar tidak semudah yang terbayangkan.
Bagian menarik dari buku ini ialah, mampu menghapus dahaga tiga sektor pembaca. Sektor pertama bagi mereka yang sudah mengaku sebagai santri online dan penasaran rahasia dapur dari tiap produksi acara-acara Ngaji Ihya’. Inilah buku yang menulis secara lengkap kisah di balik layar Pengajian Ihya’ Online Gus Ulil Abshar.
Sektor kedua ialah mereka yang belum pernah mengikuti Pengajian Ihya’ Online. Dengan membaca buku ini, mereka akan hanyut akan rasa penasaran di tiap Kopdar Ngaji Ihya’ berlangsung. Terkagum akan hadirnya sosok Ulil Abshar Abdalla yang piawai meracik Kitab Ihya’ yang angker menjadi santai.
Rasa penasaran yang berlebih menuntun mereka untuk lekas mengikuti ketertinggalan mereka dalam mengaji Ihya’ secara online. Sektor pembaca ketiga adalah mereka yang sudah lama mengidolakan Gus Mus. Buku ini mampu sedikit menenangkan rasa penasaran akan keseharian sosok Gus Mus.
Buku ini menggunakan bahasa yang ringan, sehingga siapa saja bisa terhubung dan tidak sulit untuk memahaminya. Begitu ringannya bahasa yang dipilih sehingga memudahkan pembaca untuk ikut merenung dan bercanda di tiap kejadian-kejadian yang dialami Ienas Tsuroiya. Pun pembaca diajak berkeliling secara imajinatif berkunjung ke berbagai pesantren, sowan ke para Kiai, dan ziarah ke makam-makam para Wali Allah. Buku ini juga menjadi salah satu bukti betapa penting dukungan istri akan keberhasilan suami.
Bagi pembaca yang suka menyelesaikan bacaannya dengan cepat, buku ini cukup membosankan, karena seperti judul buku “Catatan Mbak Admin”, yang berisi kumpulan dari catatan-catatan Ienas Tsuroiya selama perjalanan Kopdar Ngaji Ihya’ dan catatan perjalanan-perjalanan yang lain. Sehingga ketika membaca tanpa beristirahat menimbulkan kesan datar.
Hal ini dirasa wajar karena Ienas Tsuroiya berusaha untuk menulis dengan sungguh kejadian-kejadian yang beliau alami tanpa merekayasa. Sisi baik dari kelemahan ini ialah Ienas Tsuroiya berhasil membuat pembaca secara tidak langsung percaya akan segala hal yang dialami olehnya.
Bahasa yang dipakai Ienas Tsuroiya adalah bahasa komunikasi keseharian, kekurangan dari bahasa tersebut ialah terkesan datar dan mudah membuat bosan pembaca. Buku ini tidaklah sulit dibaca sekali duduk, namun ketika dibaca secara terus menerus menimbulkan kesan bosan. Sehingga untuk menikmati buku ini disarankan untuk membaca dengan santai.
Rasa-rasanya teknik kepenulisan Ienas Tsuroiya sedikit banyak terpengaruh oleh suaminya, Ulil Abshar Abdallah. Meski tidak seberat buku Menjadi Manusia Rohani yang renungan di tiap kali menyelesaikan bacaan per-bab. Buku Catatan Mbak Admin pun dapat membuat kita merenung serta merefleksi diri sambil bercermin terhadap pribadi Ienas Tsuroiya dalam tiap catatannya.
Selamat membaca dengan santai sambil merenung, apakah kita sudah menjadi istri yang baik atau jangan-jangan kita belum terlalu peduli akan keluarga kita.
Identitas Buku
judul buku: Catatan Mbak Admin
Penulis : Ienas Tsuroiya
Penerbit: Afkaruna.id
Tahun Terbit: 2021
Jumlah Halaman: 269 halaman
Peresensi: Khwarizmi Aslamriadi (siswa “Sekolah Membaca” Majalah Tebuireng)